① Prolog

1.6K 116 67
                                    

Karakter yang tercantum hanyalah imajinasi Author, setiap pembaca bebas berimajinasi dalam bayangan karakternya sendiri.

*   *  *

Seorang pria sedang duduk termenung di dalam sebuah kelas sendirian, pandangannya kosong bahkan dia terlihat hanya memandang lurus kedepan.

Helaan nafas panjang dapat terdengar darinya, dia menidurkan kepalanya di atas meja. Memejamkan mata terlihat ada hal yang menganggu fikirannya.

Marva Hartigan, murid teladan dan cerdas di kelasnya. Dia selalu mendapat rangking 1 bahkan pernah menjadi juara 1 dalam lomba Olimpiade. Sayangnya, kehidupannya tidak seberuntung apa yang di lihat orang-orang.

Meskipun memiliki wajah yang mungil namun tidak dapat di pungkiri bahwa pipinya masih sedikit berisi, hidung mancungnya yang mungil sangat cocok di sajikan dengan bibir nya yang berwarna sedikit merah dan tebal.

Marva memiliki mata yang cukup lebar dengan bola mata hitam pekat yang membuatnya sangat menarik untuk terus di tatap. Matanya itulah yang menjadi daya tariknya.

Perpaduan ini menciptakan keindahan yang tak dapat di alihkan oleh pandangan.

"Marva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Marva ...!" teriak seseorang yang berlari masuk ke dalam kelas di ikuti pria lainnya.

Marva mengangkat kepalanya perlahan, menatap kedatangan dua orang yang sudah ada di sebelah mejanya.

"Va, lo udah ngerjain tugas pak Djarot belum?" tanya seorang pria berkacamata yang duduk di sebelah mejanya.

"Tugas? tugas apaan?"

"Ih pikun lo! tugas matematika, udah belum lo?" ucap pria lainnya dengan nada kesal. Pria itu duduk tepat di depan meja Marva.

Marva memejamkan matanya seraya mengetuk-ngetuk dagunya, dia berusaha mengingat tugas apa yang di maksud kedua temannya itu.

"Ouh! tugas yang limit itu?"

"Nah! udah belum lo?" seru pria berkacamata tadi. Marva mengangguk sebagai jawaban.

Tiba-tiba pria yang duduk di depannya itu meraih kedua tangan Marva, menggenggam nya dengan erat seraya melemparkan tatapan memohonnya.

"Plis ... gw nyontek ya? gw lupa ngerjain, semalem kelewatan main game."

"Hih! gak ah, kalian tiap ada tugas nyontek mulu kapan bisanya coba?" tolaknya.

Pria berkacamata pun ikut meraih tangan Marva, dia pun melemparkan tatapan memohon ke arah nya. "Plis Va, kali ini aja, terakhir kali deh. Nanti si Eza bakal jajanin lo seminggu full."

"Apaan?! ko jadi gw? kita berdua lah!" sahut pria yang duduk di depan Marva itu dengan melemparkan tatapan kesal.

"Kan lo yang tajir, gw duit jajan aja cuma di kasih 50 ribu buat sehari," ucap pria berkacamata itu.

Only Mine! (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang