"Bangsat, sialan tuh cewek" Jevanna mendudukkan dirinya di kasur empuknya dengan tak santai. Tangannya meremas bantal karena terlampau kesal.
"Jevanna, Tante masuk ya?" Jevanna menoleh ke pintu kamarnya yang di ketuk beberapa kali dan mendengar suara mamah Jeandra di sana.
"Iya masuk aja," jawabnya, keningnya masih mengerut karena kesal dengan Hana.
"Masih kesel? Emang dia ngomong apa sama kamu?" Mamah Jeandra duduk di samping Jevanna yang menyilangkan kakinya di kasur.
"Dia bilang jangan pegang tangan Jeandra, Jeandra pengen nyatet katanya tapi Jeandra ga bilang gitu, dia malah nyerahin tangannya ke Jevanna" adu Jevanna seraya meremas-remas bantalnya.
"Jeandra ga bela kamu? Emang di sekolah dia sifatnya kayak gimana?"
"Dia di sekolah baik, ramah juga sama temen-temen, tapi Jevanna baru tau kalau aslinya kayak gitu"
"Tunggu di sini ya" terlihat mamah Jeandra menggulung baju lengan panjang nya dan berkacak pinggang dengan napas memburu. Ia sekarang sudah tau motif Hana hanyalah ingin mendapatkan perhatian dari Jeandra, pacar orang.
"Eh Tante mau kemana?!"
"Diem di sini!" Jevanna yang ingin menyusulnya kembali naik ke atas kasur saat mendengar perintah dari mamah Jeandra.
Bianka tersenyum miring di depan pintu yang terbuka. Ia akan memancing emosi Hana terlebih dahulu.
"Jean. Ganti baju dulu sana" titah Bianka sambil berkacak pinggang menatap keduanya.
"Iya—"
"Nanti aja, Je. Masih banyak yang harus kita kerjain" potong Hana tanpa mengalihkan pandangannya ke buku catatan matematika nya.
"Ga, ganti baju dulu pokoknya"
"Tapi, Tan. Soal yang belum kita kerjain masih banyak"
"Dih ya biarin toh, orang ganti baju doang berapa menit terus ngerjain lagi kan bisa?"
"Terserah lah"
Jeandra ke kamarnya sementara Bianka duduk di sofa memperhatikan Hana yang masih mengerjakan soal-soal matematika itu. "Kamu tau ga? Jevanna pacar Jeandra, dia itu sopan banget, cantik, baik, penyayang, setia, murah senyum, ga suka nge bantah. Jeandra tuh sayang banget sama Jevanna, pas Jevanna hilang, dia cari sampai ke luar kota. Jeandra tuh bucin banget sama Jevanna, dia ga mau sama siapa-siapa kecuali sama Jevanna" dengan santainya Bianka berucap seperti itu di atas sofa sambil memakan camilan.
"Sifat Jevanna barbar, emang Jeandra suka?"
"LOH MALAHAN SUKA BANGET! Di galeri nya aja ga ada foto dia, semuanya foto-foto Jevanna. Wallpaper hape nya Jevanna, baju banyak yang kapel, terus tiap weekend selalu jalan-jalan berdua, sering juga jalan-jalan sama keluarga besar Jeandra" kompor Bianka.
"Mah, ngapain?" Bianka terperanjat saat Jeandra tiba-tiba datang. Posisinya sekarang tiduran di sofa dengan kaki yang turun ke bawah.
"Ga. Kamu tuh ya kalau belajar sampai lupa waktu, Jevanna sampai di cuekin. Sana samperin dulu Jevanna nya"
"Loh? Kan kita mau belajar lagi, Tan? Lagian Jevanna juga udah tau kita lagi belajar malah dia pegang tangan Jeandra terus nyanyi-nyanyi sendiri"
"Loh dia pacarnya kok? Emang apa salahnya pegang tangan pacarnya sendiri?"
"Udah, mah. Kalau Jeandra nyamperin Jevanna terus Hana belajarnya sama si—"
"Sama mamah, dah sana cepet!" Jeandra keluar dengan terburu-buru sementara mamahnya duduk di samping Hana bersiap untuk menyiksa Hana dengan soal-soal yang ia berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sweet Enemy
Teen Fiction[sequel My Perfect Husband] Siapa sangka dari musuh menjadi pacar? Siapa sangka dari tetangga menjadi pacar? *** Bertemu Jevanna itu tidak ada di list kehidupan Jeandra. Cewek cantik yang unik dengan segala tingkahnya. langganan menjadi sasaran huku...