Menoleh ke kanan-kiri memastikan tidak ada kendaraan yang melaju cepat dan Jeandra langsung berlari ke gadis itu, memeluknya dengan erat seolah ia tidak boleh lagi melepaskan Jevanna dengan bebas.
"Lo ga cari gue?" Jevanna memukul punggung Jeandra dengan keras. Sang empu memejamkan mata, tidak perduli dengan rasa sakit di punggungnya.
"Gue cari lo, buktinya gue ada di sini"Jeandra mengusap air mata yang mengalir di pipi Jevanna. Mengelus pelan pipi chubby itu lalu Jeandra mengecup mata Jevanna yang terlihat sembab.
"Lo jangan pergi" Jevanna terus meneteskan air matanya. Sudah dua hari, hari Jevanna di isi dengan menangis, Jevanna takut, Jevanna takut tidak bisa bertemu Jeandra lagi.
"Lo yang pergi, bukan gue. Kita ke hotel" mereka menyeberangi jalanan ke cafe tempat mobil papahnya di parkiran di sana.
"Ngapain ke hotel?" Jevanna memicingkan matanya dengan curiga.
"Mau nya di apain?"
Plak
Jevanna menampar lengan Jeandra. Jeandra tersenyum melihat wajah Jevanna dengan hidung merahnya. Bibir Jevanna seperti mengerucut, tetapi aslinya tidak, memang bentuknya seperti itu. Jeandra menampar bibir itu, Jevanna memegangi bibirnya dengan mata melotot tajam.
"Apa-apaan lo! Modus ya?!"
"Iya, mau coba boleh?"
"Ga!" Lantas Jevanna menutup bibirnya dengan kedua tangannya.
***
"Gue pesen kamar dulu" Jevanna mengangguk, menunggu Jeandra tepat di belakang punggung nya.
"Buat satu orang" Jevanna sempat mendengar ucapan Jeandra. Matanya membola, maksudnya ia satu kamar dengan Jeandra?
"Ayo"
"Capek,"
Jeandra berjongkok di depan Jevanna. Jevanna tersenyum senang, peka juga. Ia naik ke punggung Jeandra, Jeandra berlari membuat Jevanna tertawa kencang dan rambutnya terkena angin.
Sampai di depan kamar mamah dan papah nya, Jeandra masuk ke dalam dan di sambut dengan mereka, ada Pricilla juga di sana sedang menyender di bahu papah.
Dengan buru-buru mamahnya berdiri dan mendekat pada Jevanna yang masih di gendongan Jeandra.
"Ya ampun!" Jevanna cengengesan kemudian turun dari punggung Jeandra dan memeluk mamah Jeandra dengan erat.
"Kangen banget" Jevanna mengerucutkan bibirnya setelah melepaskan pelukannya dengan mamah Jeandra.
"Kita cariin di Bandung ternyata ketemu nya di sini. Bersih-bersih dulu ya, pake baju Tante, sebentar" Jevanna mengangguk, mamahnya Jeandra mengambil kan baju dan celana untuk Jevanna. Ia sengaja membawa lebih karena sudah pasti mereka semua ketemu.
"Di mana mandi nya?"
"Di sini ada om lagi mandi—"
"Jean udah pesenin kamar buat Jevanna, mah. Dia istirahat di sana" potong Jeandra.
"Oke, yaudah sana" Jevanna keluar dengan Jeandra di belakangnya. Sampai di depan pintu, Jeandra yang memimpin karena Jevanna tidak tau letak kamarnya di mana.
Jeandra berhenti di kamar yang berhadapan dengan kamarnya. "Di sini?" Jeandra mengangguk usai membuka pintu kamar.
Jeandra mengelus kepala Jevanna. Tangan Jevanna bergerak untuk menyingkirkan tangan Jeandra. "Kalau udah ke kamar mamah lagi ya?"
"Iya, sana" usirnya.
"Dih awas lo gue tinggalin di sini" ancam Jeandra.
"Yaudah" Jevanna menutup pintu dengan kasar. Jeandra mengelus dadanya, kalau ga di cari kangen, kalau di cari ngeselin. Namanya juga cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sweet Enemy
Teen Fiction[sequel My Perfect Husband] Siapa sangka dari musuh menjadi pacar? Siapa sangka dari tetangga menjadi pacar? *** Bertemu Jevanna itu tidak ada di list kehidupan Jeandra. Cewek cantik yang unik dengan segala tingkahnya. langganan menjadi sasaran huku...