6

499 53 4
                                    

.

Junhui berjalan dengan langkah gontai. Yanan sudah menyuruhnya istirahat tadinya dan temannya itu harus pulang karna keluarganya datang mendadak. Tapi Junhui terlalu bebal sehingga Junhui melanggar perintahnya.

"Jun, harinya lagi hujan. Ama aba gue dateng. Gue gak bisa nginep disini dulu hari ini. Jangan kemana mana. Minum obat, trus istirahat. Makan juga jangan lupa. Awas kalo besok gue jenguk lu, demam lu makin naik"

Junhui tersenyum, biasanya, ia yang akan kerepotan menjaga Yanan yang gemar begadang dan berakhir sakit. Kini Yanan yang merasakan hal serupa.

Syukurlah masih ada yang perduli padanya.

"Tapi kalo dipikir pikir...aku hidup buat apa..." Junhui memandang jalanan yang sepi. Sesekali truk melintas karna jalur itu menghubungkan kearah pelabuhan dimana banyak kendaraan bermuatan yang melintas.

"Bapak...ibu...Hui capek.."

"Hui boleh nyusul kalian gak?" Ucapnya, ia memejamkan matanya. Menikmati setiap tetesan demi tetesan air hujan yang membasahi tubuhnya.

Kakinya ia langkahkan kejalanan. Benar benar lelah dengan kehidupan.

"Yanan pasti ujung ujungnya pergi juga...siapa yang bisa ku percaya..." gumamnya.

Kakinya terhenti ditengah jalan. Merenung dengan pikiran yang berkecamuk.

Tiin! Tiin!!!

Junhui menoleh, ada truk besar sedang melintas dengan lajunya, truk itu juga kerap kali menyalakan klakson yang memekikkan telinga. Tapi Junhui hanya menoleh dan tak ada niatan untuk berpindah dari tempatnya.

Ia terlalu lelah bahkan untuk sekedar menggerakan tubuhnya.

Tiin!!!

Tersisa jarak beberapa meter dan truk masih melaju. Terlihat sang supir bersusah payah mengendalikan setirnya dengan menginjak rem sekuat tenaga.

Junhui memejamkan matanya kala tubuhnya terhempas kebelakang. Lalu membukanya kembali.

Ia masih hidup.

"Dek! Kalo mau mati jangan ngajak ngajak!"

"Maaf ya, pak!" Bukan Junhui yang bersuara, melainkan orang yang menolongnya.

Truk itu kembali menyalakan mesinnya lalu melaju hingga tak dapat dipandang mata.

"Kalo aja gue telat, dah mati lu!"

Junhui tertegun, ia kenal dengan suara ini. Lagipun, ia tak berniat untuk hidup. Justru akan semakin bagus jika orang itu tak menyelamatkannya.

"Loh? Ini degem yang di SMA itu kan?" Junhui hanya dapat tersenyum tipis menanggapinya. Terlihat raut panik dari lelaki itu dan segera ia mengambil payungnya yang sempat ia lempar untuk menaungi keduanya.

"Astaga dek, lu demam"

Ah benar, Junhui demam. Yanan pasti akan marah jika tahu demamnya naik.

"Ikut gue."

Junhui hanya bisa menurut kala lelaki itu menyeretnya menaiki mobilnya. Benar benar terlalu lemas dan tak sanggup bahkan untuk sekedar berkata.

"Seharusnya gue sadar waktu lu ngedumel sendiri hari itu. Maaf ya.."

"Bukan salah kakak, kok"

Kenapa lelaki ini baik sekali? Pikir Junhui

.

.

.

"Lu tuh demam, bukannya istirahat malah main hujan. Hampir ketabrak truk lagi" omel lelaki itu sembari mengeringkan rambut Junhui yang basah dengan handuknya.

About [Junhui & Svt 96L] - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang