8

8K 28 0
                                    

Aku memundurkan posisi tubuhku, khawatir bila tanpa sengaja aku mencium bibirnya. Bahaya, pikirku.

“perawanin gue Vin……” kata Indah.
Aku terentak kaget dan jatuh kebelakang karena posisi kursiku yang memang sudah miring.
“gile lu Ndah…. Sadar-sadar… istigfar….”kataku.
Indah tak mendengarkan apa yang aku katakan. Indah segera duduk di pahaku dalam posisiku terbaring di lantai. Dibukanya kancing seragamnya satu persatu sampai kancing terakhir.

Aku terdiam, bingung apa yang harus kuperbuat untuk mencegahnya. Indah menyibakkan seragam tanpa melepasnya. Kini terpampang dua payudaranya yang masih terbalut bra.
“Vin…. Kali ini aja…. Penuhin permintaan gue… gue ga rela lu hilang dari hidup gue, tanpa gue meninggalkan sesuatu sama lo…” kata Indah. Diraihnya tanganku dan diletakkan di kedua payudaranya.
“Vin…. Kok diem aja.

Aku masih terpaku dalam lamunanku. Penisku mulai memberontak. Kurasakan ukuran celanaku semakin menyempit. Di pangkuanku telah duduk seorang perempuan cantik yang rela memberikan kehormatannya padaku.

Aku diam sejenak. Akhirnya kuputuskan untuk mengakhiri semua ini.
Aku memindahkan tanganku yang berada di payudara Indah menuju kancing bajunya. Perlahan kukaitkan kembali kancing bajunya satu persatu. Indah menitikkan air mata.

“kenapa Vin…. Kenapa….. kenapa lu ga mau nurutin permintaan gue…. Sekali ini aja Vin…” kata Indah sambil terisak.

Aku bangkit dan duduk di sampingnya. Kupeluk tubuh Indah dengan erat. Indah memelukku, isakan tangisnya kini semakin keras. Kuusap rambut Indah yang tergerai di bahunya.

“Ndah…. Jangan…” aku berbisik ditelinganya.
“kehormatan lu gak pantas lu berikan ke cowo seperti gw…” kataku.
“apa yang udah kita jalanin selama tiga tahun sekolah bareng-bareng udah merupakan kenangan manis di hidup gue.” Kataku.
“lagipula…………..”
“lagipula apa Vin….” Tanya Indah yang masih terisak.
“keperawananlu harusnya lu berikan kepada suamilu nanti… bukan kepada cowo yang udah ga perjaka seperti gw….” Kataku.
Indah terkaget mendengar apa yang kukatakan. Dia melepaskan pelukannya padaku.
“maksud lo apa Vin….., lo udah pernah ML sama perempuan lain?” tanya Indah.

Aku terdiam sesaat. Kuceritakan tentang apa yang sudah terjadi dalam hidupku. Mengapa aku melakukan hal itu. Konsekwensi apa saja yang sudah ku ambil, semuanya. Kuceritakan pada Indah tanpa ada yang ditutup-tutupi. Air mata Indah kembali mengalir membasahi kedua pipinya yang halus. Aku tidak berani menyekanya. Sadar bahwa tangan-tanganku yang kotor tidak pantas menyentuh gadis suci seperti Indah.

Indah menyeka air matanya sendiri.
“oke…., terus kenapa lu ga mau ngambil keperawanan gue?” tanya Indah.
“karena gw sayang sama lu Ndah… gw ga tega ngerusak hidup lu, kesucian lu hanya karena nafsu sesaat. Mungkin sering lu denger, kucing ga akan pernah nolak kalau diberi ikan. Tapi itu ga berlaku di gw. Gw sangat sayang sama lu, mungkin udah gw anggap seperti saudara. Untuk hari ini gw mohon maaf. Gw tau lu pasti jijik ngeliat gw. Tapi, kalo suatu saat lu butuh bantuan gue, gw janji gw akan selalu ada buat lu” kataku.

Tiba-tiba saja Indah menciumku. Dipeluknya tubuhku erat. Aku tidak kuasa menolaknya kali ini. Kupeluk erat tubuh Indah. Mungkin beberapa hari lagi kami tidak akan pernah bertemu lagi. Entah, hanya tuhan yang tau.

“lu cowo baik Vin… gak nyesel gw menghabiskan waktu tiga tahun untuk mencitai lu… first kiss gue sekarang gue titip sama lu. Gue harap lu ngak menganggap gue cewe murahan…” kata Indah.
“ga akan Ndah…” kataku.
Kami tersenyum bersama dan membereskan pakaian kami yang berantakan.
Kami berjalan berdua menyusuri tangga untuk bergegas pulang. Aku mengantarkan Indah terlebih dahulu kerumahnya. Sepanjang perjalanan, Indah tak mengucapkan sepatah kata pun. Apakah dia marah padaku. Wajar kalau dia marah, pikirku.

Happy FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang