12. Raihan & Riska

30 10 0
                                    

[Raihan POV]

Yo! What's up bro!

Kenalin nama gue Raihan Pranadipa biasa dipanggil Raihan.

Gue punya adik perempuan namanya Riska Pranadipa. Wajah kita berdua juga mirip kata orang² kita ini kembar padahal mah enggak jarak umur kita cuma beda 3 tahun doang.

Gue juga keturunan orang China karena nyokap gue dari sana nah kalau bokap dari Indonesia.

Gue sama adik gue kagak pernah akur orang dianya nyebelin banget sih walaupun nyebelin tapi gue tetep sayang banget sama dia.

Sebenarnya gue, Amel, Yusuf, dan Assyifa Aulia sudah lama berteman dari sejak SD, cuma di waktu itu gue pindah sekolah karena dinas pekerjaan bokap gue yang suka ditempatkan dimana-mana.

Tujuan gue kembali kesini hanya untuk ketemuan sama mereka.

Udah ya segitu aja dulu tentang gue Xie Xie:)

[Raihan END]

*****

Kriingg

Bel sekolah pun berbunyi menandakan waktu untuk pulang sekolah.

"Baiklah anak-anak pelajarannya kita akhiri sekarang dan jangan lupa untuk kerjakan PR yg ibu kasih pekan depan ibu nilai oke" pesan ku untuk murid-murid ku.

"Oke Bu guruu" jawab mereka kompak dan lalu menghampiri ku untuk menciumi tanganku sebagai tanda rasa hormat murid ke gurunya.

Setelah aku keluar dari kelas tersebut, tiba-tiba ada yang memanggil namaku siapa lagi kalau bukan Amel.

"Lia!" Teriaknya sambil memukul bahuku agak keras.

"Ga usah teriak juga" ucapku sedikit kesal sambil mengusap telingaku yang sedikit berdengung akibat teriakannya.

"Iya-iya" ucapnya sambil melepas pelukannya.

"Oh iya setelah ini Lo mau ngapain?" Tanyanya.

"Pulang ke rumah lah" jawabku singkat yang memang setelah ini aku tidak memiliki kegiatan apapun, jadi hanya tiduran didalam rumah.

"Hah? Ga main kemana gitu?" Tanyanya dengan wajah heran.

"Ga" jawabku singkat.

"Emangnya Lo ga bosen apa dirumah terus?" Tanyanya lagi sambil berjalan beriringan denganku.

"Palingan kalau pas hari libur aku pergi ke toko buku" jawabku santai.

"Buat?"

"Ya buat beli buku lah emangnya mau ngapain lagi" jawabku santai sambil berjalan menuju ke kantor atau biasa disebut ruang guru untuk mengambil tasku yang berada di sana.

Mungkin menurut Amel hidupku terlalu monoton.

"Kalo gue main ke rumah Lo boleh?" Izinnya.

"Boleh" jawabku lagi sambil merapihkan berkas-berkas.

"Tapi nanti ya kalo gue ada waktu senggang hehe" ucapnya sambil cengengesan.

"Iya" jawabku lagi dengan sabar hati menanggapinya.

Kemudian kami pun pulang ke rumahnya masing-masing dengan arah jalan yang berbeda-beda.

Menikahi Sahabat Sendiri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang