LOVE CURSE - 04

537 81 10
                                    

Hinata bangkit dari posisinya dan melipat lengannya di dada.

"Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, yang pasti kau akan mengacaukan acara kencan kita... jadi... aku tidak mau."

"Apa?!" Naruto mengikutinya bangkit dengan kesal. Tubuhnya yang tinggi membuat Hinata terlihat kecil di hadapannya. "Memangnya kenapa?" Tanya pria itu yang rupanya memang memiliki rencana tersembunyi daripada benar-benar mengajaknya berkencan. Wajahnya jelas menunjukan kedoknya yang seolah terbongkar.

Hinata membuang wajahnya kesal. Ia hampir jatuh ke dalam tipuan pria itu, "Sebelumnya kau bilang akan membuktikan kenyataan bahwa pertunangan ini harusnya tidak ada. Jadi mungkin saja akan terjadi hal buruk padaku, siapa yang tahu."

Hinata memilih beranjak daripada berdebat.

"Tunggu! Kau mau pergi?! Jangan seenaknya menuduh. Yang harusnya terjadi hal buruk itu adalah posisiku!" Naruto menghalanginya dengan berdiri di depan gadis itu dan memasang wajah kesal.

"Apa?! Kenapa kamu?! Itu harusnya aku!" Gadis itu tak mau kalah memasang wajah marahnya meski harus menenggakan kepalanya karena kaki yang pendek.

"Tentu saja. Kau tidak tahu rumor yang menimpaku selama ini, hah? Bahwa aku terkena kutukan cintamu. Kau penyihir jahat, seorang nenek tua yang menjelma menjadi gadis cantik!"

"Huh?!!! Kau mengatakan aku nenek tua?"

"Ya! Sifatmu yang suram dan suka berteman dengan orang-orang tua menunjukan itu."

Hinata semakin geram, ungkapan pria itu terdengar semakin dipaksakan, "Huh! kalau begitu aku akan menyiapkan mantra agar kau mendapatkan hal buruk hari ini."

Orang bilang inilah yang dinamakan pertempuran kucing dan anjing.

.

.

"Pada akhirnya kau membujuk ibumu agar aku mau berkencan denganmu." Sinis Hinata sebelum menggigit permen kapas yang Naruto berikan.

Saat ini keduanya sedang berada di tengah taman bermain dengan wahana-wahana yang menurutnya membosankan. Bagaimana bisa mereka berada di sini saat usia mereka sudah hampir memasuki kepala tiga.

"Kenapa? Kau tidak mau mencoba?" Tanya pria itu saat menyadari Hinata menghembuskan nafasnya karena bosan.

Gadis itu menoleh dengan cepat. "Tentu saja! orang dewasa mana yang ingin menaiki bianglala?!"

.

"Aku penasaran bagaimana view-nya saat malam hari." Gumam Naruto sambil terus memandangi pemandangan kota dari dalam salah satu bianglala.

"Apa tower itu yang dimaksud Kiko?" Kiko adalah perawatnya yang tak pernah henti merekomendasikan tower tempat kencan favorit dia dengan suaminya.

"Tokyo Tower?" Tanya Naruto.

Hinata mengangguk sebagai jawaban. Matanya berbinar saat melihat lampu-lampu di tower itu menyala. Ini sudah memasuki petang ditemani matahari yang mulai tenggelam. Karena itu, tanpa sadar, Hinata mulai menyukai hal-hal indah yang ada di sekitarnya saat ini.

"Naruto-" Gadis itu hampir memberikan ajakan agar Naruto bisa membawanya ke tower itu, tapi gadis itu memilih mengunci mulutnya rapat saat yang dilihatnya Naruto membelakangi dirinya dengan wajah enggan.

Hinata saat ini sadar bahwa mungkin saja tidak akan ada kata 'lain kali' yang terjadi di antara mereka.

"Menurutmu, apakah bertunangan lalu menikah denganku adalah kebahagiaanmu?"

Hinata menolehkan kepalanya pada pria itu saat pertanyaan itu muncul.

Suara awan di langit hitam menandakan akan turunnya hujan.

LOVE CURSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang