Ke-esokan harinya.
Bel sekolah sudah berbunyi menandakan jam pelajaran akan di mulai, beberapa murid mulai berbondong-bondong masuk ke dalam kelas, mereka segera menduduki kursinya masing-masing.Seorang guru wanita masuk ke dalam kelas, Theo yang berstatus sebagai ketua kelas pun mulai memimpin salam dan doa.
"Za ... shtt!" desisnya pelan.
Eza yang mendengar panggilan itu pun menolah ke arah Theo. Pria itu menunjuk ke arah Marva yang masih lelap tertidur.
"Bangunin," bisiknya.
Eza menggoyangkan tubuh Marva dengan perlahan, bukannya bangun dia justru hanya merubah arah kepalanya. Eza berdecak kesal, dia pun mempercepat gerakan tangannya.
"Va ... bangun udah ada guru BK di depan," bisiknya Eza.
"Siapa itu yang tidur?" Ucapan guru BK membuat Eza terkejut, seketika dia langsung mengembalikan arah duduknya.
Guru BK itu berjalan mendekat ke meja Marva, dia mengetuk meja Marva beberapa kali membuat pria itu mulai terusik. Dia mengangkat kepalanya perlahan seraya menggosok salah satu matanya.
"Marva ...."
Mendengar panggilan itu membuat dirinya langsung mengarahkan pandangan ke arah sumber suara tadi, terkejutnya dia melihat ada guru BK yang sudah berdiri di samping mejanya. Marva merunduk takut.
"M-maaf bu ...."
"Cuci muka dulu sana, saya gak mau kamu gak konsen di kelas saya." Marva mengangguk patuh, dia merunduk sopan sedikit sebelum akhirnya bergegas keluar kelas.
Marva berlari menuju kamar mandi, dia berdiri di depan salah satu westafel disana. Helaan nafas panjang terdengar dari anak itu, dia menatap pantulannya sendiri di cermin tepat di hadapannya.
Dari kedua mata Marva dapat terlihat jelas bahwa anak ini begitu kelelahan, wajahnya pun terlihat memucat. Apa ini sebab dari pekerjaan keduanya yang di lakukan di jam malam hari?
Marva harus pulang sekitar jam 2 di hari Kamis dan sabtu karna itu adalah waktu kerjanya untuk di bar. Dia menggeleng riuh berusaha menyadarkan dirinya sendiri, Marva segera membuka keran air dan membasuh wajahnya.
Setelah selesai membasuh mukanya, dia pun segera keluar dari kamar mandi dan berjalan kembali ke kelasnya. Marva memperhatikan kelasnya dengan baik.
Beberapa jam di lalui dengan beberapa mapel sampai akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Mereka bertiga sekarang sudah berada di kantin, menempati salah satu meja kantin disana.
Marva yang sedang duduk terlihat memandang lurus kedepan dengan tatapan kosongnya.
"Buruan pesen, laper nih gw," keluh Eza.
"Bawel lo," ucap Theo dengan wajah datarnya.
"Lo mau pesen apa Va?" tanya Theo yang kini mulai melihat ke arah Marva, sayangnya anak itu justru masih melamun.
Theo menepuk pundak Marva membuat dia langsung menyadarkan dirinya sendiri.
"Hah? kenapa?"
"Lo kenapa sih? di kelas ketiduran, sekarang di kantin malah ngelamun," ucap Eza.
"Gw gak papa ko, lagi mikirin kerjaan aja."
Eza dan Theo saling tatap sejenak. Theo menepuk pundak Marva, "Sekarang lo itu lagi di sekolah, cukup fikirin persoalan sekolah. Jangan sampe semuanya kacau karna fikiran lo sendiri," pesan Theo. Marva mengangguki ucapan temannya itu.
"Yaudah, sekarang lo mau gw pesenin apa?" sambungnya.
"Bakso aja deh, gw lagi gak pengen makan nasi, minumannya samain aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Mine! (On Going)
Teen Fiction⦅Slow update⦆ Marva Hartigan adalah seorang murid SMA yang duduk di bangku kelas 3. Marva menjadi yatim piatu saat dirinya berusia 12 tahun, kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan saat hendak mengantarnya ke sekolah. Demi menghidupi kehidup...