07

139 23 3
                                    

Lima rius weh kalau ada typo silahkan comen, ini cerita gue yang pertama jadi belum terlalu paham betul kalimat yang tepat😗

Vote woi vote🪓!!

Maaf lama up lagi sibuk🙏

Share ke teman teman kalian ohe!

Seperti biasa gak usah banyak cincau langsung saja lego💅





.

.

.

.


.

________________











"Lo suka sama Leona?"

Pertanyaan dari seseorang membuyarkan lamunan Farel. "Gak mungkin, gue sama dia cuma teman"

Akbar yang tadi sempat berdiri di pintu kamar sekarang duduk di kursi kayu tepat di depannya Farel. "Terus kenapa akhir akhir ini nempel kayak lem dan tutupnya?"

Farel yang sejak tadi berusaha menghafalkan kitab yang mustahil baginya untuk dihafal, walaupun sudah berusaha berkali kali tapi hanya mengingat beberapa saja meletakkan kitab itu di meja kayu. "Emang ada yang salah kalau gue sama Leona bareng?"

Akbar menggaruk kepalanya yang tak gatal, niat bertanya tapi malah balik dasar. "Dengar baik baik, lingkungan disini jauh berbeda dengan lingkungan tempat lo tinggal sebelum kesini"

Farel memiringkan kepalanya bingung lalu Akbar menghembuskan nafas kasar. "Disini pesantren, cewek dan cowok tidak boleh bertemu kecuali kalau itu memang benar-benar penting"

"Kalau gak penting dijadiin beneran penting itu jadi penting kan?" Tanya Farel ngeyel.

Akbar yang jengkel langsung menampar Farel menggunakan peci Jokowi hingga merintih kesakitan. "Bisa serius?"

"Gue yakin, Leona sedang dinasehati oleh Lisa, seperti yang lo rasain saat ini" lanjut Akbar sedikit menahan.

Farel sudah mengenal semua teman satu rumah Leona sempat dibawa kerumah mereka tapi langsung diusir oleh Lisa karena ada peraturan, tidak boleh mengunjungi rumah cewek dan begitu pula sebaliknya. Dan Leona juga terkena imbasnya sudah membawa Farel kerumah mereka.

Farel masih memegang pipinya yang masih sakit akibat tamparan peci Jokowi. "Gue tau, tapi gue sama dia kan dari lingkungan yang sama jadi belum terbiasa"

"Terkadang ada waktunya kita tidak boleh menuruti keinginan yang sangat ingin kita inginkan" Akbar memasang kembali pecinya.

"HELLO HELLO PARA BEBAN" Suara Iril membuat Farel dan Akbar menatap sinis kearah Iril yang langsung kicep.

"Anjay kayaknya lagi serius, lagi ceritain Ali lebih tampan dari Nathan ya...wooaah yajelas dongs" Sambung Ali yang tiba tiba muncul setelah membuka pintu.

Kalau ada Ali pasti ada Nathan, ia sangat lelah tanpa fikir panjang Nathan melewati Ali dan Iril di tengah tengah mereka berdiri sembari menarik kopernya menuju kursi kayu panjang dan langsung merebahkan tubuhnya. "Kalau lo tidur disitu, pas bangun badan lo sakit Than"

Ali memperingat namun Nathan tidak mendengarnya ia langsung menyesuaikan tubuh tingginya dengan kursi yang tidak terlalu panjang itu. "Eh ada junior nih kenalin nama gue Ali ganteng bahenol sedunia, nama lo?" Ali langsung duduk disebelah Farel dan menjabat tangannya. "Nama gue Farel kak" balas Farel canggung.

"Kalau Ali dipanggil kakak kenapa gue dipanggil bang gundul anjir" keluh Iril ternodai oleh nama julukan yang dikenal oleh banyak orang.

"Masih mending itu gundul dari pada Leona, dia manggil lo tuyul kan jadi mulus" koreksi Akbar tanpa merasa bersalah tertawa lebar bersamaan dengan Ali dan Farel.

Pesantren Unlimited EditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang