"HUEKKK TANGAN LO BAU TAI!!"
Mata Jevanna membola saat Jeandra mencium tangannya. Lebih parahnya lagi saat Jeandra mengatai tangan nya bau tai.
"Kalau ngomong, sorry ya gue terakhir kali itu pegang kembang tujuh rupa!" Bantah Jevanna tidak terima.
"Kalau kembang tujuh rupa mah wangi tangan nya, ini kok bau tai?"
Jevanna mencium tangannya. "Mata lo bau tai! Jelas-jelas bau jeruk, wah parah lo"
"Orang bau tai. Dih, nggak terima padahal beneran" Jeandra menutup hidung nya saat tangan Jevanna mendekat ke arah hidungnya.
"Makan nih tai!!" Jevanna terus menggoda Jeandra dengan menyodorkan tangannya pada mulut atau hidung Jeandra. Jeandra terus menghindar saat tangan itu hampir mengenai wajahnya.
"Heh!" Teguran dari seseorang membuat Jeandra dan Jevanna menghentikan pertengkaran mereka. Jeandra dan Jevanna kompak menoleh ke pintu. Ryan dan Bianka atau mamah dan papah Jeandra sedang berdiri di depan pintu sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalian apain kak Cila? Pulang-pulang ngambek nggak mau ngomong sama mamah papah?" Tanya mamah Jeandra.
Jevanna menggaruk kepalanya sambil nyengir ke mamah Jeandra. "Jeva sama Jean ribut pas kak Cila lagi tidur"
Mamah Jeandra menggeleng kan kepala seraya menghela napas. "Nanti minta maaf" titah papah Jeandra.
"Iya pah/om"
"Jeva kapan pulang?" Tanya Jevanna sambil menatap kedua orang tua Jeandra yang sedang duduk bersebelahan.
"Ngg—"
Cklek
"Selamat malam. Bagaimana yang di rasa sekarang?" Tanya dokter perempuan sambil mengatur infusan Jevanna.
"Masih sedikit pusing, tapi udah nggak lemes lagi," jawab Jevanna.
"Saya sarankan jangan terlalu lelah ya? Kamu harus jaga pola makan, harus sering olahraga. Keluhan sebelumnya, kamu merasa jantung lebih berdetak cepat, sering kelelahan dan lemas, pusing, sesak napas, nyeri di dada dan tiba-tiba pingsan, 'kan? Cara menghindari nya saya sudah jelaskan tadi. Cegah saja, jangan sampai menjadi penyakit Aritmia" dokter tersebut tersenyum menatap Jevanna yang sibuk mendengarkan penjelasannya.
"Aritmia?" Gumam Jeandra.
"Baik, dok. Kapan saya bisa pulang?"
"Sekarang kamu sudah nggak lemas lagi 'kan? Kalau besok pusing nya udah nggak ada, kamu boleh pulang, tapi kalau belum ya mohon maaf"
"Okey"
Setelah dokter dan suster itu pergi. Mamah Jeandra angkat bicara. "Jean nanti temenin Jeva olahraga" ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di dada Ryan— suaminya.
"Masa Jean terus? Kak Cila kan ada. Waktu Jean buat Anara kesita semua karena nemenin Jeva,"
"Nggak gitu. Misalnya kalau ada waktu senggang, ajak Jeva olahraga. Terserah kamu kalau mau sama Anara, mamah nggak ngelarang, tapi—"
"Tapi jaga-jaga aja, jangan jatuh terlalu dalam. Kali aja dia nggak serius?" Potong papahnya membuat Jeandra overthingking. Bianka menggeleng.
"Udahlah. Bukannya Jeva ngusir, tapi ini udah malem. Om, tente, sama Jean nggak pulang?"
"Sebenarnya kita ke sini buat jemput Jeandra. Kamu sendirian dulu di sini gapapa? Atau mau di temenin kak Cila?"
"Nggak usah. Kak Cila kan masih marah, mana mungkin kak Cila mau. Jeva di sini sendiri aja, lagian udah sembuh, kok,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sweet Enemy
Teen Fiction[sequel My Perfect Husband] Siapa sangka dari musuh menjadi pacar? Siapa sangka dari tetangga menjadi pacar? *** Bertemu Jevanna itu tidak ada di list kehidupan Jeandra. Cewek cantik yang unik dengan segala tingkahnya. langganan menjadi sasaran huku...