"Entah bagaimana lagi saya bisa menyentuh hati kamu yang sangat keras untuk di labuhi sebuah hati yang hanya dimiliki manusia biasa ini. "
_Abraham Assyaqir Rafqi_
🌼🌼🌼
"kamu adalah cara terbaik untuk mengobati luka yang masih terjebak di masalalu...
Siang guys👋 Gimana kabar kalian hari ini? Maaf bgt ya buat kalian karena aku baru up hari ini🙏 hari-hari sebelumnya ada kesibukan yang gak bisa aku tunda🙏🙏
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_"Cinta bukan saja tentang rasa. Tapi, cinta juga meliputi sebuah pengorbanan dan keharusan si dalamnya."_
-Ridwan Ramadani-
"Urlaaaa.."
Sebuah panggilan mengejutkan Urla yang sedang menyiram tanaman di depan ndalem. Ia menoleh dan melihat dengan mata berbinar kala ketiga sahabatnya yang memanggil tadi.
"MasyaAllah, kapan kalian Sampai kemari? Kok gak ngabarin aku sih?"
"Sengaja, mau buat kamu terkejut." jawab Ruhi yang sudah memeluk Urla terlebih dahulu.
"Padahal kalau aku tahu nanti kalian aku jemput," ucap Urla yang tidak bisa membendung kebahagiannya. Ia sangat merindukan para sahabatnya ini.
"Gakpapa, La. Lagian kita juga kesini karena di ajak sama kyai Zeid." sahut Azkia yang disetujui oleh Ruhi dan Nassya.
"Sya? Gak mau peluk?" tanya Urla yang melihat Nassya diam saja sejak tadi.
"Nassya mau peluk, tapi Nassya pengen nangis yang keceng sekarang." ucapnya yang membuat mereka saling menatap heran.
"Kenapa?"
"HUAAAA ASYA KANGEN BANGET BANGET BANGET SAMA KAMU," teriak Nassya di iringi tangisan yang kencang.
Nurla, Ruhi dan Azkia hanya menatapnya dengan lembut. Sebenarnya perasaan rindu sudah mereka tahan sejak kepergian Urla dari pesantren.
"Aku juga kangen banget sama kalian,"
Azkia melepaskan pelukan mereka terlebih dahulu dan melihat Gus Abraham yang keluar menggunakan gamis putih yang membuatnya terlihat menonjol.
"Assalamu'alaikum,"
"Eh, w-waalaikumussalam Gus." jawab mereka dengan gugup.
Urla yang hanya diam membuat mereka bertanya-tanya, apakah keduanya sedang terlibat pertengkaran?
"Jika kalian sudah selesai, paman Zeid menunggu kalian di dalam." serunya memberitahu pesan yang di sampaikan pamannya.
Abraham menatap Urla yang berusaha menghindarinya. Ia perlahan mendekat dan mengusap lembut kepala Urla yang membuat teman-temannya ingin berteriak histeris.
"Aaa kok aku kayak gini aja liatnya gak kuat banget sih," bisik Ruhi yang di tanggapi hal serupa oleh Azkia dan Nassya.
"Baper banget aku." lanjutnya yang masih terus berbisik.
Urla yang melihat ketiga temannya segera melepas tangan Abraham dari kepalanya. Ia dengan canggung berusaha untuk biasa saja.