Terik matahari siang menusuk kulit, tetapi itu tidak cukup menghilangkan kebosanan yang melingkupi bengkel. Bianca tengah merapikan dokumen di meja kerja ketika Adnan, pemilik bengkel, memanggil King dari ruangannya.
"King, antarin output-an ini ke klien ya" ujar Adnan sambil menyodorkan kunci mobil fasilitas bengkel. "Ajakin Bianca sekalian, biar ngerti."
King menghela napas, jelas-jelas tidak antusias. "Nggak bisa orang lain aja,?" Tanya King.
"Lo nggak bisa,?" Tanya Adnan.
"Males banget gue"
Adnan hanya meliriknya dengan ekspresi datar. "Yaudah deh, sama gue aja." Putus Adnan. Yang kemudian berjalan menuju bengkel A untuk menghampiri Bianca. "Bianca,,,!" Seru Adnan.
"Ehhh,,,, Nan gue aja" kata King. Mengingat dia tidak suka dengan sifat Adnan yang berulang kali mencoba modus pada perempuan, termasuk Bianca. Apalagi Adnan dan Fira masih sering ribut. King tidak mau Bianca terlibat di keributannya.
"Yaudah nih" Adnan memberikan kunci mobil kepada King.
King pun lalu berjalan ke arah Bianca yang sempat di panggil Adnan tadi. "Ambil data inputan di meja" ujarnya singkat.
Bianca yang baru selesai dengan pekerjaannya mengangguk cepat. "Kalo udah ikut gue, gue tunggu di depan"
Dalam beberapa menit, mereka sudah berada di mobil. Bianca duduk di samping King sambil memegang berkas berisi data output dengan erat. Namun, suasana perjalanan terasa jauh dari nyaman.
King tidak berkata apa-apa sejak mereka berangkat. Motor melaju dengan kecepatan stabil, tetapi Bianca merasa canggung dengan keheningan yang melingkupi mereka. Mungkin karena King yang sudah memutuskan untuk tidak jatuh terlalu dalam pada Bianca. Bianca mengerti ia juga seharusnya tidak memulai semuanya.
"Aku pikir kamu nggak bakalan suka aku. Termasuk nggak bakalan kebawa perasaan sama hal-hal yang aku lakuin ke kamu kak. Makanya aku berani ngelakuin itu" kata Bianca pelan, mencoba mencairkan suasana.
"Gue juga manusia. Punya hati" sahut King tanpa menoleh.
Bianca menggigit bibirnya, merasa semakin canggung. Ia ingin mengatakan lebih banyak hal, tetapi suasana dingin dari King membuatnya ragu.
King pun fokus mengendarai mobil, dengan tujuan mengantar barang yang selesai di perbaiki. Ia harus pergi ke berbagai perusahaan yang menyervice barang elektronik ke bengkel dimana ia bekerja.
Bletting...
Bianca segera membuka ponselnya melihat pesan yang dikirim oleh Adnan, Adnan berpesan agar Bianca dan King langsung membeli makan siang untuk mereka semua.
"Kak Adnan minta sekalian beli makan kak" kata Bianca, King hanya mendengar, dia tidak memberi reaksi apapun.
Masih fokus mengendarai mobil untuk mengantar beberapa barang seperti Ac, kulkas dan mesin Cuci.
Perjalanan kembali hening, satu persatu alamat sudah mereka datangi, dan barang output di belakang mobil pick-up sudah berkurang. Sisa satu barang lagi, waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Dengan sedikit santai King mengantar output terakhir.
Mobil terparkir di sebuah tempat londry sesuai dengan alamat yang tertulis. Setelah mengucapkan permisi King dengan kesusahan menurunkan mesin cuci itu dari mobil sendirian. Bianca melihat itu merasa sedikit tidak enak karena tidak membantu apapun. Lagipula King sedari tadi menolak bantuan Bianca.
Seorang tukang parkir tiba-tiba datang membantu King tanpa King minta, senyum pun terukir di bibir Bianca akhirnya ada yang membantunya.
"Mbak, tanda tangan dulu" kata Bianca melihat seorang perempuan pemilik londry.

KAMU SEDANG MEMBACA
Leon King (18+)
Roman pour Adolescents⚠️1821+ ⚠️ Mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar About what? About Bianca, Leon and King... Bocil Minggir! Ini cerita ngabrutt orang dewasa