Hari Senin, hari yang paling di hindari semua siswa-siswi yang masih bersekolah. Hari di mana upacara bendera yang mewajibkan semua murid untuk berbaris di lapangan terbuka dengan panas matahari yang menyengat sementara guru-guru berada di bawah pohon yang tertutup sinar matahari, apa itu di namakan adil?
Jevanna berada di barisan paling belakang, ah tidak, di belakangnya masih banyak murid lelaki. Jeandra berada di belakang lapangan, mengawasi setiap murid yang biasanya tiba-tiba pingsan. Dengan syal pmr nya, Jeandra menautkan kedua tangan nya di belakang, kepala sekolah sedang berpidato.
"Dengan sedikit nasihat itu... Bapak selesaikan pidato ini, terimakasih wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!" Sedikit nasihat, ah iya sedikit, hanya 2 jam bapak kepala sekolah itu berpidato, dan apa katanya? Sedikit?
Semuanya menjawab kecuali non Islam. Upacara itu di lanjutkan sampai selesai, Jevanna tidak terlambat karena ia berangkat bersama Jeandra. Ia langsung masuk ke kelas sementara Jeandra menghukum murid-murid yang terlambat masuk.
Di jajaran murid bandel itu yang biasanya ada Jevanna kini tidak ada.
Dari lantai dua, Jevanna melambaikan tangannya saat Jeandra melihat ke atas. Jeandra tersenyum dan membalas lambaian tangan itu.
Jeandra membawa piala yang ia dapatkan saat olimpiade matematika kemarin. Ternyata ia menang, Jeandra masih tidak menyangka, nilai matematika nya saja turun Minggu lalu.
Setelah menghukum murid-murid bandel di lapangan. Jeandra naik ke atas. Ke kelasnya yang tak jauh dari tangga. Di koridor ia membalas semua ucapan selamat dari siswa/i lain dengan anggukan kepala.
Jeandra meletakkan piala itu di atas meja nya lalu menghampiri Jevanna yang sedang cipika-cipiki bersama teman-temannya di belakang, biasa di matras.
"Ikut gue sebentar" Jevanna mendongak kala mendengar suara jeandra. Ia berdiri dan pergi bersama Jeandra.
"Kemana?"
Entahlah Jevanna tidak tau, Jeandra tak menjawab pertanyaan nya. Jeandra membawa Jevanna ke tengah lapangan, mengambil tangan mulut itu dan menggenggamnya dengan kedua tangan. Menatap lekat wajah baby face itu, tak lama ia tersenyum manis.
Jevanna tidak tau jika di atas sudah banyak yang menonton mereka. Jeandra menerima balon matahari dari murid lelaki lain, Jevanna menatap balon itu penuh binar. Ia ingin memiliki itu sejak lama.
"Ini ngapain? Malu" bisik Jevanna.
"Je, berapa lama kita jadi musuh? Kemungkinan udah lama banget, berawal dari hukum lo, kita jadi kayak gini. Gedung sekolah jadi saksi bisu kisah cinta kita, dan mereka semua—" Jeandra menatap ke atas, di mana siswa/i mulai mengarahkan kamera ponsel nya kepada keduanya.
"Ikut jadi saksi, di mana kita bertengkar, di mana lo di hukum sama gue sampai mereka buat kapal JeJe buat bikin kita akur, buat bikin kita pacaran. Inget ga hari ini hari apa?"
Jevanna menggeleng dengan pipi bersemu. "Hati senin tanggal 18 di mana kita pertama berinteraksi,"
Jeandra mendongak. "KITA BERDUA INI SEBENARNYA APA?!"
"Sweet Enemy!!!" Mereka kompak mengucapkan itu dengan senyum yang lebar.
***
Di lapangan tadi, keduanya berbagi momen romantis di depan semua siswa-siswi. Mereka semua menjerit, akhirnya kapal yang mereka tumpangi berlayar.
Video tadi menyebar, di sosial media milik osis, lambe turah, dan murid-murid lainnya. Mereka menyebarkan nya sampai guru-guru ikut berkomentar, di sana ada orang tua Jeandra juga ikut berkomentar apalagi Pricilla yang begitu heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sweet Enemy
Genç Kurgu[sequel My Perfect Husband] Siapa sangka dari musuh menjadi pacar? Siapa sangka dari tetangga menjadi pacar? *** Bertemu Jevanna itu tidak ada di list kehidupan Jeandra. Cewek cantik yang unik dengan segala tingkahnya. langganan menjadi sasaran huku...