LOVE CURSE - 07

471 73 5
                                    

Hinata membungkuk hormat pada Hiashi yang telah tiba.

Sang ayah pun membalasnya dengan pelukan.

"Bagaimana harimu?"

"Aku tidak terbiasa mendengar pertanyaan basa-basi itu."

Hinata tertawa mendengar jawaban ayahnya. Termasuk Hiashi yang juga tertawa kecil.

"Kali ini kau yang masak, bukan?" Tanya Hiashi saat mereka tiba di meja makan.

Makan bersama berdua adalah hal yang menjadi rutinitas setiap ayahnya pulang dari urusan bisnis. Terlebih setelah ditinggal sang istri, ayahnya lebih menginginkan ketenangan.

"Tentu saja aku masak. Aku sudah membayangkan wajah jelekmu saat marah jika makan malam ini bukan aku yang masak."

Hiashi hanya terkekeh dibuatnya, "sejak kapan kau jadi pandai berbicara."

"Aku penasaran, bagaimana ayah nantinya jika aku sudah menikah dan memiliki keluarga baru."

Candaan Hinata kali ini membuat Haishi terdiam. Pria yang sudah menginjak kepala enam itu nampak telihat murung mendengar ucapan Hinata. Garis-garis wajahnya juga sudah mulai terlihat namun masih menawan.

Hinata yang menyadarinya pun ikut terdiam. Dia merutuki mulutnya yang tiba-tiba membahas itu dan membuat rusak suasana.

"Hinata..."

Hinata tahu Hiashi akan menanyakan pertunangannya yang tidak berjalan mulus selama tiga belas tahun ini.

Biasanya Hinata akan menghentikan Hiashi bicara. Dia akan langsung mengalihkan pembiacaraan, dan Hiashi tidak akan membahas hal itu lagi.

Itu sejak tunangannya berada jauh darinya. Uzumaki Naruto selalu jauh darinya.

Saat itu Hinata dan Naruto sama-sama berusia 17 tahun. Di tahun kedua SMA, Hinata mengumumkan pernikahan mereka berdua. Bisa dikatakan sebelah pihak. Hanya Hinata seorang yang menginginkan perjodohan ini.

Hiashi yang tidak pernah mendengar satupun keinginan anak perempuan pertamanya ini akhirnya mencoba menuruti. Hiashi memberikan penawaran bantuan dana pada perusahaan Uzumaki yang saat itu berada di ujung tanduk.

Tawaran itu disertai perjodohan.

Hiashi tidak pernah menyangka Uzumaki akan menerimanya. Tapi semakin lama, Hiashi mengerti hanya Hinatalah yang berjuang sendiri dengan perjodohan ini.

Kali ini Hinata memberikan Hiashi kesempatan untuk bicara. Entah mengapa. Gadis itu merasa emosinya lebih berperan akhir-akhir ini.

"Hinata... Bagaimana hubunganmu dengan Uzumaki?"

Hinata tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Bibi Kushina dan Paman Minato sangat baik. Mereka sering mengajakku makan malam. Aku sudah dianggap seperti anak mereka sendiri. Aku sudah bilangkan, aku kadang menginap di rumah Uzumaki saat ayah keluar kota untuk bisnis?"

Hiashi meneguk air minumnya mendengarkan. Itu terdengar baik-baik saja.

"Lalu bagaimana dengan Uzumaki Naruto? Sejak dua bulan yang lalu kepulangannya dari Palestina, apakah kalian akrab?"

Sejak pengumuman pertunangan 13 tahun lalu, Uzumaki Naruto menjadi bahan olok-olokan teman-teman sekolah karena bertunangan dengannya. Tentu saja, julukan penyihir sudah mengecap di keningnya bahkan dari dulu.

Hal itu membuat Naruto pindah sekolah ke SMA dengan asrama khusus pria. Itu adalah langkah pertama Naruto menjauh darinya.

Langkah menjauh Naruto tenyata menjadi bertambah, yaitu saat Naruto memutuskan kuliah ke negara di Eropa hingga lulus gelar magisternya.

LOVE CURSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang