3

607 56 2
                                    

Bagaimana Junhui mengetahui masalah Wonwoo?

Jawabannya cukup simpel. Wonwoo yang menceritakan masalahnya padanya. Padahal Wonwoo melarang Jihoon menceritakannya pada Junhui dan Soonyoung.

Junhui memang pendengar yang baik. Saking baiknya, ia bahkan meluangkan waktu hanya untuk mendengar keluh kesah sahabat sahabatnya.

"Juni...gue capek...tips biar pinter kayak lu dong.." Wonwoo merebahkan kepalanya dipangkuan Junhui. Junhui membelai rambutnya lembut. Membuat Wonwoo memejamkan matanya.

"Jangan terlalu diforsir Nu...kamu udah pinter kok. Buktinya nilai kamu seratus terus"

"Tapi tadi kamu juga seratus tuh"

"Aku jarang dapatnya, beda sama kamu yang seratu terus setiap pelajaran. Sebenarnya, aku cuman make metode paham sih. Bukan hafal"

Wonwoo mengangguk. Setidaknya, saat bersama Junhui lah ia bisa beristirahat tanpa bayang bayang belajar.

"Mau permen?"

Junhui menawarkan, Wonwoo membuka mulutnya. Junhui yang paham memasukkan permen kenyal itu kemulut Wonwoo.

"Manis"

"Namanya juga permen, Nu" Wonwoo hanya tersenyum menanggapinya.

.

"Juni...belajar bareng yuk.."

"Iya, bentar ya, aku nyelesein kerjaanku dulu" Junhui berucap. Tangannya dengan lincah menjawab soal dengan mudah. Wonwoo termenung melihatnya.

"Harus banget lu terima job begini?"

"Ya gimana ya Nu, aku butuh uang soalnya.."

"Gue bisa ngasih ke elu kok"

Wonwoo berucap, dihadiahi delikan tajam oleh Junhui. Wonwoo sepertinya salah bicara.

"Aku ngerti kok, kamu pasti kesal karna mereka enak enak tidur malah dapat nilai bagus. Maaf ya, tapi aku gabisa kalo nerima uang gitu aja dari kamu Nu...aku temenan sama kalian bukan karna uang. Aku gamau dikasih uang kayak gitu tanpa usaha.."

Wonwoo termenung kembali mendengarnya. Ia mengangguk ngangguk lalu kembali memerhatikan Junhui dengan seksama.

"Nomor empat bukannya 57?" Wonwoo mengernyit sambil memeriksa jawabannya.

"Iya, 57. Anaknya gamau nilainya bagus bagus banget. Kalo bisa salah tiga atau lebih katanya..yang penting diatas kkm."

Wonwoo mengangguk mengerti.

"Udah nih, ayo keperpus"

Junhui beranjak, begitu pula dengan Wonwoo. Keduanya kini berjalan beriringan menuju perpustakaan sekolah. Kebetulan Wonwoo tidak ada jadwal les hari ini.

"Gue juga mau curhat nanti, Juni"

"Cerita aja, aku siap dengerin"

Keduanya tersenyum, saling bergandengan tangan yang membuat beberapa pasang mata menatap mereka tak suka.

Junhui berusaha tidak mendengar bisikan bisikan yang tepat disampingnya. Walau hatinya cukup sakit mendengarnya.

.

"Besok Wonwoo ulang tahun" Soonyoung berucap dengan antusias.

"Kita kasih surprise dirumah gue gimana? Gue gak tau rumah Wonwoo soalnya"

"Tanya lah!"

"Dirumah Jihoon aja, kasian Wonwoo ntar beresin surprisenya. Padahalkan dia yang ultah" Junhui berucap. Ia tahu kalau Wonwoo tidak ingin teman temannya menginjakkan kaki dirumahnya karna kedua orangtuanyam. Tentu mereka tak tahu hal itu dan hanya mengangguk seolah mengerti.

