LOVE CURSE - 05

593 89 11
                                    

Naruto berlari di lorong rumah sakit setelah mendapat panggilan dari Kushina tentang apa yang terjadi pada Hinata.

Terlihat Kushina yang tak jauh darinya nampak memeluk Minato setelah dokter mengatakan Hinata baik-baik saja dan sudah dapat dipindahkan dari ruang rawat.

Naruto juga mendengar dari percakapan itu, bahwa Hinata begitu kelelahan hingga membuat gadis itu pingsan. Ditambah ia menemukan ponsel dan dompet Hinata di dalam mobil saat arah pulang. Dalam lubuk hatinya, ia merasa bersalah. Dia merasa seperti anak SMA yang membully anak yang lemah. Ini adalah alasan yang terlalu klasik untuk pembatalan pernikahan, bukan?

Naruto siap mendapat tamparan dari ibunya karena Kushina dan Minato mengetahui apa yang telah ia perbuat.

Namun, Kushina yang menyadari kedatangan Naruto malah memeluk sang anak sambil terus menangisi Hinata. Tangan kecilnya memukul-mukul dada Naruto meski tidak menyakitkan sama sekali.

"Kenapa kau mau saja saat Hinata memintamu untuk pergi meninggalkannya sendirian? Apa meeting dengan komposer sebegitu pentingnya?"

Naruto terdiam dalam bingungnya. Skenario apa yang harus dilakukan setelah Hinata mengawalinya seperti ini?

Sebelum Naruto membuka mulutnya untuk berbicara pada Kushina, tubuh Hinata di atas ranjang rumah sakit ditarik keluar oleh beberapa perawat menuju kamar rawat yang akan ditempati. Yang kemudian disusul Kushina dan Minato mengikuti Hinata di belakang.

Naruto mengepalkan tangannya. Sudah cukup ia dibuat kesal dengan pertunangan ini yang tidak pernah ada habisnya, sekarang Hinata mencoba menjadi pahlawan kesiangan dengan menutupi kesalahan Naruto.

Sedetik kemudian, dilihatnya tangan putih kecil Hinata yang tertusuk jarum infus tergeletak jatuh dan lemas tak berdaya, membuatnya kembali merasa bersalah atas apa yang terjadi pada gadis kurus itu.

"Arrgghhh..." Naruto mengacak rambutnya dengan kesal. Perasaannya berkecamuk di satu waktu, dan itu begitu mengganggu.


.

.

Hari-hari berjalan seperti biasanya. Setelah tiga hari Hinata dirawat, gadis itu dapat kembali beraktivitas normal di kliniknya. Kali ini ada dua perawat yang membantu Hinata di klinik. Juga jam buka dan tutup klinik menjadi lebih teratur. Ini semua atas saran Kushina agar tidak membuatnya kelelahan lagi.

Termasuk seperti saat ini, Naruto masih menjemputnya di klinik setiap hari di jam yang sama.

"Kau sangat patuh dengan ibu dan ayahmu, Naruto. Sudah kubilang aku bisa bisa pulang sendiri" Ujar gadis itu saat melihat Naruto dengan wajah lusuh dan lelahnya mulai menancapkan gas membelah jalanan ibu kota diiringi dengan suara kereta yang melintas di jalur terdekat.

"Ya, lalu membiarkamu diterkam oleh penjahat kelamin yang berkeliaran seperti waktu itu." Ucap Naruto tanpa menatapnya. "Sebaiknya kau gunakan kemampuan otak dan tanganmu untuk menyetir mobil selain hanya memegang jarum akupuntur."

Seketika wajah Hinata menegang tanpa Naruto sadari. Gadis itu lebih memilih memalingkan wajahnya keluar agar tidak terlihat.

Kini Naruto melihat wajah Hinata saat gadis itu mencari-cari botol mineralnya yang terjatuh dari tas. Wajah Hinata sudah terlihat pucat namun masih sibuk mencari-cari botol minumnya, hingga membuat pria itu mau tak mau menghentikan laju mobilnya.

"Aku tidak apa-apa." Ucap Hinata setelah menemukan botol dan langsung meminum isinya. Hinata mendapati Naruto yang menatapnya khawatir.

"Sungguh." Ucap Hinata lagi, meyakinkan.

LOVE CURSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang