Didalam sebuah ruangan yang minim oleh cahaya, Mora menundukkan wajahnya. Kedua tangan dan kakinya sudah terikat di kursi yang tampak usang. Air matanya juga silih berjatuhan karena tak ada yang bisa dia lakukan sekarang.
"Heh liat muka gue!" titah Leon. Sang Panglima Ravegas.
Mora mendongakkan wajahnya. Ia mengedarkan pandangan menatap delapan orang lelaki yang sudah berdiri tegak dihadapannya.
"Lo tau gak kenapa gue culik lo, bukan pacar lo?" tanya Leon.
'pacar?' mata Mora menyipit. Ia tidak mengerti siapa orang yang dimaksud Leon.
"Gue mau liat ekspresi mukanya kalo gue tahan lo disini!" Ia tertawa puas membayangkannya. Tangannya langsung merogoh saku untuk mengambil ponsel milik Mora yang sudah berhasil ia rampas.
"Hei brother? Long time no see," sapanya setelah sambungan terhubung.
"Cewek lo lumayan juga." Leon menatap Mora dengan senyuman penuh arti.
"Lo sentuh dia, lo mati!"
"Uhhh seram sekaliii, hahahaha!" Ia langsung mengarahkan handphone nya ke telinga Mora.
Mora terdiam mematung dengan perasaan takut.
"Ayo dong bilang sesuatu sama pacar lo!" titah Leon.
"Ra lo tenang ya jangan panik! Gue sama yang lain kesana sekarang," ucap Gala.
Mora tertegun sejenak. Disaat situasi sedang kacau seperti ini, hatinya malah senang mendengar ucapan itu. Ia tak menyangka jika Gala akan mengkhawatirkan orang yang sudah membuatnya risih disekolah. Mora lantas menundukkan kepalanya. Ia tersenyum tipis dibalik perasaan cemas. Ternyata yang dimaksud Leon adalah Gala.
Tanpa persetujuan, Leon langsung menutup sambungannya dan melempar handphone Mora ke sembarang arah.
Dari ambang pintu. Shaka tiba-tiba masuk dengan perlahan. Sebenarnya sedari tadi ia sudah mendengarkan ucapan Leon didalam. Amarahnya sudah tidak bisa terbendung lagi. Ia langsung membuka upluk jaketnya.
Semua orang menoleh termasuk Mora yang sontak terkejut.
"Shaka?"
Suara gemuruh motor langsung menggema di telinga mereka. Anggota GALAXI datang dan berlarian ke Markas RAVEGAS. Gala mematung ketika melihat Shaka ada disini.
"Akhirnya, peran utama kita dateng juga!" Leon bertepuk tangan menyambut kedatangan mereka.
"Gimana sayang? Udah pada dateng?" tanya seseorang yang tiba-tiba keluar dari sebuah ruangan.
"Udah nih, makasih ya sayang berkat kamu aku jadi tau semua tentang Gala," ucap Leon lalu mengembangkan senyumnya.
"Gak masalah Le."
"Cantik banget kamu malem ini." Leon memeluk pinggangnya dari belakang.
"Bisa aja," jawabnya.
'Kanaya?' Semua orang sontak terkejut.
"Ups! Kok ada Gala disini? Hei kamu ganteng banget pake baju ini!" Naya melangkah kearah Gala. Tangannya terulur untuk menyentuh pundaknya.
Gala langsung menepis gadis itu.
"Kok kasar si Gal?" Naya mencondongkan bibirnya.
Gala menatap tak percaya kepada Naya. Ternyata selama ini ia sudah tertipu oleh gadis itu. Padahal ia hendak menjadikan Naya sebagai pacarnya, tapi niatnya tiba-tiba hilang berganti kesal sekarang.
Gala mengalihkan atensinya kearah Leon, ia tak sabar ingin menghajar lelaki bejat itu. Sama halnya dengan Shaka yang sudah mengepalkan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEOMORA
Teen FictionIni tentang Arshaka dan Gala Mahesa, tentang panglima motor yang selalu mampu menarik perhatian dia, dan tentang cowok pintar yang selalu ada disisinya. Seolah khayalan tapi nyata, gadis itu bingung memilih antara mereka. Ketika hati dan pikirannya...