.
Kringgg...
Junhui mengangkat telepon dari telepon milik orangtuanya dengan ragu ragu. Sudah dua kali panggilan dari yayasan tidak diangkat Junhui karna takut.
"Bapak sama ibu ada bikin masalah apa..." Gumamnya.
Junhui menghembuskan nafas berat, dengan ragu ia menerima panggilan dari yayasan yang ia sendiri tidak tahu yayasan apa itu.
"Halo?"
"Pak Wen, kapan mau jenguk ibu? Ibu nyariin pak Wen terus, nih"
Tunggu- apa?
"Mohon maaf, pak Wen sudah wafat. Ada apa ya?"
"Loh? Ini siapa? Kenapa gak ada kabar?"
"Ini anaknya, kalau boleh tau ini siapa ya?"
"Ooh Junhui, ini dari yayasan panti jompo. Mau jenguk nenek mu nak?"
Junhui terhenyak, ia bahkan tak tahu jika neneknya masih ada.
"Tolong kirimkan alamatnya ya, bu"
Pip!
"Apa lagi yang kalian rahasiain dari aku..." Tuturnya dengan melihat ke arah foto keluarga diatas sana.
.
"Junhui ya? Anak pak Wen Heechul? Udah gede ya kamu"
Junhui tersenyum, menyalami yang lebih tua dan hanya bisa mengangguk kikuk setiap ditanya.
Bagaimana orang orang disini bisa mengenal dirinya?
"Saya turut berduka cita atas meninggalnya pak Wen dan istri...tapi kenapa gak ada kabar, nak?" Ibu yayasan itu membelai lembut rambut Junhui yang masih tersenyum. Menganggap anak itu seperti anaknya sendiri.
"Saya gak tau siapa aja yang dekat sama bapak, bu. Maaf ya.."
"Gapapa, mari saya antar jenguk nenek kamu. Beliau pasti gak sabar menunggu"
Keduanya berjalan melewati satu persatu kamar rawat para orangtua lansia disana, tak ayal mereka kerap menyapa Junhui dengan nama padahal Junhui sama sekali tak mengenal mereka. Meski begitu, ia tetap tersenyum ramah dan menunduk hormat.
"Bu, ini Junhui anak pak Wen..."
Junhui menatap neneknya dengan sendu. Neneknya itu duduk dikursi roda dengan infus yang berada ditangannya. Rasanya Junhui ingin menangis.
"Junhui...sini nak..."
Junhui menghampiri sang nenek seperti arahan. Memeluk yang lebih tua dan tak lupa menyalami dengan senyuman diwajah.
Rasanya Junhui lelah terus terusan tersenyum.
"Kenapa gak bilang sama nenek kalau bapak sudah wafat..."
Junhui menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Maaf nek, Junhui gak tau kalau nenek disini..."
Terdengar hembusan nafas dari sang nenek. Junhui hanya bisa menunduk, menggigit bibir bawahnya karna gugup.
"Bapakmu itu...hufftt...yasudah tak apa...Junhui yang kuat ya, nak?"
"Terimakasih, nek"
.
"Biayanya berapa, bu?"
Ibu yayasan itu termenung, tak tega sebenarnya tapi tentu perawatan neneknya memerlukan banyak dana.
"Sebisa Junhui saja, jangan terlalu diambil beban nak.."
"Terimakasih bu, tapi saya gak enak kalau begitu...saya gak keberatan bayarnya kok.."
"Saya juga gak keberatan, nak. Nenek kamu sudah saya anggap ibu saya sendiri. Bayar semampumu saja" Ibu yayasan itu menepuk bahunya. Mencoba meyakinkan Junhui yang nampak sungkan.
"Terimakasih bu...terimakasih banyak..."
"Sama sama, nak. Tutur katamu sopan, ibu senang dengarnya. Kalau ada apa apa, kamu bisa hubungi ibu. Sebisa mungkin ibu bantu"
Junhui tersenyum, benar kata mendiang ibunya, jika kita baik dengan orang lain, orang lain juga akan baik pada kita.
"Terimakasih banyak, bu..."
.
.
"Besok OSPEK AAAAAA" Yanan berseru, mengguncangkan tubuh kurus Junhui yang nampak tak bersemangat lalu berteriak histeris.
"Lebay deh, tuh kamu diliatin sama pelanggan" Junhui menunjuk orang orang yang berlalu lalang dengan dagunya. Yanan hanya menampilan cengiran khasnya lalu kembali meletakkan barang di rak.
"Kamu tuh takut atau senang sih? Tadi nangis, trus teriak, trus ketawa ketawa. Gak jelass"
"Gue tuh antara takut sama seneng. Takut soalnya yang ospek katanya galak. Seneng karna gue akhirnya kuliah"
Junhui mangut mangut mendengarkan celotehan lelaki disampingnya. Ia juga khawatir akan hari esok. Bagaimana jika ia dibully semakin parah?
Dan Junhui baru ingat satu hal. Teman temannya pun satu kampus dengannya.
Bagaimana ia melewatinya?
"Oi! Diem diem bae. Salah rak nanti dimarahin bos lu" Yanan membuyarkan lamunan Junhui. Junhui hanya tersenyum menanggapi.
"Temenin gue siap siap ya, Jun"
"Iya..."
"Gue nginep dirumah lu ya, Jun"
"Iya..Yanan, iya.."
"Gue minjem baju lu ya, Jun"
Junhui menghela nafas, Yanan hanya menampilkan cengirannya, "Yang terakhir itu gue bercanda. Selow bae mukanya"
Junhui menghela nafas lelah. Sepertinya Yanan punya banyak energi hari ini dan itu menguras tenaganya.
"Yan, aku jaga kasir, ya"
"Gue join"
Lagi lagi Junhui menghela nafas. Padahal ia jaga kasir untuk menghindari mood Yanan yang lagi baik, karna mood Yanan yang lagi baik benar benar membuatnya lelah lebih lelah dari biasanya. Bagaimana tidak? Ada saja hal random nan tidak masuk akal yang dikatakan Yanan dan ia hanya bisa termangu mendengarnya.
"Jun, kayaknya gue besok dapat jodoh"
Kan.
****
"About"Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
About [Junhui & Svt 96L] - End
FanfictionTentang Junhui dan segala problematikanya dari book empat sekawan. Tags 📌 - Dari book empat sekawan - Semi baku - Fiksi - Friendship, Brothership Rank # 1 Yanan = 310523 # 1 Svt = 080723 # 1 Wen Junhui = 230723 # 1 Seventeen = 260823 # 2 KwonSoony...