GERALDO MELVIAN

154 7 1
                                    

"pada paragraf kali ini, aku akan berusaha untuk mengikhlaskan mu."


Suara sirine dari ambulan yang enggan didengar oleh semua orang itu tampak menggema dirumah kediaman keluarga Aldo.

Para anggota Galaxi yang sudah memakai baju putih seluruhnya, dengan sigap membantu staf medis untuk mengeluarkan jasad Aldo dari mobil. Kini tampak sekali wajah teman dan kerabat, terutama orang tuanya Aldo yang meneteskan air mata kala anggota Galaxi membawa Aldo menuju kedalam rumahnya.

Lagi-lagi Salma hanya bisa menyeka jejak air mata yang selalu mengalir tanpa ia mau, kini kekasihnya itu telah hilang dari sisinya. Rasa bersalah dan rasa haru sudah menyatu begitu saja. Tentang ia yang tak pernah menerima lelaki itu sebagai pacarnya, dan sekarang untuk pertama kali dalam hidup Aldo, ia bisa berkencan dengan Salma walaupun di akhir hayatnya.

"Lo yang sabar ya Sal!" Laura menatap sayu ketua kelasnya itu. Ia langsung menuntun Salma untuk terduduk bersama jasad Aldo yang tertutup oleh kain.

"Kak."

"Iya Ra."

"Gue mau bilang makasih sama lo, kalo bukan karena Kak Aldo yang nolongin mungkin Shaka yang--"

"Udah Ra, gue juga udah berusaha ikhlas kok lo gak usah kayak gini, mungkin Tuhan lebih sayang sama dia."

"Thanks Kak." Salma mengangguk, Mora langsung memeluk kakak kelasnya itu dengan isak tangis yang mengiringinya.

Banyak sekali orang-orang yang berdatangan hanya untuk memberikan do'a dan ucapan duka pada keluarganya. Kini tangis haru sedang menggema dirumah Aldo.

Setelah selesai untuk berdoa, sekarang waktunya untuk memakamkan jasad Aldo ke tempat peristirahatan terakhirnya. Semua orang mulai berbondong-bondong untuk mengantarkannya ke pemakaman yang tak jauh dari sana.

Gala sebagai teman pun tak hentinya menahan air mata saat wajah Aldo terbayang lagi di benaknya. Sulit sekali mencari pengganti seperti Aldo untuk Galaxi. Hanya lelaki itu yang mampu mencairkan suasana. Tapi apalah daya, semua sudah ada garis takdirnya, dan mungkin ini adalah jalan terbaik bagi mereka.

"Maafin Mama, Do."

Batu nisan kini sudah tertera nama Aldo, kedua orang tua lelaki itu mengusapnya dengan perasaan sedih yang luar biasa, bahkan mereka belum sempat melihat Aldo sukses di masa depannya. Mereka jadi menyalahkan dirinya sendiri sekarang, karena tak becus menjaga anak.

Sekarang giliran Salma yang mulai bersimpuh di samping makam Aldo. Gadis itu mengusap nisannya sambil berusaha untuk memberi senyuman.

"Kamu tenang disana ya Do, aku gak bakal lupain kamu sampai kapanpun."

Salma menyeka air matanya. Ia mencium nisan kekasihnya itu dengan perasaan sayang dan tulus dari hatinya.

Kini salah satu dari anggota Galaxi telah hilang dari barisan, seseorang yang mampu membuat siapapun takluk akan candaannya. Orang itu sudah tenang di alam sana. Dan semoga, Aldo bisa merasakan betapa besarnya rasa setia kawan ini dari anggota Galaxi.

Selamat jalan, Geraldo Melvian.

....

Selepas ikut melayat ke rumah Aldo. Kini Mora hanya bisa terdiam dan tak bergeming menghadap ke jendela. Ia terduduk dan menatap kosong ke depan. Pikirannya masih terus tertuju pada keadaan Shaka yang masih terpejam disana.

Bayang-bayang tentang kenyataan bahwa Shaka adalah kakak kandungnya selalu menghantuinya sejak kemarin. Ia tidak berniat meminta penjelasan lagi kepada Ibunya, ia juga tidak berniat bertemu dengan Rania. Rasa kecewa yang kini menjalar dalam benaknya pun tak bisa ia hentikan.

LEOMORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang