Part 1

694 49 91
                                    

Happy Reading
~
~
~
~


Hai Hai aku bawa cerita baru nih, semoga suka ya guys.

⚠️follow dulu sebelum baca⚠️
⚠️no plagiat⚠️

Selamat membaca semua!

Selamat membaca semua!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_"pertemuan yang begitu singkat namun sangat melekat di dalam hati. Kamu sungguh devinisi yang saya cari"_

-Abraham Assyaqir Rafqi-


Suasana di kawasan jakarta pusat begitu padat akan penduduk kota yang berlalu lalang. Hanya sekedar pergi mengerjakan kegiatan masing-masing, banyak dari mereka lebih memilih untuk menggunakan kendaraan umum daripada kendaran pribadi.

keramaian menjadi pemandangan pada pagi hari. Lumayan cerah sih.

Seorang gadis berbaju gamis bewarna putih dengan kerudung cream-nya sedang kesusahan membawa belanjaan penuh untuk kebutuhan di pondok pesantrennya.

Dia santri di salah satu pesantren yang ada di kota ini. Sebagai seorang pengurus dia memiliki tugas yang sudah ditetapkan. Sebenarnya, dia di sini tidak sendirian, tapi juga bersama dengan pengurus lainnya.

Tapi, entah ke mana mereka pergi meninggalkan dirinya seorang diri. Terlebih di tempat yang begitu ramai orang ini.

Yang jadi masalahnya, dia tak tahu arah jalan pulang untuk ke pesantren. Dia hanya seorang santri yang datang dari kota bandung. Jadi wajar saja 'kan bila dia tak mengetahui jalan pulang?

"Hurf.. Ya Allah, aku harus gimana ini teh.. Mana gak bisa pulang, karena gak tahu jalan lagi.. Buat naik taksi aja gak ada uang.."

"Beri hamba pertolongan-Mu, Ya Rabb.."

Bigung, ingin bertanya rasanya sangat malu. Banyak sekali orang yang menatap ke arahnya.

"Emang, penampilanku ada yang salah, ya?" dalam hati ia bertanya.

Sebuah mobil melintas melewati kubangan air yang membuat pakaian wanita tersebut basah dan kotor. Dan lebih parahnya lagi yang mengendarai mobil tidak turun dan meminta maaf padanya.

"Ya Allah, cobaan apa lagi ini teh?"

"URLAAAA.. "

Dari kejauhan tampak teman-teman sesama pengurusnya melambaikan tangan. Dia merasa lega, untung saja mereka masih ada di sekitaran sini. Kalau tidak, tak tahu bagaimana nasibnya saat ini.

Nurla Az-zahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang