02

1.4K 191 28
                                    

Dari balik bayangan hitam itu, dari celah yang sempit, dan dari balik kegelepan gulita, tanpa sadar aku terpikat saat melihat cahaya biru yang menyala indah di tengah kegelapan disana!

Lalu saat ini, nyawaku sedang di incar oleh kucing!

***

"Halo, Jeonghyeon! Aku barusan sudah membaca email darimu. Jadi cerita kali ini tentang kucing, ya? Kedengarannya menarik! Terlebih lagi kucing itu akan mengincar nyawa tokoh utamanya." Ujar Hanbin dari kantor penerbit melalui sambungan telepon saat ini.

"Begitu ya, Terimakasih." Jawab Jeonghyeon.

"Jadi ini akan jadi karya barumu yang telah ditunggu banyak orang. Kalau tenggat waktu untuk bab pertamanya akhir bulan ini, apa tidak masalah?" tanya Hanbin dari sebrang.

"Baik, Tidak masalah. Aku sudah menyiapkan gambaran alur pentingnya. Kalau begitu, sekian." Ujar Jeonghyeon lalu memutus sambungan telepon itu lebih dulu. Ia meletakan kembali ponselnya lalu berbalik menatap pada kucing putih yang sedang memperhatikan keluar halaman rumah lewat dinding kaca.

"Ini sih hasrat membunuh! Tapi kamu memang hewan pembunuh ya."

Kucing putih yang belum diberi nama itu tampak fokus memandang keluar sambil mengibas-ngibaskan ekornya tak tentu arah.

"Dia sedang apa sih? Apa sedang memberi sinyal pada temannya?"

Karena penasaran ia keluar dan mengecek keluar rumah tempat dan mendapati seekor kucing berbulu hitam dibawah lantai rumahnya sedang mendesis tidak ramah karena Jeonghyeon pelototi.

"Jadi ini jalan rahasia menuju tempat bersembunyi?"

Jeonghyeon seketika berlari kembali memasuki ruang kerjanya saat sebuah ide kembali muncul di kepalanya. Selama ada pemicu sayap imajinasi pasti akan terbentang lebar.

"Ah! Aku harus memberi makan kucing itu dulu, dia sudah membantuku."

Jeonghyeon kemudian mengambil satu piring kecil lalu ia isi dengan ikan tuna mentah yang ia beli lebih tadi dan semangkuk air putih. Jeonghyeon lalu menaruh sesajen untuk kucing barunya itu tepat di depan ruang kerjanya.

"Kucing! Ayo makan dulu, kucing!" seru Jeonghyeon pada kucing itu namun mahkluk berbulu itu tidak kunjung datang. Ia berdecak lalu bangun dan menghampiri si kucing putih itu yang masih setiap memandang keluar rumah sejak tadi.

"Ayo, waktunya makan,"

"Meow?" Jeonghyeon mengangkat kucing putih itu lalu ia taruh tepat di depan makanannya.

"Ini, untukmu,"

"Meoww!" seru kucing itu senang saat mendapati ikan tuna lezat itu ada di hadapannya, kucing itu segera melahapnya dengan nikmat.

"Aku tidak pernah membayangkan ternyata ada hal yang bisa menginspirasiku lebih dari buku-buku yang aku baca selama ini." Ucap Jeonghyeon memandang kucing putih yang sedang memakan lahap makanannya itu.

"Baiklah, ayo lanjutkan."

Jeonghyeon kemudian kembali menuliskan semua ide dan cerita yang sudah ia pikirkan dengan matang itu di ruang kerjanya. Wajah datarnya tampak berseri-seri seolah bersinar dengan senyumnya yang tampan itu saat ia sedang menulis, melakukan hal yang disukainya. Hingga tanpa sadar hari sudah mulai gelap dan Jeonghyeon belum beranjak dari tempat duduknya sejak tadi.

"Oi, Lee Jeonghyeon!" panggil seseorang dari belakang bagian rumahnya.

"Eoh?" Jeonghyeon menengok lalu menghampiri ke arah suara itu memanggil dan sudah mendapati pemuda seumurannya sedang membongkar kulkas di dapurnya sambil memakan satu batang sosis simpanan miliknya.

[✓] Learn To Meow 学猫叫 😼 | JeongRi ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang