2. Free Day

80 20 2
                                    

Keesokan harinya...

Di pagi hari yang cerah bagi santriwati dewasa bebas tidak mengikuti kegiatan seperti santri sekolah apalagi bagi santri yang baru lulus kuliah kemarin, kecuali sore dan malam mengikuti pengajian.

"Alhamdulillah ya sekarang kita nggak melakukan kegiatan seperti sekolah," kata Sabrina.

"Iya sekarang kita sholat sunah duha dulu yuk!" Ajakku.

"Ayo!" Jawab Sabrina dengan semangat 45.

"Tungguuu kalian mau ke masjid ya aku mau ikut dong" kata Aisyah.

"Yaudah ayo bareng kami" kataku.

Akhirnya aku dan sahabatku pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat duha.

Sesudah sholat kami membaca Al Qur'an, kemudian setelah membaca Al Qur'an kami pun berbincang di depan teras masjid.

"Oh iya Sabrina, Syifa kayaknya mulai besok aku udah ga tinggal disini lagi deh" kata Aisyah sambil menunduk.

"Memangnya kamu mau kemana Aisyah?" Tanyaku penasaran.

"Alhamdulillah karena aku dapat pekerjaan di dekat daerah rumahku, jadi aku akan menetap tinggal disana sekarang" kata Aisyah bahagia yang terpancar dari wajahnya.

"Oh syukurlah gue ikut senang dengarnya" kata Sabrina.

"Iya aku juga" kataku.

"Tapi, aku sedih jadi ga bisa ketemu kalian lagi" ucap Aisyah dengan wajah sendu.

"Kenapa sedih? Kan kita bisa kumpul-kumpul lagi di lain waktu" ucap ku menenangkannya.

"Iya kalau itu emang yang terbaik buat lo kenapa harus sedih? Kalau masalah ketemu kita-kita lagi insyaallah nanti juga dipertemukan oleh Allah, percaya aja sama Allah jangan sama gue ya musyrik hehe" ucap Sabrina sambil tertawa garing.

"Ada-ada aja kamu ini" ucap ku sambil mencubit lengan Sabrina.

"SAKIT WOY" omelnya.

"Lebay dicubit sedikit aja sakit" ucap ku dengan wajah mengejek.

"Sini coba gue cubit juga lo!" Ucap Sabrina yang hampir saja mau mencubit ku, tapi untungnya aku menghindar.

"Gak mau wleek" ucap ku berlari sambil menjulurkan lidah.

Dan terjadilah aksi kejar-kejaran antara diriku dengan Sabrina di sekitaran luar masjid.

"Hahahaha" tawa Aisyah menertawai kelakuan kami.

Disaat kami sedang bersenda gurau, lalu datanglah seorang pria kepada kami sambil membawakan sebuah dompet yang nampaknya kukenal.

"Afwan saya tadi menemukan dompet, apakah ini punya ukhti?" Tanya santriwan tersebut kepada Aisyah.

"Afwan bukan, tapi kayaknya punya temanku deh, tunggu aku panggilin dulu ya" jawabnya.

"SYIFAA!" Teriak Aisyah memanggil namaku.

Aku yang merasa terpanggil hanya mengangkat dagu seolah bertanya, Aisyah yang paham hanya dibalas dengan mengayunkan sebelah tangannya yang menandakan suruh kesana.

"Itu dompetmu bukan?" Tanya Aisyah sambil melihat ke arah yang dipegang pria tersebut.

"Iya bener ini punyaku" jawabku sambil mengambil dompet tersebut dari tangannya.

"Oh syukur deh tadi saya menemukan itu di dekat pintu masuk" jelas pria tersebut yang bernama Dodi Atmawijaya sambil menunjuk dompet tersebut.

"Oh syukron ya" ucap ku berterima kasih padanya.

Oh iya kalau ukhti itu artinya saudariku untuk perempuan, kalau akhi artinya saudaraku untuk lelaki, syukron artinya terima kasih, sedangkan afwan bisa diartikan maaf bisa juga diartikan sama-sama. Kata-kata tersebut lah yang kita gunakan ketika berada di pondok pesantren ini.

"..... "

"....."

Setelah lama kami bertatapan mata akhirnya Sabrina datang menyadarkan kami.

"Ekhem, udah ngobrolnya kan? Yaudah yuk kita balik ke asrama" ajak Sabrina.

"Astagfirullahal'adzim" gumam ku ketika sadar.

"Yaudah ayo" ucap ku lalu beralih ke Dodi.

"Maaf kalau gitu kami duluan ya, Assalamualaikum" pamit ku padanya.

"Waalaikumussalam" jawabnya.

*****

Ketika kami sampai di asrama. Kami lanjutkan lagi mengobrolnya di dalam.

"Oh iya, akhi yg tadi bukannya yg kemarin naik ke atas panggung sama lo kan Syif?" Tanya Sabrina padaku sambil mengemut permen kaki kesukaannya.

"Iya" jawab ku singkat.

"Oh, kelihatannya anaknya pendiam banget ya" ucapnya lagi sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Hm" sahut ku.

"Oh iya kalau dilihat-lihat kayaknya cocok deh sama lo Syif, ya gak?" ledeknya.

Tuk

"Aww" ringisnya.

Yang akhirnya aku balas dengan pukulan kecil di kepalanya menggunakan buku.

"Ngaco kamu" ucap ku sambil membaca buku novel.

"Lo demen banget sih baca buku khayalan kayak gitu, gak nyata juga" ledeknya lagi yang membuatku malas untuk mendengarkannya.

"Bodo" jawab ku singkat.

"Dahlah yuk Aisyah kita main ular tangganya berdua aja Syifa gausah diajak" ucap Sabrina sambil menarik lengan Aisyah.

Begitulah kelakuan aku dengan Sabrina seperti Tom And Jerry. Kadang berantem terus akur lagi.

******

Hai gais!

Gimana untuk part ini?

Jangan lupa untuk vote dan commentnya ya biar aku tambah semangat lagi buat lanjutin ceritanya oke.

See you 🙈

[REVISI 1/6/2023]

Menikahi Sahabat Sendiri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang