6

12.9K 43 1
                                    

Shower kunyalakan. Air pun menguyur kami berdua. Dalam posisi berpelukan dibawah curahan air kami berbincang.
"kak... jadi gak kita ngesex hari ini?" tanyaku
"jadi dong...." Kata Naya
"emank kakak rela perawan kakak buat aku....?"tanyaku
"kan kakak juga dapet perjaka kamu... jadi gpp lah" katanya sambil tersenyum.
"nanti kalo kakak hamil gimana...?"
"ga mungkin....."
"kok ga mungkin kak?"
"tadi pagi kakak udah minum pil kontrasepsi dari mama...." kata Naya.
Behhhh...... ini baru perfect. Tadinya kupikir pengalaman sex pertamaku akan memakai karet untuk membungkus penisku. Rasanya ada yang kurang kalau sex pertama ada karet yang mengganggu, pikirku.
"asyik.... Aman donk kalo aku keluarin di dalam...." Kataku.
Naya hanya tersenyum.
"tapi pelan-pelan ya.... Jangan terlalu nafsu.. kata orang kalo cewe masi perawan tuh sakit....."

Aku menahan nafas mendengarnya. Kupikir tadinya sex pertama kali akan menjadi pengalaman yang menyenangkan. Kini perasaanku mulai campur aduk. Antara nafsu dan ketidaktegaanku melihat kakakku menahan rasa sakit.

"kok Pipin diem... ?" tanya Naya.
"kalo gitu jangan deh kak... aku gak tega ngeliat kakak kesakitan"
"yah ini kan resiko cewe.... Lagian kan Cuma untuk pertama kali... kesana-kesananya kan udah ga akan sakit lagi....." katanya. Sepertinya Naya berusaha mencegahku untuk mengurungkan niat.
"beneran kak?" aku masih kurang percaya. Naya tersenyum dan mengangguk. Kami pun berpelukan dan melanjutkan ritual mandi bersama.

Seusai mandi kami mengenakan handuk kimono dan duduk di sofa ruang tengah.
Naya yang sedari tadi memperhatikan keragu-raguanku berusaha menenangkanku.
"jangan diem gitu donk.... Yuk kita mulai..." kata Naya.

Naya menyingkap kimonoku dan mulai mengoral penisku. Tak butuh waktu lama sampai penisku menegang penuh. Hasrat bercinta dan rasa tidak tega kini malah membuat penisku mengeras, sangat keras dibanding sebelumnya. Dengan cekatan Naya mengulum dan menjilat penisku. Aku yang sudah tidak kuasa menahan nafsuku langsung melepaskan kulumannya dan kulumat bibir Naya.

Kurebahkan dia disofa dan kutindih dia dengan badanku. Rangsangan kami semakin mesra satu sama lain. Lidah kami kini beradu, saling menjilat satu sama lain.

"kalau sakit banget bilang ya kak... biar jangan dilanjutin dulu" kataku.
"iya deh....."Naya mengangguk.

Aku mencoba mengira-ngira posisi lubang vagina Naya. Tapi tak kunjung juga kutemukan. Naya yang mengetahui kebingunganku segera meraih penisku dan membimbingnya menuju lubang kenikmatan itu.

"masukin Vin... kakak udah pengen banget." Katanya
Perlahan kutekan penisku yang sudah basah karena liur dan cairan kewanitaan Naya. Perlahan tapi pasti, senti demi senti kumasukkan penisku dengan hati-hati.
"Aaaa....." Naya memekik tertahan. Tanpa dikomando langsung kucabut penisku dari vaginanya.
"kenapa kak? Sakit ya.... Udah kak jangan diterusin... aku gak tega..."
"ihhh.... Kamu ayo cepetan kakak udah ga sabar nih...." Pintanya.

Ketakutan merasukiku. Kali ini aku memasukkan penisku dengan lebih perlahan lagi.
"Aaaa.... Terus Vin....." kata Naya.
Aku berhenti sejenak, namun malah Naya yang mendorong pantatnya agar penisku masuk seluruhnya.
"Aaaahhhh.....Sssshhh.....Ahhhh.........." desahnya. Padahal saat itu penisku tidak aku gerakkan sama sekali.
"perih ya kak..... aku cabut aja ya...." Kataku.
"Aaaahhh..... tunggu Vin... jangan dulu...."pintanya. kuturuti apa maunya, kupikir dia pasti lebih paham tentang apa yang dirasakannya. Kukulum putingnya untuk mengusir rasa takutku. Naya mendesah dan mendekap erat wajahku di dadanya.

Desahan Naya sudah tak terdengar. Tampak dia sudah bisa menanggulangi rasa sakit itu.
"ayo Vin goyangin... pelan-pelan...."
"emang udah ga sakit kak?" tanyaku.
"masih, tapi udah gak sesakit tadi..."
Kugerakkan penisku maju mundur dengan perlahan. Sangat hati-hati, aku sama sekali tidak ingin melihat kakakku kesakitan karena keperawananya kurenggut. Perlahan tapi pasti, Naya mulai menikmati permainan kami. Raut wajah kesakitan sama sekali sudah hilang dari roman mukanya. Aku semakin percaya diri untuk melanjutkan permainan kami.

Happy FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang