② Impian adalah semangat

713 96 51
                                    

Karakter yang tercantum hanyalah imajinasi Author, setiap pembaca bebas berimajinasi dalam bayangan karakternya sendiri.

*   *   *

Sore harinya, dengan tergesa-gesa Marva langsung mengganti pakaiannya saat sampai di rumah, dia meraih tas nya dan segera berlari keluar rumah.

Marva berjalan menuju halte bus, disana dia duduk seraya menunggu bus yang akan dia tumpangi. Beberapa orang mulai berdatangan ke halte, beberapa dari mereka adalah pekerja yang sepertinya baru akan pulang.

Dari kejauhan Marva dapat melihat jelas bus berjalan ke arah halte, dia segera berdiri menunggu bus itu berhenti. Tepat saat bus sudah berhenti di halte dia bergegas masuk ke dalam, Marva mengambil posisi duduk di salah satu kursi dekat dengan jendela.

Dia memakai headset nya, menyalakan musik dari handphone nya seraya memandangi pemandangan luar dari jendela disana.

Helaan nafas panjang kembali terdengar darinya, sesekali Marva memejamkan matanya menikmati perjalannya kali ini.

Dirinya be-kerja di Angkasa Caffe, salah satu caffe terlaris di negaranya. Caffe ini sudah memiliki banyak cabang yang tersebar cukup luas, namun sayangnya belum ada yang pernah bertemu pemilik asli caffe ternama ini.

Di caffe tersebut, Marva memiliki satu bos yang terbilang cukup tegas bahkan tak bisa mentolerir kesalahan sedikit apa pun. Dia hanya ingin ada kesempurnaan tanpa menciptakan kesalahan sedikit pun.

Saat bus sampai di salah satu halte, Marva segera turun dan berlari ke arah caffe karna kebetulan jarak caffe tidak terlalu jauh dari halte tempatnya berhenti.

Di tengah larinya sesekali dia menatap jam yang ada di lengannya, waktu terus berjalan maju membuat Marva semakin telat, itu karna saat pulang sekolah dia ketinggalan bus dan harus menaiki bus selanjutnya, membuat dia mengulur waktu selama 1 jam lebih.

Bugh!

Karna tidak memperhatikan jalan, dirinya tak sengaja menabrak seseorang dari depan membuat dirinya mundur beberapa langkah.

"Nyonya, anda tidak papa?" ucap salah satu pria dengan style jas yang begitu rapih.

Marva segera melihat orang yang baru saja dia tabrak tadi, seorang perempuan dengan pakaian formalnya seraya menggenggam ponselnya sendiri di dekat telinga, seakan sedang menelfon.

"Maaf ... saya bener-bener minta maaf ...," ucap Marva seraya merunduk dengan wajah bersalah.

Perempuan yang sedang merapihkan kembali pakainya itu mulai mengangkat kepalanya, sorot matanya begitu tajam dengan wajah datarnya melihat ke arah Marva.

Nit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nit... Nit...

Suara jam tangannya berbunyi membuat Marva segera melihat jam nya, dirinya bener-bener sudah terlambat. 

Only Mine! (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang