[DigoPOV]
Aaah akhirnya selesai juga mapel membosankan ini.
Aku memang baru di kampus ini tapi bukan berati aku tidak tau materinya.
Aku hanya benci mapel ini yang tidak sesuai dengan kemauanku.
Aku bahkan sudah mengulang-ulang tetapi hasilnya tetap saja aku tidak mengerti."Diiigoooo tungguuuu"
Aku menoleh kearah sumber suara, ah yaampun aku lupaa sama gadis kecilku ini.
"Maaf hampir ajaa aku tinggal"
Sisi manyun, aku mengusap poninya pelan.
Sisi naik ke motorku, entah kenapa dia enggan diajak naik mobil sport ku, mungkin dia masih trauma ahh sudah lah aku tidak ingin melihatnya menangis lagi.
Sisi memelukku dari belakang aku dapat merasakan bau parfum nya yang sangat membuatnya semakin seksi.
"Mau langsung pulang atau makan dulu?" Tanyaku sebelum jalan.
"Aku mau langsung pulang aja, soalnya bang galang lagi demam" ucapnya.
Aku langsung melajukan motorku, dengan jarak tempuh ± 3 km aku dapat menempuhnya selama 20 menit.
Sisi memelukku dengan erat, mungkin dia takut jatuh tapi aku merasakan punggungku basah sepertinya dia menangis.
Setelah sampai didepan gerbang rumahnya sisi tetap memelukku dengan erat, aku dapat merasakan tangannya yang dingin.
"Hey kamu kenapa?" Tanyaku
Dia tetap diam, "ini sudah sampai rumah bie"
Dia mengangkat kepalanya dan beranjak turun, kulihat matanya basah.
"Kamu nangis?"
Dia menggeleng "ini apa?" Aku menyeka air matanya yang jatuh membasahi pipi chubbynya.
"Aku cuman takut"
"Sejak kapan kamu jadi penakut?"
"Aku serius"
"Kamu pikir aku tidak serius?"
Sisi kembali menangis sambil menutup sebagian mukanya dengan tangan.
"Yaudah aku pulang"
Aku kesel sama dia, kenapa dia jadi secengeng ini sekarang. Bahkan dia jadi penakut.
Sisi yang kukenal adalah wanita yang kuat dan tidak pernah menangis sampe berhari-hari bahkan sampai depresi.
Dulu waktu ayah nya meninggal dia menangis tetapi tidak sampai begini.
Bahkan sisi kembali ceria setelah seminggu kepergian Almarhum.Aku meninggalkannya didepan teras rumahnya, dia masih menutup sebagian mukanya dan masih menangis.
Sebenarnya aku tidak tega, tetapi aku bingung dengan sikapnya yang seperti ini.
Sampai aku memarkirkan motorku dia tetap tidak bergerak, terbesit rasa khawatir dibenakku. Tapi aku tepis, aku hanya ingin sisi bangkit."Assalammualaikum"
"Waalaikumsalam, digoo udah pulang sisi mana? Mamah mau ajak dia masak kue nih" aku tidak menjawab pertanyaan mama,
aku langsung menghempaskan badanku di sofa depan tv, aku memejamkan mataku. Apa aku terlalu jahat sama sisi? Ah sudahlah.
Mama melepaskan sepatuku "kamu ada masalah?" Tanyanya lembut.
"Ga kok ma, digo cuman capee aja" jawabku asal.
Aku mencuci kaki kemudian mengambil air minum.
Tiba-tiba hujan turun sangat deras, bahkan disertai petir dan kilat yang menyambar.
Aku sedikit resah mengingat sisi yang tadi pas aku tinggal dia masih berada didepan gerbang rumahnya.
Kulihat mama sedang merapikan tas dan sepatuku, aku bergegas menengok dari jendela rumah, benar saja dugaanku sisi masih terdiam di depan rumahnya.
Kini bajunya basah kuyup, tangannya sudah tidak menutup sebagian wajahnya lagi.[AUTHORPOV]
Sisi berjalan menjauh dari rumahnya, sisi merutuki kebodohannya yang membuat digo membentak dan meninggalkannya.
"Memang aku penakut, memang aku gila maafin aku digo maaf aku telah mencintaimu" gumam sisi.Sisi duduk ditaman kota, taman itu terletak lumayan jauh dari rumahnya.
Hujan masih deras, tetapi sudah tidak disertai petir dan kilat.
Matanya merah sekujur tubuhnya menggigil, tiba-tiba dia merasa ada yang duduk disampingnya.
"Tinoo!!"
Tino tersenyum, sisi menghamburkan pelukannya.
Sisi menangis dipelukan tino, antara rindu dan rasa bersalahnya.
"Kamu kenapa hon?" Tanya tino.
Sisi tidak menjawab, dia hanya menangis dan terus menangis.
"Hey bukankah kamu janji tidak akan menangis lagi dihadapanku? Pulang hon ini hujan, kasian kak galang khawatir sama kamu, bahkan digo juga khawatir" kata tino mengelus rambut basah sisi.
Tino mencium pangkal rambut sisi kemudian meninggalkan sisi sendirian ditaman.Sementara dirumah galang sangat mencemaskan adiknya, hapenya mati dan tidak biasanya dia kuliah selarut ini.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.55 artinya waktu maghrib sudah hampir tiba.
Tok...tok...tok
Galang bergegas membuka pintu rumahnya, dia berharap adiknya yang mengetuk pintu. Ternyata dugaan galang salah, "maaf bang digo ganggu malem-malem" kata digo.
"Gapapa go, ayo masuk" kata galang menyilahkan.
"Engga bang, digo cuman mau mastiin aja apa sisi udah dirumah? Soalnya tadi gue telfon gak diangkat"
"Gue juga bingung go, dia belum pulang-pulang dari tadi pagi"
"Yaudah bang digo yang nyari"
Belum sampai digo menyalakan motornya, muncul lah sisi dengan basah kuyup dan matanya memerah.
Wajahnya pucat pasi dan bibirnya membiru, galang yang melihat kondisi adiknya langsung berlari memeluk sisi "kamu dari mana de? Yatuhan kenapa kamu sampe keg gini? Ayo cepet masuk"
Galang membopong sisi masuk ke dalam, digo membuntuti galang dari belakang.
"Go ambilin anduk atau badcover dibelakang" perintah galang.
Digo berlari mengambil handuk dan badcover di belakang, galang sedang membuatkan coklat panas untuk sisi.
Digo mengeringkan rambut sisi dengan handuk pelan, lalu membalutkan tubuhnya dengan badcover.
"Bang gimana kalo gue panggilin mama gue biar bantuin sisi ganti baju, lo ada pembantu ga?" Tanya digo.
"Pembantu gue cuti go, yaudah lo bawa tante sarah kesini cepet, rumah lo jauh ga?" Tanya galang sambil memeluk sisi.
Tanpa menjawab pertanyaan galang, digo berlari keluar.
Maaf panjang banget :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Coklat Untuk Sisi
Teen Fiction"bie...tolong bertahan buat aku bie" kata digo. "digo kembali keruanganmu, sisi akan baik-baik saja, kondisimu belum benar-benar pulih" "plis om biar digo nemenin sisi disini" suasana semakin memanas, ada apa dengan sisi? kalau mau tau lanjutannya...