25

183 29 17
                                    

Pagi ini terasa berat bagi Jeonghyeon, penuh dengan campur aduk rasa gugup dan antisipasi. Ini adalah hari besar di mana ia akan berdiri di depan mahasiswa sebagai pembicara utama dalam seminar yang sangat dinantikan. Sejak pagi, suasana di rumahnya dipenuhi dengan kegelisahan dan persiapan. Jeonghyeon memeriksa catatannya untuk kesekian kalinya, memastikan bahwa segala sesuatunya telah siap. Setiap detil, dari slide presentasi hingga catatan berbicara, telah diperiksa dengan teliti.

Saat jam berangkat semakin dekat, Jeonghyeon merasa semakin tegang. Ia duduk di sofa dengan mata yang terfokus pada jam dinding, mengatur napas dalam-dalam untuk mencoba menenangkan dirinya. Ia berusaha untuk tidak membiarkan rasa gugupnya menguasai pikiran. Namun, ada sesuatu yang selalu bisa membantunya merasa lebih baik dalam situasi seperti ini.

Jeonghyeon menoleh ke arah Ricky, si kucing kesayangannya, yang tengah terbaring nyaman di atas bantal di sudut ruangan. Dengan langkah lembut, Jeonghyeon menghampiri Ricky dan duduk di sampingnya. Ricky mengangkat kepalanya sedikit, matanya yang besar dan penuh kasih menatap Jeonghyeon dengan rasa ingin tahu.

Jeonghyeon meraih tubuh mungil Ricky dengan penuh kelembutan, mengangkatnya dengan hati-hati ke dalam pelukannya. Ricky merasa nyaman dan aman dalam dekapan Jeonghyeon, dengan lembut mendekatkan tubuhnya ke dada Jeonghyeon. Jeonghyeon membelai kepala Ricky, merasakan getaran lembut dari napas kucing itu. Kucing tersebut mengeluarkan suara mendengkur pelan, seolah-olah memberikan dukungan dan semangat.

"Ricky, hari ini sangat penting bagiku," ujar Jeonghyeon, suaranya lembut namun penuh dengan perasaan. "Aku merasa gugup, tapi aku tahu aku bisa melakukannya. Terima kasih sudah selalu ada untukku."

Dengan lembut, Jeonghyeon mencium pucuk kepala Ricky, merasakan kehangatan bulu kucing itu di bibirnya. Ricky, dengan tenang, menggeliat nyaman dalam pelukan Jeonghyeon, tampak seolah mengerti betapa pentingnya momen ini bagi tuannya.

•••

T

epuk tangan meriah menggema di seluruh aula yang megah, melapisi dinding-dinding besar dengan riuh suara antusiasme. Aula yang dipenuhi dengan ratusan mahasiswa tampak berkilauan dalam cahaya sorot lampu panggung yang terang, menciptakan suasana yang tegang sekaligus menggembirakan. Para mahasiswa, dengan ekspresi penuh harapan dan semangat, menantikan kehadiran pembicara utama mereka dengan antusiasme yang tak terduga.

Di atas panggung, Jeonghyeon berdiri tegak dengan kepercayaan diri yang mengesankan. Ia mengamati lautan wajah-wajah yang penuh perhatian di hadapannya, merasakan getaran energi dari para peserta seminar. Suara tepuk tangan dan sorakan lembut yang mengalir membantunya merasa sedikit lebih tenang, memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan sebelum ia memulai presentasinya.

Jeonghyeon memejamkan matanya sejenak, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan pikirannya. Mengumpulkan semua kekuatan batinnya, ia membuka matanya kembali dengan penuh fokus. Tangan kanannya menggenggam mikrofon dengan mantap. Saat ia mulai berbicara, suara lembut namun berwibawa mengalir melalui mikrofon, menyebar ke seluruh ruangan.

"Selamat pagi, teman-teman," kata Jeonghyeon dengan penuh semangat, suaranya menggema di seluruh aula. "Nama saya Lee Jeonghyeon atau lebih kalian kenal dengan Mr. Greenfield, dan saya sangat senang bisa berada di sini hari ini untuk berbagi beberapa pemikiran dan pengalaman saya dengan kalian."

•••

Setelah menjalani hari yang panjang dan melelahkan, Jeonghyeon akhirnya tiba di depan pintu rumahnya. Keletihan yang membebani tubuhnya terasa berat, namun harapan untuk kembali ke tempat yang nyaman dan tenang membuat langkahnya semakin ringan. Dengan satu dorongan lembut, Jeonghyeon membuka pintu rumahnya.

[✓] Learn To Meow 学猫叫 😼 | JeongRi ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang