13

125 14 1
                                    

Bismillah..

Up cepat nih kalian harus vote oke🦆

Kalian baca pukul berapa? Kalo mau tidur ambil wudhu terus baca ini

"Lailahaillallah wahdahula syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kullibsyai-inqadir. La haula walaa quwwata illaa billah subhanallah walhamdulillah walaa ilaahaillallah Allahuakbar"

Barang siapa mengamalkannya akan diampuni dosa dosanya meski sebanyak buih buih dilautan.
(HR. Ibnu hibbqn, shabib)

Seperti biasa gak usah banyak cincong langsung aja lesgo🦆

Seperti biasa gak usah banyak cincong langsung aja lesgo🦆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.........


"Dari banyaknya orang yang ada disini, kenapa harus Lisa yang pulang kampung? " Tanya Leona frustasi.

Luna mengangkat kedua bahu yang semulanya tangannya menyapu berhenti karena pertanyaan Leona. "Mau gimana lagi, emaknya sakit"

Leona menghela nafasnya karena mereka belum sadar akan bencana yang sedang mereka alami. "Terus kalau gak ada Lisa siapa yang masak? " Pertanyaan dari Leona membuat Luna yang sedang menyapu terdiam dan Lika yang sedang memakan tempe berhenti dan menaruh lagi tempe itu.

Mereka bertiga menghampiri tempe yang ada di meja makan, sebelum pergi Lisa sempat memasak. "Tempe bertahan berapa hari? " Tanya Luna memecahkan keheningan.

Leona berfikir sejenak. "Lima hari bisa kayaknya"

Lika mengangguk mengiyakan. "Memang bisa, tapi tempe itu harus digoreng lagi biar bertahan"

"Tapi.. Ini tempe tinggal satu" Luna mengungkapkan fakta yang menyakitkan tapi memang benar menyakitkan.

"Itu.. Sama itu jadi dua" Lika menunjuk ke arah tempe hasil gigitannya tapi mulutnya langsung dibungkam oleh tempe gigitannya.

Leona tersenyum bangga karena disaat masa genting seperti ini skill terpendamnya mau tak mau harus dikeluarkan. "Gue bisa masak" Ucapnya langsung mendapatkan tatapan binar dari Lika dan Luna.

"Udah kalian tenang aja, serahin semuanya ke cheff Leona" Lika dan Luna terharu mengusap air mata yang nyatanya tidak keluar sedikitpun.

Setelah sholat dzuhur mereka berdua siap mencicipi masakan Leona, Leona membawa dua piring dan meletakkannya di hadapan mereka.
Senyum mereka memudar setelah melihat piring itu yang berisi telur mata sapi yang gosong bahkan menghitam.

Luna menelan ludah kasar memastikan. "Ini telur kan? " Tanyanya tidak percaya yang langsung diangguki oleh Leona.

"Penampilan luarnya gak penting Lun, yang penting rasanya" Ucap Lika mulai memotong telur dan menyuapi kedalam mulutnya.

Pesantren Unlimited EditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang