22. Tolak atau terima?

26 9 0
                                    

Setelah mendengarkan pertanyaan yang keluar langsung dari bibir Yusuf kemarin entah mengapa didalam perutku seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam sana.

"Apakah ini yg namanya cinta?" Pikirku yang membuatku tidak bisa tidur semalaman.

Namun disaat hatiku sedang berbunga-bunga muncullah rasa ragu dan takut kalau rasa bahagia ini hanya bersifat sementara.

"Aku takut kalau neneknya Yusuf tidak bisa menerima kehadiranku" gumam ku sambil menuliskan kata demi kata ke dalam buku diary ku.

"Ah gapapa lah" sambung ku lagi sambil mengenyahkan pikiran buruk tersebut dan berusaha untuk mengikuti kata hatiku.

Karena hari ini aku tidak ada jadwal mengajar di sekolah jadi sekarang aku free.

*****

Setelah lamanya berkutat di dalam kamar akhirnya aku memutuskan untuk pergi keluar rumah dengan tujuan ingin mencari angin.

Tetapi ketika disana diriku berpapasan dengan Yusuf yang juga sedang berada di luar rumah.

"Syifa!" Panggilnya.

"Iya" sahutku.

"Kurasa sekarang adalah waktu yg tepat untuk menjawabnya" pikirku sambil sedikit melamun.

"Hey! Kenapa melamun?" Tanyanya sambil mengibaskan tangannya di depan wajahku yang membuatku tersadar dari lamunanku.

"Eh, gapapa" ucapku tersadar.
"Cuman aku mau tanya sesuatu ke kamu" sambungku lagi.

"Apa?" Tanyanya penasaran.

"Hmm, apa benar Fatimah itu calon istri kamu?" Tanya ku serius.

"Iya" jawabnya sambil menganggukkan kepalanya.

"Terus kenapa kamu melamar ku kemarin?" Tanya ku yang tidak habis pikir dengan pemikirannya. Masa iya dia mau berpoligami.

"Ga maksudku dia itu calon istri pilihan nenek ku bukan pilihanku" jawabnya yang sepertinya masuk akal.

"Terus?" Ucapku yang penasaran dengan kelanjutannya.

"Nenek melakukan hal tersebut karena tidak tega melihatku yg terus-terusan murung" jelasnya.

"Tapi apa nenekmu setuju dengan pernikahan kita?" Tanyaku lagi ke dirinya karena memang diriku membutuhkan penjelasan yang pasti dari dirinya.

"Tenang, nanti kalau urusan itu biar aku yg bicarakan ke nenek lagi" jawabnya santai.

"Oh, tadinya aku mau jawab pertanyaan mu kemarin yg di rumah sakit-" ucapku menggantungkan kalimat ku.

"Terus kenapa?" Tanyanya dengan wajah penasaran.

"Tapi, nanti dulu deh soalnya semuanya kan belum jelas" jawabku ragu.

"Apanya yg belum jelas? Aku kan sudah menyatakan perasaan ku kemarin padamu" ucapnya dengan tatapan serius.

"Tapi sepertinya nenekmu membenciku dan itu membuatku ragu" ucapku lagi sambil melihat ke arah lain selain wajah Yusuf.

"Kenapa harus ragu? Hey, dengerin ucapan ku baik-baik ya?" Pintanya yang langsung aku angguki.

"Jadi yg menjalani kehidupan berumahtangga kan kita bukan orang lain ataupun nenekku sendiri, lalu kau kan nikahnya juga denganku bukan nenekku, terus apa yg harus di ragukan lagi?" Jelasnya secara rinci.

"Cinta itu kita yg rasakan dihati kita masing-masing, jadi ikuti saja kata hatimu dan jangan dengarkan perkataan orang lain yg membuatmu tidak nyaman" sambungnya lagi dengan tatapan matanya yang teduh.

"Iya tapi kan-" ucapanku yang terpotong olehnya.

"Yasudah kalau begitu gini aja, sekarang kamu ikut denganku kita bicarakan masalah ini dirumah ku bersama nenek ku, gimana?" Pendapatnya.

"Iya aku mau" jawabku setuju dengan pendapatnya.

"Yasudah ayo" ajaknya yang diikuti oleh ku dibelakangnya.

Setelah sampai disana....

"Assalamu'alaikum nek" ucapnya sambil menciumi tangan keriput milik neneknya.

"Waalaikumussalam lho kok belum berangkat katanya kamu mau jalan-jalan?" Tanya neneknya ke Yusuf.

"Gak jadi nek" jawabnya.

"Terus ngapain kamu kesini?" Tanya neneknya lagi dengan pandangan bertanya.

"Ada hal penting yg mau aku bicarain ke nenek" jawabnya dengan nada serius.

"Iya apa?" Tanya neneknya sambil duduk di sofa miliknya.

"Apakah nenek merestui ku, jika diriku menikah dengan Syifa?" Tanya Yusuf dengan perasaan dag-dig-dug.

"Iya saya merestui kalian, tapi dengan satu syarat yaitu kalian harus keluar dari rumah ini!" ucapnya yang keluar dari mulut beliau.

"Maksudnya bukan saya ingin mengusir kalian berdua, tapi ingin memberi pelajaran ke kalian supaya bisa hidup mandiri" sambungnya lagi yang membuat hati kami berdua lega.

"Terimakasih nek" ucapku sambil menciumi tangan beliau.

"Iya" jawabnya.

"Terus dengan Fatimah gimana?" Tanya Yusuf meminta penjelasan dari neneknya.

"Itu nanti biar nenek yg urus" jawab beliau santai yang diangguki oleh Yusuf.

*****

"Sudah dengarkan tadi?" Tanya Yusuf kepadaku sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Iya aku sudah dengar tadi" jawabku.

"Jadi menurutmu gimana?" Tanyanya lagi sambil duduk di teras depan.

"Iya aku mau jadi istri kamu" jawabku yakin.

*****

Hai gais!

Gimana untuk part ini?

Jangan lupa untuk vote dan commentnya ya biar aku tambah semangat lagi buat ceritanya oke.

See you 🙈

[REVISI 15/9/2023]

Menikahi Sahabat Sendiri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang