10

6.3K 27 4
                                    

Beberapa hari berlalu. Tibalah saat pembagian ijazah. Hatiku berdebar, ingin melihat nilai-nilai yang sudah kuperjuangkan selama tiga tahun aku bersekolah. Aku datang ke sekolah bersama mama, ketika namaku dipanggil aku dan mama maju ke depan kelas. Wali kelasku menyerahkan ijazah kepadaku. Senang sekali saat itu. Kulihat Indah yang duduk di barisan belakang bersama mamanya mengacungkan jempol padaku.

Nilai-nilaiku cukup bagus. Dengan rata-rata nilai delapan koma dua aku cukup optimis dapat diterima di universitas negeri jika aku melanjutkan kuliah nanti.

Sesampainya di rumah Naya memelukku, mengucapkan selamat atas kelulusanku. Kami bertiga berbincang diruang tengah sambil menonton TV. Dari tasnya mama mengeluarkan tiga tiket pesawat menuju bali. Hadiah kelulusan katanya.

Senang sekali kami sekeluarga akan berlibur selama tiga hari di pulau dewata. Bagiku tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding menghabiskan waktu bersama mama dan Naya.

Tak bisa di pungkiri, hari kelulusanku dari sekolah adalah pengalaman hidup yang tak mungkin kulupakan.
Selamanya....

Dua bulan berselang setelah hari kelulusanku. Beberapa hari berlibur dibali bersama mama dan kakak cukup membuat pikiranku yang semerawut kembali jernih.
Kini setelah aku lulus dari SMA, aku memutuskan untuk menunda dahulu kuliahku. Disamping tidak ingin merepotkan mama, aku juga ingin menjajal kemampuanku di dunia kerja. Namun sayangnya sampai saat ini aku belum juga memiliki pekerjaan. Mungkin karena titleku yang hanya sebatas SMA membuat perusahaan yang kudatangi menolakku. Rata-rata yang mereka inginkan adalah minimal lulusan D3. Jadi aku harus apa, pikirku. Apa aku harus menyerah sekarang? Ooohhh.. tidak bisa.
Aku menyalakan komputer diruang tengah. Komputer yang sehari-hari digunakan kakak untuk berbisnis. Belakangan ini Naya mulai sibuk dengan kuliahnya yang sekarang sudah menginjak tahun terakhir. Sebenarnya dia memintaku untuk menjalankan bisnisya sementara. Tapi apa daya, aku kan tidak mengerti apa-apa tentang mode busana perempuan.
Aku berselancar di dunia maya, dengan bermodal keyword 'peluang usaha' kumasuki satu demi satu website yang tertera di halaman google.com itu. Rata-rata isinya adalah peluang bisnis online yang bisa dikerjakan dirumah. Tapi bisnis online dalam hal apa? Kebanyakan mereka memasang iklan layanan, atau produk yang mereka buat sendiri. Berjam-jam aku tetap terpaku pada layar monitor berbentuk persegi panjang itu.
Pinggangku mulai pegal, mungkin karena aku jarang berolahraga, pikirku.
Aku beranjak dari komputer itu. Berjalan menuju teras dan duduk disana. Memandangi langit sore itu, awan berarak yang melayang perlahan.

(sfx : kururin kuru kuru kururin....) bunyi notifikasi pesan terdengar dari handphoneku.
Kuraih handphoneku dari saku celana, benar saja ada sms. Kulihat itu dari Vito, teman sekelasku semasa SMA.

'lagi dimana bro...?' tanyanya.
'lagi drumah.. kenapa?' aku membalas.
'ikut gue yuk.. gw mau nongkrong sm temen-temen klub motor..' katanya.
'yaudah lu samper gw dah...'

Setengah jam berlalu. Vito datang dengan motornya. Aku segera memanaskan motor dan bersiap berangkat. Kususuri jalan mengikuti kemana roda motor Andi bergulir. Jampu-lampu jalan yang temaram, kerumunan orang-orang yang hilir mudik di trotoar, perlahan pemandangan itu mulai mengusir rasa penatku. Tak lama kami sampai ditempat yang dituju, di bilangan jakarta selatan. Kulihat puluhan motor berjajar disana dengan motif, gaya, warna, dan model yang berbeda-beda.
Aku dan Andi memarkir motor kami. Andi berjalan menuju kerumunan orang-orang disana, aku mengikutinya dari belakang sambil mengamati, keren sekali motor-motor mereka, pikirku.

"brayy..... baru sampe lo..." sapa salah seorang laki-laki disana.
Vito dan laki-laki itu bersalaman dengan gaya khas mereka.
"bray, kenalin sohib gw... Kevin namanya..." kata Vito sambil menepuk bahuku.
"halo bro..... kenalin Kevin.." sapaku.
"Hafiz...... salam kenal bro...., ayo gabung aja kita nongkrong... sante aja, kita semua kawan disini..." kata laki-laki itu yang kini kuketahui namanya.
"di sini semua motornya custom ya bro?" tanyaku sambil mengamati motor di sebelahku.
"yoi.... Kalo di klub kita, motor apapun boleh gabung... standar atau udah custom ga penting..., tapi rata-rata disini sih uda custom semua... motor lu yg mana bro?" tanya Hafiz.
"tuh.... Masi standaran bro..." aku menunjuk motorku yang kuparkir. Yamaha Byson berwana merah tua yang kustandarkan diujung motor-motor lain.
"wuidihh.... Ini kalo di custom bahaya juga nih motor...." Komentarnya.
"emang biaya untuk custom sampe jadi kaya begini kira-kira abis berapa bro?" tanyaku sambil menunjuk motor di sebelahku.
"tergantung bro.... mahal murahnya tergantung dimana kita nyari barang dan bisa-bisanya kita nawar. Kalo yang ini untuk bodynya aja habis sekitar enam juta..." katanya.
Mataku terbelalak. Hanya untuk body? Pikirku. Padahal body standar yang original saja hanya berkisar antara tiga sampai tiga setengah juta.
"gile mahal banget bro...."kataku.
"iya soalnya custom bikin model sendiri, jadi Cuma satu-satunya. Limited edition lah kalo orang bilang." Katanya.
"emang ga bisa bikin sendiri bro?" tanyaku.
"bisa aja... tapi prosesnya lama, dan kebanyakan dari kita kan kerja semua.. jadi ga ada waktu untuk utak-utik motor..."
"ohhhh......" aku bergumam sambil tetap mengamati motor disampingku.

Kata pipin ga ada euwe dulu ya guysss soalnya lagi nyari referensi buat bisnis

Jangan lupa tinggalin bintang di setiap part nya yaa.... 🗿

Happy FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang