"Musuh terbaik harus siap di tumpangin. Ayo berangkat, bensin gue abis"
Jeandra terjengkit karena Jevanna naik ke motornya secara tiba-tiba. Ia menoleh ke belakang dan mendapatkan Jevanna yang nyengir menatapnya.
Brum..
Jevanna reflek berpegangan pada pundak Jeandra saat dirinya hampir terjungkal ke belakang. Ia membenarkan helm nya sambil menetralkan jantung nya yang berdetak sangat cepat karena terkejut.
Jeandra terkikik di balik helm.
***
Jeandra dan Jevanna berjalan santai menuju kelas mereka. Di iringi tatapan sinis dari para siswa yang tentunya sangat menyukai Jeandra.
"Dih ngeri amat, daripada gue di makan. Mending gue duluan" Jevanna berlari meninggalkan Jeandra. Saat di rasa semua siswa-siswi tak lagi menatapnya tajam, ia menghembuskan napas lega nya.
Ia membuka pintu kelas. Semua atensi tertuju pada Jevanna. Mereka menatap penuh... Iba? Pada gadis unik yang berdiri di depan pintu.
Jevanna mengernyitkan keningnya. "Kenapa nih?" Jevanna menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
Mereka semua menghampiri Jevanna kemudian memeluknya. Jevanna merasa kesusahan untuk bernapas, bagaimana tidak, semua seisi kelas memeluk nya dengan erat, mau bicara pun ia susah.
"Heh bubar!" Jevanna bernapas lega ketika mendengar suara Jeandra. Mereka melepaskan pelukannya tetapi belum bubar.
Jevanna menyandarkan dirinya di pintu sambil menormalkan napas nya kembali. "Apa-apaan sih woi!" Sentak Jevanna.
"Jev, kalau butuh apa-apa ke gue aja ya?"
"Gue bantuin lo ya?"
"Jeva kok lo nggak bilang sama kita?"
"Kalau mau di anter kerja nya sama gue aja"
"Kerja?" Gumam Jevanna. Beberapa detik kemudian Jevanna membelalakkan matanya. Ia berkacak pinggang melihat ke kelas sebelah tepatnya di kelas Anara.
"Biar gue samperin si sontoloyo itu!" Jevanna menggulung lengannya kemudian melempar tas miliknya ke sembarang temannya.
Jeandra menyusul Jevanna. Takut nanti ada keributan, dirinya lagi yang di salahkan.
BRAK
"BANGKE!" Hampir seisi kelas kompak mengeluarkan kata itu. Jevanna berkacak pinggang sementara iris mata nya mencari sosok yang ia cari. Saat sudah menemukan nya, lantas Jevanna langsung berlari menghampiri Anara dengan emosi yang memuncak.
"Lo tuh ya kalau benci sama gue nggak gini juga caranya, udah gue bilang jangan di bocorin, kalau gue bocorin rahasia lo, lo kesel kan? Rasain nih jambakan pedes ala Jepa" cerca Jevanna dengan gigi yang ia gertakan sambil menjambak rambut Anara dengan kuat.
Jeandra yang di depan pintu lantas berlari menghampiri keduanya dan berusaha memisahkan mereka. "Salahin bokap lo, anjing"
"Lah bawa-bawa bokap gua, nyokap lo yang kegatelan!" Kini mereka saling mencakar. Semuanya melihat saja sambil mendukung Jevanna dan Anara.
"JEVA, JEVA, JEVA!!"
"ANARA GOO!!!"
"BANGKE, DIEM LO SEMUA, BANTUIN GUE PISAHIN MEREKA ATAU GUE SERET KALIAN SEMUA KE BK!"
Seisi kelas berbondong-bondong mengerumuni keduanya dan langsung memisahkan Jevanna dan Anara. Penampilan mereka urak-urakan. Kancing seragam yang terbuka dua, rambut yang acak-acakan, seragam nya lusuh, bekas cakaran di tangan milik Jevanna, jangan lupa ada darah di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sweet Enemy
Ficção Adolescente[sequel My Perfect Husband] Siapa sangka dari musuh menjadi pacar? Siapa sangka dari tetangga menjadi pacar? *** Bertemu Jevanna itu tidak ada di list kehidupan Jeandra. Cewek cantik yang unik dengan segala tingkahnya. langganan menjadi sasaran huku...