Sore menjelang, mama dan Naya kini telah pulang.
Roman wajah mereka terlihat sangat gembira. Ternyata rumah yang mereka lihat sangat bagus. Akses jalannya pun mudah. Rumah itu terletak disebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Di dalamnya ada sebuah kolam renang, halamannya pun luas. Mewah sekali, aku sempat tidak percaya ketika mereka mengatakan rumah itu dua ratus juta lebih murah dari rumah kami sekarang.
Tuhan tampaknya memberikan jalan untuk kami.
Syukurlah, masalah yang datang silih berganti kini perlahan mulai berakhir.Beberapa hari berselang, kami berempat sempat terdiam ketika tante Mina mencelupkan secarik kertas panjang berwarna putih kedalam air seninya. Perlahan garis merah mulai muncul. Samar-samar kami lihat dua garis tercetak di kertas itu.
“hore…………………….” Kami berempat bersorak bersamaan. Kami mengucapkan selamat atas kehamilan tante Mina. Hal itu membuktikan bahwa tuduhan suaminya tidaklah benar.
Mama dan tante Mina berpelukan, erat sekali. Kulihat tante Mina menitikkan air mata. (writer: Horeeeeee, congrats yah tante mina, congratssss🎉🎊🎉🎊)
“selamat ya Min….. sebentar lagi kamu jadi ibu….” Kata mama.
“makasih ya kak…. Aku ga tau harus bagaimana berterima kasih sama kalian….” Tante terisak di pelukan mama.
“itulah gunanya keluarga tante…. Suatu saat, kalau tante butuh sesuatu… tante ngomong aja sama kita… kalau kita bisa bantu pasti kita bantu….” Kata Naya.
“makasih ya Nay….” Tante Mina melepaskan pelukannya dari mama.Ia kini menoleh kearahku. Ia mengusap air matanya dan tersenyum.
“Vin….. makasih ya…. Tante akan jagain anak kamu….” Katanya.
Aku mendekat dan berjongkok di depan tante. Kutempelkan telingaku di perutnya.
“nanti kamu kalo udah besar jangan nakal ya……” kataku sambil mengelus perut tante.Setelah hari itu tante mengirimkan foto kepada mantan suaminya. Foto test pack dengan dua garis merah itu membuktikan bahwa dirinya tidak mandul seperti yang dituduhkan oleh suaminya.
Tak lama setelah foto itu dikirim, suami tante menelepon. Ia meminta maaf atas segala ucapannya, ia kini sadar ternyata dirinyalah akar dari masalah yang terjadi dalam rumah tangga tante Mina. Namun tante Mina menolak halus ketika suaminya meminta untuk rujuk kembali.
“masa lalu bukan untuk disesali, tetapi untuk mengajari kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dimasa lalu” begitu kata tante.Hari ini adalah hari dimana kami pindah dari rumah lama kami, rumah yang penuh dengan kenangan indah. Tempat dimana aku, Naya, mama, dan ayah tinggal. Kenangan indah itu membuat kepindahan kami serasa berat. Sungguh sedih mengetahui kenyataan bahwa rumah itu sudah tidak menjadi milik kami lagi. Seseorang telah membelinya.
Mama telah resign dari tempat kerjanya. Terlalu jauh, kata mama. kini ia sibuk bersama Naya membuka usaha butik.Hari ini adalah hari pertama kami menempati rumah baru itu. Kami kini tinggal di sebuah rumah yang cukup besar berwarna putih. Seperti lembaran baru yang akan kami tulis bersama.
Memang butuh perjuangan untuk menikahkan aku dengan Naya. Berhari-hari kami melobby petugas di KUA untuk memalsukan identitasku. Akhirnya ia menyetujuinya setelah mama memberikan uang sepuluh juta rupiah. Kini, aku dan Naya sudah resmi menjadi suami istri.Kandungan tante Mina kini berusia satu bulan. Memang belum kelihatan perubahan pada bentuk tubuhnya. Namun, sifat tante mulai berubah. Kini naluri keibuannya mulai muncul. Ia mulai peduli pada hal-hal kecil menyangkut kehamilanya. Aku lega, anakku mendapatkan ibu seperti tante Mina.
Ia kini telah membeli sebuah rumah entah dimana. Kata tante, kapan-kapan ia akan mengundang kami main kesana.Jarak antara Bogor dan Jakarta tidak begitu jauh. Seminggu dua kali aku rajin pergi ke bengkel untuk membantu pekerjaan Vito. Vito senang sekali, ternyata kepindahanku tidak begitu mengganggu pekerjaan kami. Semua berjalan normal.