>> Happy Reading <<
Ditengah meriahnya pesta, sembari menyeruput minuman dalam gelas digenggaman tangannya, Abel memperhatikan Dinda yang tengah unjuk kebolehannya dalam bernyanyi dengan memainkan piano diatas panggung sana. Suara Dinda cukup bagus karena sedari kecil Dinda sudah rajin latihan vokal. Dulu, cita-cita Dinda adalah menjadi seorang penyanyi namun cita-citanya itu bertolak belakangan dengan keinginan orang tuanya yang menginginkannya menjadi Dokter. Dan alhasil kini Dinda pun berprofesi sebagai Dokter gigi. Anak-anak panti termasuk Abel bisa berkonsultasi dan melakukan perawatan gigi gratis di klinik milik Dinda.
Tadi, setelah acara inti selesai, Abel sudah berkenalan dengan Radit, pacar baru Dinda yang juga berprofesi sama seperti Dinda. Kemudian Abel juga berkenalan dengan teman-teman dari pacar baru Dinda itu. Dan pria bernama Bara lah yang menatapnya tak biasa, yang sampai saat ini curi-curi pandang memperhatikannya.
Abel benar-benar merasa sudah sangat tidak nyaman berada disini lebih lama lagi namun karena tak enak hati pada Dinda yang memintanya menemaninya hingga akhir acara, mau tak mau Abel pun menurut saja.
Seperti yang sudah pernah ia katakan, ia tak suka pesta. Ia juga tak suka berada di keramaian. Ia ...
"Abel, sendirian?"
Abel menoleh ke sumber suara kemudian mengangguk sebagai jawaban.
"Nggak keberatan kan kalau aku temenin?"
Abel ingin menolak tapi tak enak hati. Abel pun tak menanggapinya sembari memalingkan penglihatannya.
"Dinda nggak pernah bilang kalau dia punya sahabat secantik kamu."
Hampir saja Abel tersedak minumannya sendiri saat mendengar pujian Bara. Seorang pria tampan yang baru ia temui, ya meskipun masih kalah tampan dari Galaksi itu terang-terangan memuji dirinya cantik. Ah, mungkin ini karena dress mahal, sepatu mahal dan tas mahal yang dikenakannya yang menunjang penampilannya yang tak lain dan tak bukan adalah hadiah pemberian Dinda.
"Oh ya, Bel. Boleh minta kartu namanya? Siapa tahu aja kita bisa berteman dekat dan ... " Bara tersenyum. "Bisa kayak Dinda dan Radit."
Abel mengernyitkan dahi. Maksudnya menjadi pasangan seperti mereka? Hei! Terlalu dini Bara mengatakan ini. Lagipula mereka baru kenal malam ini.
"Aku pikir tadinya di pesta ini yang paling cantik dan bersinar itu Dinda. Tapi nyatanya ada yang lebih bersinar dari dia."
Abel tak menanggapi. Sepertinya Bara sedang berusaha menggombal.
"Kamu percaya cinta pada pandangan pertama, Bel?"
Abel menggelengkan kepalanya. Sungguh! Abel semakin tak mengerti akan mengarah kemana perbincangan ini. Jika boleh jujur, ia tidak percaya ada cinta sejenis itu yang hanya terjadi dalam serial drama yang sudah diatur sedemikian rupa oleh si penulis naskah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD GAMES [COMPLETED]
RomanceGalaksi Maximilian Xander, pria tampan dengan sejuta pesona. Gadis mana yang tidak tergoda olehnya. Ia dipuja dan digandrungi oleh para gadis karena ketampanan dan pesonanya. APAPUN bisa ia dapatkan dengan mudah jika ia menginginkannya. Namun entah...