13

128 26 15
                                    

Pagi itu didalam rumah keluarga Sean terlihat seorang wanita paruh baya yang tengah membersihkan isi rumahnya. Ibu Sean terlihat membawa keranjang baju kedalam kamar putranya yang kebetulan memang semalam menginap. Suasan rumah sangat sepi karena Sean bersama ayahnya tengah olahraga bersama dan biasanya akan kembali setelah sarapan diluar. 

Nyonya Oh terlihat membersihkan isi kamar putranya dan mengusap pigura-pigura dengan foto masa kecil hingga dewasa Sean. Nyonya Oh tersenyum mengusap pigura yang berisi foto bagi Sean dan sedikit terkekeh pelan. "Aigoo, bayiku kini sudah besar. Bahkan punya kekasih saja tidak mengenalkannya pada eomma. Ck, anak ini benar-benar" gumamnya sembari mengelus wajah bayi itu. 

Nyonya Oh lalu meletakkan kembali pigura itu dan memunguti baju Sean yang ada di keranjang dalam kamar itu. Satu persatu ia merogoh katong celana, baju atau jas milik putranya takutnya ada barang penting yang ada disana. Namun.. apa yang nyonya Oh pegang saat ini membuat wanita paruh bayah itu menutup mulutnya dan mata yang melebar.

Tespack.

Bagimana bisa di kantong jas kerja putranya terdapat tespack dengan dua garis merah? Nyonya Oh nampak memiringkan kepalanya dan semakin terkejut dengan isi pikirannya saat ini.

'Tidak mungkin, tidak mungkin Sean bertindak sejauh ini sebelum menikah' gumam nyonya Oh dengan tangan yang sudah mengelus dadanya. Sebagai seorang ibu pastinya ada rasa tidak tenang dan tak mengharapkan anak tunggalnya berperilaku diluar batas sebelum menikah. 

Nyonya Oh pun keluar dari kamar sembari membawa tespack itu menunggu kedatangan putranya dan akan memperjelas semuanya.

Sementara itu di dalam kamar mandi terlihat Irish tengah mual seperti biasanya. Wanita itu setiap pagi seperti ini selalu mual dan itu membuat Irish tersiksa. Wanita itu lalu membasuh mulutnya dan keluar dari kamar mandi menuju ke dapur untuk membuat susu pagi. Saat melewati kaca yang terpasang di dekat sekat dapur, Irish tak sengaja melihat perubahan badannya. Ia menghentikan langkahnya dan melihat pantulan dirinya di kaca tersebut. Irish dapat melihat dengan jelas perutnya yang mulai terlihat membesar mengingat ia hanya mengenakan kain satin tipis ditubuhnya. Jika saat bekerja, ia mengenakan pakaian longgar hingga perutnya tak kelihatan sama sekali. Namun, disaat seperti ini, perutnya terlihat sekali sedikit membesar. Irish tersenyum dan mengelus perutnya. 

"Maaf, beberapa hari ini eomma selalu merasa kesal karena appamu." ujarnya sembari terus mengelus perutnya. Irish sebanarnya hanya ingin menikmati kehamilannya tanpa ada gangguan apapun. Irish tak ingin merasa sedih atau memikirkan sesuatu yang berat karena tak ingin janin yang di kandungnya ikut merasakannya. hanya saja, entah kenapa situasi belakangan ini benar-benar membuat mood Irish buruk. Tak ingin berlarut-larut memikirkan hal itu, Irish pun membuat susu dan roti bakar pagi ini. Ia membawa makanannya ke meja dekat jendela dan duduk disana sembari menikmati pemandangan sungai han dari apartemennya. 

"Padahal eomma ingin sekali sarapan bersama appamu dan bercengrama sembari melihat sungai han seperti ini" gumam Irish sembari menggigit roti yang dipegangnya tersebut. 

Irish lalu menunduk melihat perutnya, "Karena kita hanya berdua, tolong bekerjasama dengan eomma untuk tidak membuat eomma mual terus menerus, okay?"

Irish tersenyum lembut dan mengelus perutnya lagi sembari menikmati susu paginya. Karena hari ini weekend ia meminta Seulgi untuk menemaninya pergi membeli beberapa barang untuk calon bayinya nanti, mengingat Sean baru saja mengirim uang dalam jumlah besar ke rekeningnya.

Sedangkan di rumah keluarga Oh itu terlihat Sean menunduk dengan ibunya yang menatapnya galak membawa tespack milik Irish. 

"Oh Sean, kau tidak mau menjelaskan ini pada eomma?"

Hello Spring Day! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang