LOVE CURSE - 10

526 74 4
                                    

Author's Note: Perhatikan alur maju mundur yang aku buat ya

**********************************

Kini Hinata dan Naruto berjalan menyusuri jalanan puncak gunung menuju Hotel Hyuuga. Dengan Hinata yang berada di gendongan Naruto.

"Kenapa kau melakukan ini?" Naruto memaksanya untuk naik ke punggung pria itu padahal ia sudah meyakinkan masih bisa berjalan sendiri.

Tidak ada jawaban yang Naruto berikan.

"Apa kau sudah tahu tentang pergelangan kakiku?"

Tidak adanya jawaban yang Naruto berikan, membuat gadis itu menyimpulkan bahwa Naruto memang sudah tahu.

"Katakanlah..."

Hinata tidak yakin yang Naruto bicarakan.

"Apa?"

"Katakanlah lebih banyak semua yang kau ingin lakukan."

"Tentu saja."

"Tidak. Kau selalu memendam keinginanmu sendiri dan mendahulukan orang lain."

Kalimat terakhir Naruto begitu menohok dirinya kali ini. Baru saja ia sadari hal itu saat Naruto mengatakannya. Apakah benar dirinya seperti itu?

"Apa yang kau bicarakan? Apa kau lupa atas kehendak siapa kita bertunangan?" Hinata mengelak.

Naruto mengehembuskan nafasnya hingga mengeluarkan uap dingin yang menggepul.

"Apa kau merasa kedinginan?"

Lagi-lagi Naruto tidak menjawab.

Apa pria itu kesal padanya sekarang?

Tak menunggu lama, Hinata memasangkan topi wool kelinci itu pada kepala Naruto.

"Apa yang kau lakukan?" Naruto berontak meski ia tidak bisa menolak. Kedua tangannya jelas terkunci menggendong Hinata di belakangnya.

Tanpa Hinata pedulikan, gadis itu malah menggantungkan paperbag yang sejak tadi berisi topi, di leher Naruto.

Baiklah, kini Naruto nampak sempurna seperti orang bodoh.

.

Setelah berjalan beberapa lama, sebuah suara di atas langit membuat Hinata memaksa turun dari gendongan Naruto. Ternyata suara itu adalah kembang api yang menyala... yang menandakan malam tahun baru telah berganti.

Sementara Hinata yang terus menatap ke arah langit malam yang tak hentinya kembang api bersuar di sana, Naruto terjebak dalam pandangannya pada wajah putih Hinata yang dapat ia lihat lebih bebas seperti ini.

"Bukan kah itu sangat cantik?" Tanya gadis itu tanpa melihat ke arah Naruto.

Naruto hanya mengangguk setuju tanpa mengalihkan padangannya pada wajah Hinata.

Hinata pun ganti menatap ke arah Naruto. Gadis itu tersenyum dengan tiba-tiba hingga matanya menyipit sangat kecil, kemudian menyadari sesuatu.

"Tunggu, topimu miring."

Daripada menghiraukan degup jantung Naruto yang berdebar menggila, Hinata mendekatkan dirinya untuk membenarkan topi kelinci di kepala Naruto. Wajah Hinata yang tepat berada di depannya, membuat Naruto mau tak mau memundurkan diri dengan terpaksa. Ia harus melakukan itu sebelum jantungnya copot.

"Selamat tahun baru, Naruto." Ucap Hinata padanya sambil tersenyum sangat manis.

Naruto berjongkok menyerah pada akhirnya dengan pipi yang memerah. Sialan. Bagaimana bisa dia di-ultimatum secara terus menerus begini?!

LOVE CURSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang