6. Indigo

61 11 1
                                    


"Nay lo bisa lihat gue?"

AAAAA

Sontak Naya berteriak keras. Ia berjingkat naik ke atas kasur. Detak jantung Naya berpacu dengan sangat cepat. Sedih, takut, kaget semuanya jadi satu hingga hatinya merasa ngilu.

"AYAH BUNDA NAYA TAKUT!"

"TOLONG TOLONG!"

"SETAN!"

Hafidz ikut kebingungan.

"Nay! Diem dulu. Ntar Bunda sama Ayah bangun."

Hafidz hendak mendekati Naya. Namun Naya semakin mundur.

"Mundur lo! Jangan deket-deket!"

"Gue nggak bisa sentuh lo Nay!"

Hafidz tak menyerah. Dia terus berusaha mendekati Naya. Namun Naya terus mundur sambil melempar beberapa barang. Anehnya barang-barang itu malah menembus Hafidz. Untung saja kamar Ayah sama Bunda agak jauh jadi tidak akan terganggu.

"Waduh, parah lo setan! Jauh jauh! Lo mau apain gue?!"

"Apaan sih Nay?"

"Allahu laa ilaha illahu wal hayyul khoyyum!"

"Gue bukan setan Nay! Dengerin dulu."

"Pergi lo setan!"

Naya melempar bantal hingga Hafidz menghilang begitu saja.

"Kan kan nge prank gue lo! Hus hus! Gue nggak takut! Pergi kan lo?!"

"Nggak, gue disini."

Naya terkejut Hafidz sudah di sebelahnya. Ia terjungkal jatuh dari kasur dan meringis kesakitan. Ia segera menjauh. Bulu kuduknya berdiri, ia merinding.

"Setan udah dong jadi kakak gue! Gue takut nih!" ujar Naya mulai menangis.

"Gue bukan setan Nay, gue arwah! Gue beneran Hafidz!"

"BODO AMAT! Pergi lo! Jangan deket-deket!"

Hafidz memutar matanya malas. Ia duduk di kursi belajarnya sambil memegang dagunya seakan sedang berfikir. Sedangkan Naya masih duduk di lantai dengan ketakutan.

"Lo kok bisa lihat gue ya? Jangan-jangan lo indigo ya Nay?"

"Gu-gue nggak tau setan!"

"Santai dong. Enak aja ngatain gue setan."

"Emang lo setan!"

"Gue Hafidz! Kakak lo! Gue arwah! Ngerti nggak sih lo?"

"Sama aja setan!"

"Beda Nayaaa."

Hafidz mulai pusing. Ia sudah lelah menanggapi Naya. Walaupun rasa lelah itu tak benar-benar ada karena dia bukan manusia lagi.

"Gue udah capek. Besok gue kesini lagi. Lo tidur aja."

"Dengan lo kayak gini, justru bikin gue nggak bisa tidur!"

"Tidur Nay! Besok sekolah. Atau mau gue rasukin?"

"NGGAK! SEKATE-KATE LO KALO NGOMONG!"

Naya berlari keluar kamar Hafidz dan membanting pintunya. Hafidz yang melihat itu tertawa sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Padahal dia bercanda soal merasuki Naya. Mana mungkin bisa. Menyentuh sesuatu saja tidak bisa.

*****

Pagi harinya, Bunda dan Ayah keheranan melihat Naya sedikit aneh hari ini.


"Naya kok tangannya gemeter? Sakit?" tanya Bunda memastikan.

Naya menggeleng kuat, "Nggak kok Bunda."

Hafidz Al-GhazaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang