Kepsek meraih HP nya, dia memberikan HP nya itu ke arah Marva, disana Marva melihat adanya nomer asing yang mengirim pesan ke kepsek, hanya ada dua hal disana. Satu vidio dengan di awali latar gelap yang langsung di tonton oleh Marva.
Terkejutnya dia saat tahu vidio itu adalah rekaman CCTV kejadian di saat Marva mendapat pukulan dari Rehan dan teman-teman nya.
Yang lebih membuatnya kaget adalah, pesan di bawahnya, dimana namanya itu tersebut disana.
"Tolong maafin Bapak dan anak Bapak ya Marva, tolong jangan laporin Rehan ke pihak berwenang, masa depan dia bisa hancur nanti," ucap kepsek yang masih memohon pada Marva.
Marva meletakan kembali HP itu, "Begini Pak ... pertama, saya tidak pernah punya niat untuk melaporkan tindakan anak Bapak itu ke polisi. Kedua, Bapak gak perlu minta maaf karna saya tahu kalo Bapak udah berubah dan bisa bersikap adil sekarang. Dan ketiga, saya sama sekali gak tau tentang vidio itu, bahkan saya gak tau kalo ada CCTV yang menyorot tepat ke tempat dimana saya di pukuli di hari itu."
"Jadi kamu tidak akan melaporkan Rehan ke polisi kan nak?" Marva langsung menggeleng sebagai jawaban, kepsek terlihat menarik nafas lega.
"Tapi tolong ya, bujug siapa pun orang yang mengirim vidio ini agar tidak melaporkan anak saya," pintar kepsek dengan wajah sedih dan khawatir.
"Baik Pak, kalau begitu saya permisi ya pak." Marva sedikit menunduk sopan sebelum akhirnya berjalan keluar dari ruang kepsek.
Dengan wajah serius dan kesal Marva berjalan menuju kelas nya, saat di ambang pintu kedua teman nya terlihat sedang berdiri menunggu dirinya.
"Gimana? kepsek ngomong apa?" tanya Theo dengan nada khawatir.
"Gw mau balik, ada hal yang harus gw urus," ucap Marva yang segera berjalan masuk ke kelas, dia meraih tas nya.
"Eh tunggu ...." Eza menahan Marva yang hendak berjalan keluar dari kelas.
"Lo kenapa? kepsek ngomong apa emang?"
"Aduh, nanti gw jelasin. Gw harus pergi sekarang, tolong izinin gw ke guru," ucap Marva yang langsung berlari pergi meninggalkan kedua temannya yang sedang kebingungan.
Kali ini Marva tidak menghubungi Zen untuk di jemput, dia dengan tergesa-gesa memilih untuk mmenaiki Taxi. Dari tatapan dan wajah nya dapat di lihat bahwa Marva sedang sangat kesal karna suatu hal.
Perjalanan yang tak terlalu jauh akhirnya membuat Taxi yang dia tumpangi sampai di depan rumah Flair. Setelah membayar taxi nya Marva segara mendekat ke arah gerbang.
Marva menekan bel yang tertempel di tembok dekat gerbang membuat salah satu pengawal disana mengintip di balik lubang gerbang.
Saat tahu siapa yang memencet bel, dia segera membuka kan gerbang untuk Marva, sontak Marva segera berlari masuk menuju pintu rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Mine! (On Going)
Teen Fiction⦅Slow update⦆ Marva Hartigan adalah seorang murid SMA yang duduk di bangku kelas 3. Marva menjadi yatim piatu saat dirinya berusia 12 tahun, kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan saat hendak mengantarnya ke sekolah. Demi menghidupi kehidup...