"Jean, bangun woi! Mentang-mentang weekend bangunnya siang!" Jevanna mengguncang tubuh Jeandra yang masih tertidur pulas sambil mendengkur halus.
"Njir kebo banget anaknya om Ryan" gumam Jevanna.
"Woi musuh temenin gue dong!!" Teriaknya tepat di telinga Jeandra. Jeandra langsung membuka matanya. Ia mengusap telinganya yang terasa sakit serta kepalanya pusing karena langsung melotot.
"Bangke lo, kalau mau teriak-teriak jangan di sini! Ganggu aja, ngapain sih di kamar gue? Sana!" Usir Jeandra.
"Temenin gue ke rumah Anara, gue mau ketemu papah gue"
"Lo punya Rajash kan?! Ajak dia lah, ngapain bawa-bawa gue!"
"Dia masih tidur, mangkanya gue bawa lo aja. Lo kan udah akrab tuh sama Anara, pasti bisa lah ngebujuk dia. Ayo dong, plis"
"Ngatur doang nggak ada upah!"
"Lo mau apa? Isiin bensin? Atau di jajanin"
"Sok iyes, isi bensin motor sendiri aja lo susah, gayaan mau isiin gue bensin" Jeandra menyibak selimut nya, ia berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka.
"Gue itu bisa beli nya, tapi males aja!" Jevanna mendengus kesal, ia merebahkan tubuhnya di kasur milik Jeandra.
Jevanna belum mandi, ia hanya memakai celana training, kaos polos dan jaket tipis. Jeandra kembali dengan wajah yang lebih segar, dan kaos nya sudah di lapisi jaket tipis.
"Ehhhh, kita jalan jangan bawa motor. Itung-itung olahraga yekan"
"Banyak mau, lo sendiri aja sana ah. Males gue jalan kaki"
"Oh yaudah gue cepu ke mamah lo. Orang mamah lo yang suruh gue ajak lo olahraga" ancam Jevanna.
"Kenapa lo mau tolol" kesal Jeandra sambil melangkahkan kakinya keluar.
Jevanna keluar dari kamar Jeandra sambil bersenandung senang. Kenapa Jeandra sangat mudah mempercayai nya? Dari pagi saja Jevanna tidak melihat batang hidung mamah Jeandra.
Jevanna celingak-celinguk ketika sudah sampai di depan gerbang. Ia mencari Jeandra yang tiba-tiba menghilang. Jevanna menggaruk kepalanya kemudian berkacak pinggang kebingungan.
Jeandra sendiri ada di belakang Jevanna. Ia berusaha untuk tidak tertawa karena ingin membuat Jevanna terkejut.
Jevanna menolehkan kepalanya, layaknya jumscare dengan hantu, Jevanna berteriak sambil menutup mata.
Jeandra mengeluarkan tawa nya, ia menendang pantat Jevanna kemudian berlari. "Jeandra monyet!" Jevanna mengelus pantat nya lalu ikut berlari.
Saat sudah dekat dengan Jeandra, Jevanna membalas rasa sakit di pantat nya dengan menendang kembali pantat Jeandra.
"Bangke!" Umpat Jeandra sambil berusaha meraih Jevanna yang berlari kesetanan.
Jevanna berhenti ketika melihat sesuatu. "Stop" Jevanna menghalangi Jeandra.
"Apa?" Jeandra tiba-tiba menarik rambut Jevanna membuat sang empu meringis kesakitan.
"Anjing lo. Liat tuh, ada orgil anjir. Kita mau lewat ke sana kan? Kalau kita di bunuh gimana? Bawa pisau anjir, mana udah berkarat"
"Kita? Lo aja kali. Udahlah terobos aja, kita lari"
"Kalau kita di kejar? Di sini nggak ada orang tolol! Mana ga ada jalan lain!" Kesalnya.
Jeandra menarik lengan Jevanna, mereka berlari ke sana. "Woi dia ke sini bego!" Pekik Jevanna panik.
Jeandra melepaskan genggaman nya dari lengan Jevanna. Jevanna tidak tau lagi harus ke mana. Pikiran nya hanya satu, naik ke pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sweet Enemy
Novela Juvenil[sequel My Perfect Husband] Siapa sangka dari musuh menjadi pacar? Siapa sangka dari tetangga menjadi pacar? *** Bertemu Jevanna itu tidak ada di list kehidupan Jeandra. Cewek cantik yang unik dengan segala tingkahnya. langganan menjadi sasaran huku...