12

465 54 1
                                    


.

"Kalian bener orang baik?" Yanan memicingkan matanya curiga ke tiga serangkai itu. Ntah kenapa, ketiganya menjadi gugup.

"Masa jiwa petarung gue kalah sama anak kucing" Seungcheol membatin tapi tetap saja ia merasa gugup.

"Bener Yanan, kamu gak percaya sama aku?"

"Nggak"

Junhui menggerutu. Yanan selalu begitu, tak pernah mempercayainya dalam hal pertemanan padahal anak itu sama saja payahnya.

"Kak Shua, kak Han, kak Cheol, kalian anak aparat kan?"

Ketiganya termenung, bagaimana Yanan tahu?

"Sudah rahasia umum kak, gausah sok bingung gitu mukanya"

Ketiganya mengerjap, kenapa adik tingkatnya galak sekali.

"Gue bisa percaya kalau kalian orang baik kalau kalian ngabulin permintaan gue"

"Buset dah, dikira kita lentera aladin" Celetuk Jeonghan dan langsung dibalas tatapan tajam dari Yanan. Membuat Jeonghan tersentak dan kelimpungan.

"Lu mau apa?" Seungcheol berucap serius. Sejujurnya, Junhui ingin pergi saja dari situasi seperti ini. Yanan dan Seungcheol beradu tatap, terbuai dalam suasana serius ini.

"We'll see..." Yanan menyeringai, keempatnya bergidik ngeri.

Apa yang ada diotak random Yanan saat ini???

.

"Gue gak nyangka lu takut sama adting, Cheol" Joshua berucap. Ketiganya terengah engah menaiki satu persatu anak tangga. Mereka harus keruang dekanat dilantai tujuh sana untuk menemui orangtua Jeonghan. Seharusnya mereka naik lift saja tapi Yanan mengawasi, katanya ingin membuktikan mereka bersungguh sungguh atau tidak.

"Serem anjing tuh anak, dah kaya yang punya kampus. Padahal buyut gue yang punya" Seungcheol menggerutu. Tapi kakinya terus menaiki anak tangga.

"Kalo aja Junhui bukan adek gue, rada males gue sebenernya. Laporan dari anak Bem aja gak gue ladenin" Joshua berucap. Ketiganya akhirnya beristirahat di kantin lantai lima, dekat dengan fisip. Bersyukurnya ruang bem terletak di lantai dua.

"Tapi Shu-"

Joshua menoleh, Seungcheol pun ikut menoleh memperhatikan Jeonghan yang masih mengatur nafasnya.

"Kalo Junhui beneran adek lu, lu bakal apa?"

Benar juga, selanjutnya apa?

.

.

.

"Yanan, mereka kakak tingkat kamu kalau kamu lupa. Kalau mereka apa apain kamu gimana?" Junhui berucap panik. Terkutuklah Yanan dengan otak randomnya.

"Ya emang mau gimana? Gue takut mereka kaya temen SMA lu, Jun"

"Ya tapi kan gak gini juga"

"Trus mau gimana? Lu anaknya mudah percayaan sama orang. Lu aja minjemin gue duit waktu itu padahal kita gak saling kenal. Kalo gue orang jahat trus nipu lu gimana?"

Junhui termenung sesaat, "Karna kamu gak keliatan kaya orang jahat"

Yanan menghela nafas, fikirannya mengawang keempat tahun silam. Kala ia pertama kali bertemu dengan Junhui.

Sebenarnya, Yanan bukanlah orang yang kurang mampu. Orangtuanya yang tinggal di China saja sudah membuktikan bahwa ia termasuk golongan kelas atas.

"Pokoknya uang jajan bulanan kamu gak akan ama kasih! Biar tau rasa kamu!"

About [Junhui & Svt 96L] - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang