Part 9

207 16 2
                                    

Hai hai👋
Gimana kabar kalian hari ini?
Sebelumnya makasih buat kalian yang masih berkenan untuk baca dan nungguin cerita ini😭🥰

⚠️Follow dulu sebelum baca⚠️
No plagiat⚠️

_"Aku takut penyesalan datang suatu hari nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_"Aku takut penyesalan datang suatu hari nanti. Jadi, jangan pernah mencintai aku, mas."_

-Nurla Az-Zahra-


Nafisya sedang mengobati luka Abraham yang di beri Hartono tadi. Hati nya merasa sakit melihat putra sulung nya seperti ini.

Air mata tidak berhenti turun sedari tadi. Abraham mengusap pelan air mata yang berada di kedua pipi Nafisya.

"Jangan nangis lagi umi, Raham gak papa sekarang."

"Kenapa harus kamu sih, Ham?"

Abraham tersenyum begitu lembut. Ia menyakinkan Nafisya bahwa dirinya baik-baik saja sekarang.

"Ini udah kehendak Allah."

Nafisya menatap sendu dan sedih anak sulung nya ini. Ada perasaan yang tak dapat ia keluarkan. Bagaimana jika tadi ia kehilangan Abraham?

Sangat sulit untuk bisa di terima hati nya. Abraham adalah penguat hati dan alasannya bertahan selama ini. Jika tidak ada Abraham mungkin diri nya sudah tak ada lagi di dunia ini.

Malaikat kecilnya ini menyadarkannya dari ketidak warasan yang di akibatkan trauma masa lalunya. Saat itu Nafisya sedang mengandung anak keduanya yang sudah meninggal dunia dan juga akibat kebodohannya.

Ia begitu lalay atas titipan yang Allah berikan padanya. Nafisya sangat menyesal akan semua kejadian itu.

"Bagaimana keadaan Urla sekarang?"

"Alhamdulillah, panas nya sudah turun, umi. Sekarang ia sedang tidur sehabis sarapan dan minum obat." jelasnya pada Nafisya.

"Kalau begitu kamu juga harus istirahat, jangan keluyuran." nasihat nya pada Abraham.

"Tidak bisa, umi. Abraham harus ke asrama putra untuk mengajar."

"Kan bisa digantikan terlebih dahulu sama ustadz lain, Ham!" ucapnya tak ingin dibantah lagi.

Abraham melihat kearah Ibrahim untuk meminta bantuan. Wajah sang ayah terlihat menjawab tidak bisa.

"Dengarkan saja apa yang umi katakan, Raham. Temani saja istrimu yang sedang sakit."

Abraham hanya bisa pasrah dan kembali melangkah menuju kamarnya di atas. Saat membuka pintu ia melihat Urla yang sedang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan indah.

Nurla Az-zahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang