CHAPTER XVII

1.4K 74 2
                                    

"Kamu sih! Makan sambel banyak-banyak ginikan jadinya!" Omel digo.
Sisi menangis memegangi perutnya, gak biasanya perut aku keg gini batin sisi.
Digo menuntun sisi kedalam rumahnya memberinya air putih hangat, dan obat sakit perut.
Diusapnya rambut sisi "maafin aku ya" kata sisi. "Besok-besok aku ga bakal biarin kamu makan sambel sama saos banyak-banyak!"
"Iya-iya bawel"
"Bawel karna sayang, salah?"
"Cieeeehhh haha"
"Kamu itu yaa sakit aja masih bisa godain aku!" Digo mencubit pipi sisi pelan.

Sore harinya, perut sisi udah baikan. Sisi mencari digo tapi tidak menemukannya, "digoo"
Sisi mendapati digo sedang ada didapur, dia memandang dari jauh hon, digo sama keg kamu. Paling gabisa liat aku sakit, hon aku kangen  batin sisi, tanpa disadari air mata sisi turun dengan sendirinya.
"Si kok nangis? tambah sakit ya? Mana yang sakit?" Tanya digo panik.
Sisi menggeleng pelan "tiba-tiba aku kangen tino" kata sisi pelan.
Digo tertegun mendengar ucapan sisi, dia mengelus rambut sisi penuh sayang "tino udah tenang si, dia pasti juga kangen sama kamu. Tino pasti sedih ngliat kamu keg gini, tino pengen kamu itu bangkit enggak cengeng mulu" kata digo.
Sisi memeluk digo, menangis di pelukannya. Aku janji aku bakal gantiin tino disamping kamu si, aku janji batin digo.
"Kamu masak apa digo?" Tanya sisi
"Eh masakankuu, yatuhan gosong kan -_-" digo berlari mematikan kompornya.
Sisi tersenyum melihat tingkah digo, sisi ingin sekali membantu tetapi perutnya tidak bisa diajak kompromi.
"Kamu masih kuat gak si? Aku masakin lagi ya? Ato kamu mau delivery biar cepet?" Tanya digo.
"Aku tunggu aja, aku pengen  ngrasain masakan nya kamu"
"Bentar yaa"

Digo kembali serius memasak, dituangnya air di panci kecilnya, sisi duduk dimeja makan sambil meletakkan kepalanya di meja.
Setelah air mendidih digo memasukkan super bubur, bubur instan yang langsung bisa dimasak.
Digo juga menggoreng ayam kesukaan sisi.

30 menit kemudian bubur ayam buatan digo sudah selesai. "Ternyata gue bisa masak juga haha"
Digo menghampiri sisi dengan membawa bubur ayam yang masih panas.
"Yaelah ni anak tidur"
"Siii...sisi... bangun si... ini  buburnya udah mateng" "hoambt" sisi menguap tetapi kembali menangkupkan wajahnya di meja.

[DIGOPOV]
Aku kembali menggoncangkan pelan tubuh sisi yang kembali ditangkupkan di meja.
"Sii, banguuun" panggilku.
sisi bangun, dia memegangi perutnya lagi.
"Si muka kamu pucet banget" kataku panik.
Sisi berlari kekamar mandi, lalu memuntahkan isi perutnya.
"Siii kamu gapapa??" Tanyaku dari luar kamar mandi
"Gpp digoo cuman muntah aja"
Kudengar sisi muntah berkali-kali, aku menelepon bang galang.
"Hallo"
"Haloo bang ni gue digo"
"Ada apa go?"
"Anu bang sisi sakit"
"Apa??? Dia dimana sekarang?"
"Dia dirumah gue sekarang muntah-muntah"
"Oke gue kesana"
Sisi keluar dari kamar mandi dengan wajah pucet dan kesakitan.
Yatuhaan sisi kenapaa yatuhan!!!!!
Aku membopong sisi duduk keruang tamu.
Tok..tok..tok
Aku membukakan pintu, ternyata bang galang yang datang. Aku langsung mempersilahkan bang galang masuk ke ruang tamu.
"Kamu kenapa de" tanya bang galang.
"Gatau kak, kayanya sisi punya maag deh"
"Udah makan?"
Sisi menggeleng, aku baru ingat aku membuatkan sisi bubur ayam.
Aku segera mengambilkannya lengkap dengan air putih dan obat sakit perut.
"Ni bang lo suapin sisi dulu, tadi gue masak buat dia" aku menyerahkan nampan berisi bubur ayam yang masih panas.
"Makasih" bang galang menyuapi sisi dengan sabar, sisi enggan makan mungkin karena perutnya perih.
"Kalo lo gamau makan bang galang bakal diemin lo" ancam bang galang.
Akhirnya sisi makan dengan muka ditekuk, aku tersenyum melihat tingkah laku kedua saudara ini.
"Panas" kata sisi cemberut.
"Ini juga udah di tiupin de"
"Biar digo aja yang nyuapin, bang galang sana ajaaa" usir sisi.
Bang galang menghembuskan nafasnya pelan, kemudian menyerahkan mangkuk buburnya ke aku.

Setelah bubur itu habis, sisi berlari kekamar mandi lagi.
Dia memuntahkan apa yang barusan dia makan.
"Kita kedokter ya de?" Tanya bang galang dari luar kamar mandi.
"Gak!!!" Teriak sisi.
"Apa aku suruh dokternya aja yang kesini ya si?" Tanyaku tak kalah panik.
"Enggamau!"
"De kalo kamu bandel bang galang sama digo bakal diemin kamu!!!" Bentak bang galang.
Aku tau bang galang sangat khawatir, jadi emosinya gampang terpancing kalo sarannya ditolak.
"Sisi tuh gapapa bang! Minum obat juga sembuh. Hoeek....hoeeek..."
Aku pasrah, bang galang mengacak-acak rambutnya frustasi, dia langsung pergi meninggalkan kamar mandi.
Sisi keluar dari kamar mandi, aku kembali membopongnya tetapi aku membopongnya kekamarku.
"Kamu istirahat ya, aku cariin obat dulu" kataku sambil membelai pipinya
"Aku gamau ditinggal" katanya manja.
"Yaudah aku temenin"
Sisi memintaku untuk tidur disampingnya, aku menurutinya.
Aku memeluk tubuh sisi, tubuh sisi panas.
"Kamu demam?"
"Gatau digo, pokoknya badanku campur aduk rasanya"
Aku mencium keningnya, sisi terlelap dipelukanku.
"Kalo bisa sakitnya dipindah kebadanku aja si, biar kamu ga ngrasa kesakitan gini. Aku ga tega"
Kudengar dengkuran lembut dari sisi, tanda bahwa dia sudah lelap.
"Semoga setelah bangun kamu udah baikan ya si, metbobo" kataku pelan, aku juga ikut memejamkan mataku.




Hay readers :) maaf yaa feel nya gadapet bangettt, soalnya author lagi sakit hahaha-_- maaf ya kalo tambah jelek.
Happy reading's :*

Sepotong Coklat Untuk SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang