Epilog

58 5 0
                                    

Play music 🎧
Once Again - mad clown
& Kim Na Young

*****

[Yusuf POV]

Lima tahun yang lalu semenjak meninggalnya sang istri disaat itu juga kehidupan gue langsung berubah drastis dari yang dulu penampilan gue rapih sekarang menjadi berantakan karena tidak terurus.

Apalagi dengan kesehatan kedua anak gue sekarang yang sering sakit-sakitan karena gue yang terlalu sibuk dengan karir gue diluar sehingga menelantarkan mereka. Gue merasa gagal menjadi seorang ayah untuk mereka.

Sebenarnya dulu nenek gue meminta izin ke gue untuk merawat mereka sampai besar, tapi langsung gue tolak karena kasihan melihat kondisi badan beliau yang sudah tua rentan, ya walaupun rasa semangatnya masih tinggi.

Dan sekarang orang tua angkatnya Syifa menawarkan sama halnya dengan yang diucapkan nenek gue lima tahun yang lalu yaitu ingin merawat kedua anak kembar gue di yayasan milik mereka sama seperti mendiang ibunya dan gue juga telah menyetujuinya.

Tetapi sebelum kedua anak gue dimasukkan kedalam pesantren, gue mengajak mereka untuk berziarah ke makam ibunya dahulu dengan tujuan agar mereka tidak melupakan ibu kandungnya yang telah melahirkan mereka.

"Papa! Papa!" Panggil anak gue yang perempuan sambil berlari.

"Abang jahat! Tadi pipi Ara dicubit sampe merah pa" adunya ke gue dengan wajah cemberut.

"Kamu jangan bohong ya Ra!" Tegur abangnya yang merupakan kembarannya sendiri tapi beda gender.

"Abang juga cubitnya ga terlalu kenceng kok!" Kesal kakaknya tidak terima karena dirinya telah difitnah oleh adik kesayangannya.

"Abang gak jahat lho dek! Abang cuma gemas sama kamuuu" sambungnya lagi sambil mencubit ulang pipi adik kembarannya yang menggemaskan itu.

"Lihat Abang pah" adunya dengan wajah masam.

"Sudah-sudah kalian ini bersaudara jadi jangan bertengkar ya" nasihat gue dengan lembut ke mereka.

"Iya pah" jawab mereka sambil menunduk.

"Yasudah sekarang kalian saling memaafkan ya" pinta gue ke mereka sambil mengusap lembut kepala mereka.

"Iya" jawab mereka lagi sambil mengangguk.

"Ra, Abang minta maaf ya tadi udah jahilin Ara" ucap Khairul sambil memeluk tubuh adiknya yang tinggi badannya sama dengan dirinya.

"Iya bang Ara maafin tapi janji ya jangan diulangi lagi" ucap Khaira sambil membalas pelukan kakaknya.

"Ga ah Abang ga mau janji, soalnya Ara jelek" ledek kakaknya sambil berlari dengan wajah tengilnya.

"Pah lihat Abang pah" adunya ke gue sambil menarik-narik lengan gue.

"Wleek, ayo sini kalau berani kejar Abang!" Ledek kakaknya lagi sambil menjulurkan lidahnya.

Jadi begitulah kelakuan anak kembar gue yang setiap hari kerjaannya berantem terus akurnya cuman semenit doang, tapi ajaibnya mereka masih bisa saling melindungi.

"Bang Irul! Ara!" Tegur gue tapi masih dengan suara yang lembut karena kalau terlalu keras dalam mendidik anak takutnya nanti malah menimbulkan rasa trauma untuk mereka yang berakhir menimbulkan rasa benci.

"Maaf pah" ucap mereka berdua sambil menunduk.

"Kalian jangan bertengkar terus dong katanya mau ziarah ke makam mama" ucap gue sambil berjongkok untuk menyamakan tinggi badan mereka.

Menikahi Sahabat Sendiri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang