."Pak...Buk...kerjaan lagi rame?" Junhui berucap ragu ragu sembari menuangkan teh kecangkir mereka. Lalu duduk dihadapan keduanya.
"Sepi banget Hui, hari ini bapak cuman dapet dua penumpang..."
"Ibu juga lagi sepi, mungkin karna ada market yang baru buka, orang orang milih belanja disana daripada dipasar"
Junhui mengangguk. Meremas kuat tagihan sppnya dibalik badannya. "Hui kekamar dulu ya bu, mau belajar"
"Iya, belajar yang rajin ya nak"
Junhui beranjak. Meninggalkan kedua orangtuanya yang kini berdebat mengenai perekonomian mereka yang menurun. Sebenarnya, Junhui tak betul betul pergi kekamar, ia memilih mendengarkan percakapan orangtuanya dibalik dinding.
"Kalo begini terus, kita bisa ngutang lagi ke pak Hong.." Sang ayah berucap, dibalas tantangan keras dari sang ibunda.
"Gak bisa cari yang lain? Saya gak mau Hui diambil kaya Jisoo, pak.."
"Jisoo diambil karna kamu juga bu..seandainya kamu gak boros dan bantu saya usaha dulu, Jisoo gak akan diambil!"
"Bapak nyalahin saya? Itu juga salah bapak! Bapak kepala keluarga!"
Keduanya terus berdebat, mengabaikan atensi Junhui yang kini mematung ditempatnya.
"Jisoo...jadi aku punya saudara?" Gumamnya pelan. Tak menyangka akan hal itu dan fakta itu membuatnya takut.
Apa ia akan dijual juga?
.
"Jadi gitu, Yan..."
"Temen lu yang bertiga itu tau?" Yanan berucap. Tangannya bergerak lihai mengisi kembali rak rak yang kosong.
Junhui menggeleng, "Setiap aku mau cerita masalahku, mereka menghindar. Mungkin mereka gak mau nanggung beban oranglain.."
"Trus lu masih temenan sama mereka?" Kini Yanan berkacak pinggang.
"Ya mau gimana? Mereka temanku satu satunya disekolah. Mereka yang bikin aku gak dibully sehebat dulu sama Yuta Johnny. Lagipun aku ngerti kok, masalah mereka juga gak kalah berat...aku gak mau ngerepotin..." Junhui berucap panjang lebar sambil tersenyum lembut. Yanan hanya menghela nafas pasrah.
"Tapi lu nanggung beban mereka kan? Mereka egois dan lu terlalu baik jadi orang, Jun"
"Karna mereka gak punya tempat cerita-"
"Lu juga gak punya" Sanggah Yanan.
"Gak gitu, aku masih bisa cerita sama kamu, tuh?"
"Lagipun juga, gak ada salahnya berbuat baik. Kata Ibu, kalo kita berbuat baik sama orang, nanti orang bakal berbuat baik sama kita"
"Halah tai"
"Yanan, mulutnya!"
"Iya, maap"
.
Sore itu, sepulang ia bekerja, ia mengendap masuk kekamar orangtuanya. Untung saja keduanya tak ada dirumah.
"Maaf ya, pak...bu...Hui lancang masuk kamar kalian.."Gumamnya lalu membuka lemari yang sebenarnya tak boleh dibuka olehnya. Banyak dokumen penting kata orangtuanya, takut hilang.
"Aku punya kakak?" Junhui terkejut bukan main, orangtuanya menjual kakaknya kala Junhui berusia dua tahun. Pantas saja Junhui tidak ingat apapun.
Junhui membuka lembar demi lembar dokumen itu. Ia tak bisa berkata kata dibuatnya.
"Aku takut...gimana kalo aku ngalamin hal yang sama kaya kak Jisoo?"
Dan setelahnya, Junhui dibayang bayangi isi dokumen yang seharusnya tak ia buka.

KAMU SEDANG MEMBACA
About [Junhui & Svt 96L] - End
FanfictionTentang Junhui dan segala problematikanya dari book empat sekawan. Tags 📌 - Dari book empat sekawan - Semi baku - Fiksi - Friendship, Brothership Rank # 1 Yanan = 310523 # 1 Svt = 080723 # 1 Wen Junhui = 230723 # 1 Seventeen = 260823 # 2 KwonSoony...