Siang pun berlalu, langit yang cerah kini mulai memerah. Aku memacu motorku menuju rumah.
Sesampainya di rumah kulihat mobil mama sudah terparkir di dalam garasi. Aku memasukkan motorku kedalam rumah dan mengunci pagar, seperti biasa.
Kulihat mama dan Naya sedang duduk berdua di sofa.“Ehh…. Sayang. Udah pulang… gimana tadi kerjanya, capek ya..” kata Naya.
“sini sayang duduk sama mama sama kakak….” Kata mama.
Aku meletakkan kunci di meja, lalu kurebahkan tubuhku di antara mereka. Aku menghela nafas, mengusir rasa lelah.
“mau minum?” tanya Naya.
Aku mengangguk. Naya beranjak dari sofa dan mengambilkanku segelas susu dingin.“kamu kenapa sayang…. Akhir-akhir ini kamu berubah sejak mama hamil….” Tanya mama.
Aku terdiam tak kuasa berbicara.
“kok diem sih….. bener kan dugaan mama…”
Aku mengangguk pelan dan menyandarkan kepalaku di bahu mama.
“Kevin ga mau mama hamil lagi…., aku juga ga mau kakak sampai hamil… apa kata tetangga nanti kalo sampe mama atau kakak hamil tanpa suami….” Kataku.
Mama merangkulkan tangannya ke bahuku. Mendekapku erat dan mengelus rambut di kepalaku.
“jadi karena itu… pantes kamu belakangan ini kurang gairah….” Kata mama.
Naya datang menghampiri kami. Disodorkannya segelas susu kepadaku.
“minum dulu sayang…… biar gak galau lagi…” kata Naya.
Aku tersenyum. Memang hanya mama dan Naya yang mampu menghiburku di saat-saat sulit.Aku menenggak segelas susu yang diberikan Naya.
Rasa haus yang kurasakan kini menghilang. Kukumpulkan sisa keberanianku dan mulai berbicara.“mah…. Kak…. Sampai kapan kita mau begini…?” tanyaku.
“kamu kenapa Vin…. Bosen ya…” kata Naya.
“bukan bosen kak…. Aku sih seneng… seneng banget malah punya mama dan kakak yang sayang sama aku. Tapi……” kata-kataku terputus.
“mama nggak akan hamil lagi sayang….” Kata mama berusaha menenangkanku.
“iya mah…. Mama kan uda pasang spiral…tapi kakak gimana?”
“kakak kan udah minum pil KB….” Kata Naya.
“yaaa.… kalo nanti kelupaan kaya mama gimana….. aku ngerasa bersalah ma… gara-gara aku mama sampai harus aborsi. Aku ngerasa berdosa ngebunuh calon anak sendiri…” kataku.Mama hanya bisa tersenyum mendengar perkataanku.
“anak mama udah tambah dewasa……”katanya.
Mama mengusap punggungku dan melanjutkan apa yang ingin dikatakannya.
“gini ya Vin… secara teknis mama memang melakukan aborsi… tapi waktu itu usia kehamilan mama bahkan belum sampai satu minggu, janinnya pun belum jadi…”
“masa sih ma….” Kataku.
Mama mengangguk.
“waktu keluar juga…. Kaya mens biasa aja…. Gak ada gumpalan yang besar…. Memang yang udah kita lakuin selama ini salah… tapi apa salah kalau kita sama-sama memberi kenikmatan satu sama lain… jujur, mama sangat menikmati apa yang kita lakukan sekarang. Kita saling melengkapi, mama butuh kamu.. kamu pun juga terhindar dari sex bebas yang ngak jelas bersih apa ngak.” Kata mama.
“kakak juga Pinn…. Kalau dipikir-pikir… kakak lebih suka berhubungan sama kamu. Kamu liat sendiri kan… diluar sana laki-laki baik dan setia udah mulai langka. Kakak takut kalau kakak menjalin hubungan sama mereka, yang ada justru sakit hati…. Hubungan antara laki-laki dan perempuan kan seharusnya saling memberi.. saling melengkapi… yah… seperti yang kita jalani sekarang…” kata Naya.
Naya tersenyum dan memelukku.
“jadi…. Kamu jangan galau lagi ya sayang….. kakak sedih ngeliat kamu terus ngelamun begitu…” kata Naya.
“oke… masalah mama udah clear… tapi kalo kakak sampe hamil gimana?” kataku.
“gampang….. kalian nikah aja… trus kita pindah dari sini….” Kata mama.
“ehhhh….. masa segampang itu.. nanti kalo ditanyain orang tuanya mana gimana?” kataku.
“halah…. Kamu ngaku aja jadi anaknya tante Mina…. Gampang…” kata Naya seraya mengedipkan sebelah mata padaku.
“ihhh kakak…… aku ga berani ah…” kataku.Naya menyergapku dan melucuti pakaianku.
“kamu jangan gitu donk sayang….. kita kan udah dua minggu gak ML bareng….. nanti lama-lama kakak perkosa nih” kata Naya sambil terus menggerayangiku dan berusaha melucuti semua pakaianku.
“ihh kakakk…. Hahaha…. Geli tu kak.. udah…udah…. Ampun…” kataku.
“wahhh ide bagus tuh Nay…… kita perkosa aja gantian hihihi….” Mama tersenyum nakal.