Aku mem-bookmark beberapa halaman yang menjelaskan langkah demi langkah dalam membuat body motor. Mataku mulai lelah, munkin karena tidak terbiasa berada di depan komputer. Kami menyudahi pembicaraan itu dan bergegas menyusul mama untuk beristirahat.
Temaramnya langit sore telah berubah menjadi kegelapan malam. Seakan menuntun khayalku melayang mengarungi lautan mimpi. Dalam pelukan mama dan Naya aku membayangkan tentang masa depan. Akan jadi apa diriku nanti. Well…. Kalo bertanya pada rumput yang bergoyang, jawabnya…. SIAPA YANG TAU.
Beberapa bulan berlalu. Rencanaku membuka bengkel modifikasi motor telah terwujud berkat kerja kerasku belajar dari sana sini. Welll🤘😎… sebenarnya sih aku tidak menjalankan usaha ini sendiri. melainkan berdua dengan sahabatku Vito, yang sama-sama hobi dengan dunia otomotif.
Usahaku berjalan cukup lancar. Kami mengawali usaha kami dari garasi rumah Vito. Dua bulan berselang, untung yang kami peroleh sudah cukup besar. Kami memberanikan diri menyewa sebidang tanah. Tidak terlalu luas, hanya 10x5m. Setidaknya cukup untuk digunakan sebagai workshop.
Aku cukup puas dengan apa yang aku capai sekarang. Walapun kata orang kepuasan itu adalah musuh utama dalam bisnis, tapi yah… mau bagaimana lagi. Diusiaku yang kini menginjak 18 tahun aku sudah memiliki penghasilan setara manager di perusahaan swasta. Dan empat orang karyawan. Lumayan lah, pikirku.
Namun perasaanku sempat gundah beberapa minggu lalu, mama telat menstruasi dan positif hamil. Pukaku pucat pasi mendengar cerita dari kakakku Naya. Apa komentar para tetangga nanti kalau melihat perut mama yang kian hari kian membesar ketika ayah sudah tiada.
Untunglah kami memiliki saudara seorang bidan. Adik mamaku, Mina namanya. Oleh tante, mama diberi obat penggugur kandungan. Rasa bersalahku muncul. Keluarga kami telah melakukan praktek aborsi. Ohh tuhan… cobaan apa yang kali ini engkau berikan kepada keluarga kami.
Ketika tante Mina mendengar cerita mama tentang mengapa hal ini terjadi. Tante Mina terdiam, tak tau apa yang harus di katakan. Tante berjanji untuk tutup mulut dan tidak menceritakan aib keluarga kami kepada siapapun, termasuk sanak family lain. Tante menyarankan agar mama memasang spiral sebagai pencegahan berikutnya. Mama selama ini rutin meminum pil kontrasepsi, namun tampaknya hari itu mama lupa. Mungkin karena kelelahan setelah bekerja, pikirku.Jujur kukatakan. Aku sangat menikmati berhubungan sex dengan mama dan Naya kakakku. Tapi sejak kejadian itu, semua tidak lagi sama. Aku mulai kehilangan gairah. Entah karena trauma, takut, atau karena tekanan psikologis. Aku tak mau jika kejadian itu sampai terulang. Kasihan mama jika menderita karena cemoohan orang-orang, pikirku.
Aku duduk termenung di workshop. Memandang kosong ke awan yang entah berbentuk seperti apa. Apakah aku harus mengakhiri persetubuhan kami sampai disini, pikirku.Tidak, kasihan mama. kini aku sudah seperti pengganti ayah bagi mama. Disamping wajah kami yang sangat mirip, sifat kami pun tak jauh berbeda. Namun bagaimana dengan kakak. Apakah aku harus meminta kakak mencari pacar dan segera menikah, pikirku. Aku tak rela jika kakakku yang sangat aku cintai harus menikah dengan laki-laki lain.
Pikiranku berkecamuk rasa bimbang menyelimutiku.“lu kenapa sih bro….. belakangan ini sikaplu aneh…. Kalo begini terus kerjaan kita bisa berantakan…” Vito mengagetkanku, membuyarkan semua angan dan lamunanku.
“gapapa bro….. ada sedikit masalah… masalah kecil… ga usah diambil pusing..” kataku seraya bangkit.
Vito menarik tanganku untuk kembali duduk.
“sini dulu ngapa sih….. lu kalo ada masalah cerita lah… jangan kaya ayam kena tetelo gitu…. Diem… ngelamun….. aduh… risih gw ngeliatnya… masalah cewek?” tanya Vito.
“kepo banget si lu….” Kataku.
“udah si………. Masalah cewe mah selow buat gw…. Lu ga usah takut… apa perlu gw cariin cewe? Mau yang mana… Sinta, Rani, Marsha…… Ohhhhh…. Jangan-jangan lu keingetan sama Indah…. Ngaku lo…” Vito.
Perkataan Vito terasa menusuk dadaku. Indah, sahabatku di sekolah dulu yang sempat ingin memberikan keperawanannya padaku, namun aku tolak.
“Isshhhhh…. Apaan si pake bawa-bawa Indah….” Kataku.
“alah….. muna lu…. Indah masi suka BBM gw nanyain lo….. nih liat…” kata Vito seraya menunjukkan percakaannya dengan Indah.
“kaga lah bray……. Lu mah suka bawa-bawa orang si…. Lu tenang aja, kalo soal kerjaan lu bisa percayain ke gw. Mau ada badai, tsunami, gunung meletus, atau ada kebo beranak kek… bagi gw kerjaan ya tetep kerjaan.” Kataku
“yaudah…. Yang penting lu jangan kebanyakan ngelamun, ntar kaya satpam depan komplek gw tuh… kesambet buto kuning..” kata Vito.Aku tertawa terbahak-bahak mengingat apa yang Vito ceritakan tentang satpam itu. Bukan guyonan semata bahwa memang tiga hari yang lalu satpam perumahan Andi kesurupan. Sampai lari-lari sambil telanjang katanya.
“hahahaha… koplak lu ah…., perut gw sampe sakit. Dah ayo kerja lagi bray… deadline buat motor yang ini tinggal seminggu lagi.” Kataku sambil berjalan menuju salah satu motor yang sedang dikerjakan.Memang kebiasaan kami untuk bekerja sambil sesekali bercanda. Agar tak cepat lelah dan bosan, pikirku. Selain itu agar kekompakan kami dan para karyawan bisa berjalan dengan mulus. Terbukti kinerja kami yang rapi dan cekatan membuat kami memiliki banyak langganan. Tak hanya motor, pernah sesekali ada mobil yang datang minta di modifikasi. Tadinya aku ingin menolak, tapi karena pemilik mobil itu adalah langganan tetap kami, ya apa boleh buat. LIBASSSS…..
Welll ngab🤘😎
Pendek dulu lah ya soalnya masih disekolah