"Oke!! Menuju rumah Jihoon!!"

.

Wonwoo mengetuk kamar Jihoon. Sebenarnya, orangtua Jihoon sudah menyuruhnya masuk. Tapi ia merasa sungkan karna biasanya Jihoon akan menunggunya diteras.

Cklek!

"KEJUTANNN!!!" Ketiganya berseru. Berjalan mendekati Wonwoo dengan kue yang berada ditangan Junhui dengan lilin yang menyala.

"Won, wish dulu" Soonyoung berucap.

Wonwoo memejamkan matanya, merapalkan keinginannya lalu meniup kue itu. Setelahnya, keempatnya bersorak lalu saling berpelukan (re, memeluk Junhui yang memegang kue lebih tepatnya)

"AYO MAKAN!!" Soonyoung berseru, dihadiahi pukulan pukulan kecil dari Jihoon. Wonwoo merangkul Junhui, membantu membawakan kuenya dan ikut tertawa bersama melihat pemandangan itu.

"Udah jangan berantem, ayo makannnn" Wonwoo berseru, lalu Junhui membantunya memotong kue dengan telaten karna Wonwoo tidak bisa melakukan hal seperti itu. Anak itu kalau dirumah tinggal minta pelayan soalnya.

"Tuh, Wonwoo sama Junpi aja baik. Emang Jihoon kayanya punya dendam sama gue!" Soonyoung mendramatisir. Membuat Jihoon menatapnya garang.

"Bacot! Alay!!"

.

Wonwoo sudah pulang sebelum jam 8 tadi karna ia tak boleh berada diluar terlalu lama. Begitu pula Soonyoung, katanya, ibunya pulang cepat hari ini. Berakhirlah Junhui dan Jihoon yang membereskan kekacauan yang mereka buat.

"Ji, kamu istirahat aja. Pucet banget mukamu dari tadi"

"Gapapa Jun, gue gapapa kok" Jihoon meringis diakhir kalimat. Membuat Junhui menghampirinya karna khawatir.

"Istirahat Ji, kamu begadang lagi kemaren?"

Jihoon menampilkan cengirannya. Junhui menggeleng, bagaimana Junhui bisa tahu? Simpel. Ia melihat alat musik Jihoon diujung sana yang belum dibereskan.

"Ji, kalo kaya gini kamu bisa sakit loh.." Junhui memandang Jihoon cemas. Tangannya bergerak menuntun Jihoon untuk duduk dan meninggalkan aktifitas berberes nya.

"Gue gapapa. Beneran" Jihoon mengangkat dua jarinya. Tadinya Junhui ingin menyanggah, sebelum ia dikejutkan dengan Jihoon yang tiba tiba tak sadarkan diri. Untung ia sempat menangkapnya.

"OM! TANTE! Jihoon pingsan!!" Teriaknya, dan orangtuanya segera menuju kekamar Jihoon dan membawa anak itu dibantu dengan Junhui, kerumah sakit.

.

"Jihoon gapapa kan, om? tante?" Junhui menatap kedua orangtua Jihoon dengan perasaan yang campur aduk. Melihat ekspresi keduanya yang tak mengenakkan dan Ibu Jihoon yang terus menangis membuat Junhui ragu.

"Nak Junhui...tolong jaga Jihoon ya.."

Junhui merasa sakit mendengar perkataan orangtua Jihoon setelahnya.

Jihoon sahabatnya, dinyatakan mengalami gagal jantung dan ini sudah dari ia kecil tapi baru muncul efeknya saat ini karna tak mendapat perawatan lebih lanjut.

"Pasti Junhui jaga kok, pasti"

Junhui tersenyum setelahnya, berusaha meyakinkan bahwa ia akan menjaga Jihoon semampunya. Setidaknya dapat meringankan sedikit beban orang tua Jihoon.

Padahal, Junhui sama saja parahnya.


****


"About"

.

Tbc.

About [Junhui & Svt 96L] - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang