"Entah bagaimana lagi saya bisa menyentuh hati kamu yang sangat keras untuk di labuhi sebuah hati yang hanya dimiliki manusia biasa ini. "
_Abraham Assyaqir Rafqi_
🌼🌼🌼
"kamu adalah cara terbaik untuk mengobati luka yang masih terjebak di masalalu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_"Setelah mempertimbangkan semua rasa, ternyata Allah memang ingin menyatukan kita di dalam sebuah hubungan"_
-Abraham Assyaqir Rafqi-
Hari ini menjadi hari terakhir Abraham berada di pesantren Darul hikmah. Ia sudah rapi dengan setelan kemeja berwarna hitam dan sarung dengan warna senada.
Setelah mempertimbangkan semua rasa di hati dan pikiran yang terus menerus meluap akhirnya ia melakukan solat istikharah meminta petunjuk kepada Allah SWT.
Dan jawabannya yang ia dapat semakin menyakinkan dirinya untuk meminang Urla setelah berbicara bersama keluarganya.
Sedangkan di depan pintu kamar ada Urla yang sedang bigung antara mengetuk pintu atau tidak. Ia tadi di suruh memanggil Ustadz Abraham atas perintah Umi Nira.
"Bismillah aja deh.."
Menarik nafas dalam ia akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Tak baik juga membuat semua keluarga kyai Zeid menunggu di meja makan.
Tok..
Tok..
Tok..
"Assalamu'alaikum, Ustadz Abraham?"
Seruan nya tak di jawab sedikit pun dari dalam. Apakah dia tidak ada di dalam?
"Assalamu'alaikum.."
"Ustadz Umi Nira memanggil beliau agar segera turun.."
Urla mengkerut kan dahi. Apakah benar tak ada di dalam? Dengan memberanikan diri ia mulai membuka pintu yang sedikit terbuka.
Tapi tak di sangka ada orang yang terlebih dahulu membuka pintu dari dalam dan sebuah dorongan dari belakang membuat ia terhuyung ke depan.
Urla memejamkan mata. Tiba dimana seruan dari orang di belakangnya membuat mereka tersadar.
"Astagfirullah.. Kalian sedang apa?"
Ada sedikit nada marah dan tidak menyangka di dalam pertanyaan dari kyai Zeid yang baru saja naik dan melihat Urla serta Abraham dalam posisi yang tidak pantas menurutnya.