Naya tersentak mendengar perkataanku. Kami bertiga kini diam seribu bahasa. Mama dan Naya seperti tak tau harus berkata apa.
Cukup lama Naya diam dan termenung. Akhirnya senyum tipis menghiasi wajahnya yang cantik. Mama masih terdiam menunggu jawaban dari Naya.
"menurut kamu kakak jawab apa?" kata Naya.
"ihhhh.... Kakak.... Aku serius...." Kataku.
Naya tertawa kecil melihatku merengek. Mama memelukku dari belakang, ia menyandarkan dagunya pada bahuku."ohhh.... Jadi begitu syaratnya..... oke deh... mama merestui...." Kata mama.
Naya kembali tersenyum dan mengecup bibirku. Kami bertiga berpelukan, erat sekali. Kehangatan kasih sayang dalam keluarga kami tak bisa kupungkiri.
Naya melepaskan ciumannya dan mengangguk.
"iya..... kakak mau kamu jadi suami kakak...." Katanya.
Ucapan Naya bagaikan air dingin di tengah padang pasir yang terik. Begitu melegakan hati dan perasaanku yang gundah gulana dirundung cobaan yang tak ada habisnya.Keputusan kami sudah bulat. Mungkin ini adalah yang terbaik bagi kami. Walaupun segala resiko sudah menanti akibat keputusanku, namun aku bertekad menghadapinya. Kali ini tanpa penyesalan.
"aku mau ke kamar tante.... Mama sama kakak mau ikut?" tanyaku.
Naya menggelengkan kepala.
"kamu aja sayang.... Selesaikan kewajiban kamu...." Kata mama.Aku mengangguk dan berjalan melewati pintu kamar itu. Meninggalkan mama dan Naya berdua yang menunggu aku menyelesaikan kewajibanku.
Kuketuk pelan pintu kamar tante Mina.
Tak butuh waktu lama. Tante Mina membukakan pintu, rupanya ia belum juga tertidur.
"eh.... Vin... ayo masuk...." Kata tante.
Tante Mina membalikkan badan dan berjalan menuju ranjangnya, kulihat sepitas dari balik punggungnya, tante Mina menyeka air mata diwajahnya.
Aku menutup pintu kamar itu dan berjalan kearahnya. Tante Mina duduk di ranjang itu, aku mengikutinya. Kini aku duduk berdampingan dengannya."tante kok nangis?" tanyaku pelan.
"maaf ya Vjn.... Tante ga maksud nyusahin keluarga ini..... tante cuma ga mau dihamilin sama pria-pria gak jelas diluar sana..." kata tante.
Aku tersenyum lebar, berusaha mencairkan suasana yang kurasa sangat canggung ini.
"udah si tan.... Santai aja...., tapi....." kataku.
"tapi apa Vin?"
"nanti anak kita gimana?" tanyaku.
Tante tersenyum, ia mendekap tanganku dengan tanannya yang hangat. Kurasakan tangan tante masih lembab oleh air mata.
"tante gak akan gugurin kandungan tante... tante akan urus anak kita sampai besar... kamu ga perlu khawatir, anak kita gak akan tau apa yang terjadi sebenarnya... tante akan bilang sama dia, kalau ayahnya ninggalin tante waktu tante mengandung..." kata tante.
"tapi sekali-kali tante bawa anak kita ya.. main ke tempat Kevin..... Kevin kan mau liat perkembangan hasil antara Kevin sama tante..." kataku.Tante tersenyum dan mengangguk. Kini ia memeluk tubuhku dan mencium bibirku dengan lembut.
Dalam ciuman itu kami merebahkan diri keranjang.
Ia memeluk tubuhku dengan erat. Kurasakan nafasnya yang hangat berhembus diwajahku.
Sambil berciuman, kini tanganku membuka pakaian yang dikenakan tante. Ohh... kulit tante yang mulus membuat nafsuku bangkit. Aku menjelajahi lekuk tubuhnya yang sintal dengan kedua telapak tanganku.
Kedua tangannya kini mulai melucuti pakaianku. Tangannya yang lembut menarik tubuhku untuk merebah di atas tubuhnya yang sudah tidak terbalut apa-apa.
Payudaranya yang besar kurasakan sangat hangat ketika menyentuh kulit dadaku. Lembut dan kenyal sekali. Aku melepaskan ciumanku dan mulai menjilati lehernya.
"Mmmh..... geli sayang..." kata tante.
"kulit tante mulus banget... kaya masih perawan..." kataku.
Aku melanjutkan aksiku. Kuhisap lehernya dengan kuat, sampai meninggalkan bekas cupangan yang memerah dilehernya.