Pagi harinya, Marva sudah berada di meja makan menikmati sarapan nya dengan dirinya yang sudah rapih memakai seragam sekolah.
Perdebatan semalam membuat Marva enggan bertukar sapa atau bahkan memberi sedikit senyuman kepada Flair.
Bunyi lift yang berbunyi membuat Marva menoleh sejenak, saat tahu bahwa yang keluar dari lift adalah Flair membuat Marva kembali melanjutkan kegiatan makan nya.
"Ini susunya den," ucap salah satu pelayan yang meletakan segelas susu hangat di hadapan Marva.
"Makasih bi." Marva memberi senyuman lebar ke pelayanan itu sebelum akhirnya mulai meneguk perlahan susu yang ada di gelas.
Saat dirinya sedang meneguk susu, Flair ternyata mengambil posisi duduk di kursi tepat di sebelah Marva, wanita itu hanya diam memandangi Marva yang sudah hampir menghabiskan susunya.
"Susunya enak bi, makasih ya!" seru Marva di akhiri senyum manisnya kepada pelayanan yang di angguki dan di balas kembali dengan senyuman oleh pelayan itu.
Dia mulai meraih tas nya yang ada di kursi lain di sebelahnya, saat hendak berdiri Flair menarik lengan Marva membuatnya kembali terduduk di kursi.
"Ck! apa lagi sih?" kesalnya.
Wanita itu memajukan badan nya menciptakan jarak yang begitu dekat dengan Marva, dia memegang lembut dagu Marva. "Kamu memberikan senyuman kepada seisi rumah kecuali saya."
Marva menepis pelan tangan Flair dari dagunya, dia langsung berdiri dari kursinya saat sudah menggendong tas nya di pundak.
"Ava masih marah sama Kakak, jangan harap Ava bakal maafin Kakak dengan gampang," ucap nya dengan wajah yang cemberut dan langsung melanjutkan jalan nya keluar rumah.
Melihat itu membuat wajah Flair yang tadinya datar tiba-tiba berubah, senyuman lebar muncul di wajahnya. Wanita itu tersenyum geli melihat tingkah merajuk anak itu.
Suara kekehan terdengar dari Flair walau kecil dan samar-samar namun dengan kondisi rumah yang sunyi membuat pelayan yang masih ada di dekat meja makan dapat mendengar nya. Tentu, mereka saling tatap bingung.
"Why he is cute like that?"
Setelah punggung Marva menghilang di balik pintu, Flair meredakan kekehan nya dan kembali berjalan masuk ke dalam lift. Hari ini adalah jadwal nya untuk pergi ke kantor mengecek semua hal di kantornya.
Sementara di luar area rumah mobil sudah siap untuk mengantar Marva, anak itu segera masuk ke dalam mobil bersama dengan Zen. Asisten Flair itu memang di tugaskan untuk mengantar dan mengikuti Marva kemana pun dirinya akan pergi.
Baru saja mobil itu sampai di depan gerbang sekolah, semua murid langsung mengarahkan perhatian nya ke Marva. Banyak tatapan aneh dan bisa di lihat ada beberapa yang berbisik.
"Den Marva kalo sudah jam pulang tolong telfon saya ya, agar bisa saya jemput."
"Iya Pak Zen, makasih sudah di antar ya." Pintu mulai bergeser membuat semua orang semakin penasaran siapa orang di balik mobil itu.
Saat Marva baru saja menginjak kan kaki nya ke aspal, beberapa murid di buat kaget bahkan tatapan aneh itu semakin jelas.
Bagaimana mereka tidak terkejut? Selama ini Marva hidup begitu sederhana namun kali ini dia di antar menggunakan mobil yang terbilang mewah beserta supirnya.
Namun bukan Marva jika memikirkan tanggapan orang lain, dia menggerakan kedua bahunya bersikap acuh dengan semua tanggapan dan tatapan orang-orang.
Marva kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam wilayah sekolah, dia berjalan melewati lorong sampai akhirnya berhenti di depan pintu kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Mine! (On Going)
Novela Juvenil⦅Slow update⦆ Marva Hartigan adalah seorang murid SMA yang duduk di bangku kelas 3. Marva menjadi yatim piatu saat dirinya berusia 12 tahun, kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan saat hendak mengantarnya ke sekolah. Demi menghidupi kehidup...