Melihat Marva yang tak sadar kan diri membuat Flair panik, dia menangkup wajah Marva, "Ava! Marva!" seru Flair seraya menepuk-nepuk pipi anak itu.
Banyak nya darah yang membasahi setengah wajah Marva membuat tatapan dan ekspresi Flair berubah. Dia mulai berdiri menatap tajam pria di hadapan nya itu.
Tiba-tiba banyak pengawal yang datang dan segera memegangi pria itu dengan erat.
"Apa-apaain nih?! kalian siapa?!" seru pria itu dengan tatapan kebingungan dan mulai takut.
Flair meraih kayu yang ada di bawah, dia menghantamkan kayu tepat ke arah kepala pria itu membuat pria itu berteriak.
"Argh!"
"Akhh!!"
"Ampun ...."
"Maafkan saya ...."
"Arghh!!"Tidak hanya satu pukulan, Flair terus menghantamkan kayu itu ke kepala pria itu sampai kayu yang sudah kropos itu rusak dan patah.
Pria itu sudah tidak sadarkan diri, kepalanya mengeluarkan darah yang cukup banyak hingga membasahi wajah nya. Entah dia masih hidup atau tidak.
Dari arah lain Zen datang dengan di bantu seorang pengawal, dia memegangi perutnya yang memang terasa sakit akibat perkelahian tadi.
"Maafkan saya nyonya, saya tidak bisa menjaga den Marva dengan baik," ucap Zen yang sedikit menunduk di sela-sela memegangi perutnya.
"Sudahlah, urus luka mu dengan baik. Setelah itu cari info lengkap tentang pria ini."
Zen mengangguk, "Baik nyonya."
Saat matanya mengedar, perhatian nya teralih ke arah Zen yang terbaring tak sadar kan diri dengan darah yang sudah menetes ke tanah. Flair segera menghampiri anak itu, dia menangkup wajah Rey.
"Hey ..., Rey bangun ...." Tidak ada respon, anak itu benar-benar tidak sadar kan diri dan cukup terluka.
"Pengawal, bantu saya bawa Rey ke rumah sakit." Dua orang pengawal mendekat dan membantu mengangkat tubuh Rey. Sementara Flair kembali mendatangi Marva.
Dia menggendong anak itu di punggungnya, Flair kembali berdiri di hadapan Zen. "Urus pria itu dan bawa Rey ke rumah sakit," perintah Flair yang di angguki Zen. Dia mulai berjalan membawa Marva pergi menuju mobil nya.
Di rumah sakit, Marva sudah selesai di periksa dokter, kepalanya bahkan sudah terbalut oleh perban, beruntung tidak ada luka serius. Bahkan tidak ada gangguan di otak atau kepalanya akibat benturan tadi.
Flair duduk di kursi sebelah bed pasien, dia memandangi Marva yang masih belum sadar kan diri.
"Maafkan aku ..., kemarin aku terlalu kejam padamu," lirih nya.
"Shh!"
Kedua mata Marva mulai terbuka perlahan dengan dia yang memegang kepalanya, kepalanya masih terasa sakit.
Flair langsung berdiri mendekat ke bed, "Masih sakit kepala nya?" tanya nya yang mengusap lembut kepala Marva.
"Kakak?" Marva tampak kebingungan, dia melihat sekeliling dan tiba-tiba dia teringat sesuatu.
"Rey! Kakak, Rey mana? Rey di bawa sama pria itu? dimana Rey, Kak?" tanya Marva yang bertubi-tubi dengan wajah panik nya.
"Marva tenang ...." lirih Flair yang memegang kedua pundak Marva, menatap dalam kedua mata anak itu membuat nya perlahan mulai tenang.
"Rey sudah di tangani oleh dokter, kondisi dia baik-baik aja dan tidak ada luka serius."
Mendengar itu membuat Marva bernafas lega, "Tapi Ava mau jenguk dia Kak. Ava mau keruangan nya," ucap Marva yang berusaha beranjak dari bed nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Mine! (On Going)
Novela Juvenil⦅Slow update⦆ Marva Hartigan adalah seorang murid SMA yang duduk di bangku kelas 3. Marva menjadi yatim piatu saat dirinya berusia 12 tahun, kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan saat hendak mengantarnya ke sekolah. Demi menghidupi kehidup...