Kedua kakiku berlari terseok menyusuri jalan setapak sambil sesekali melihat ke belakang. Aku bukanlah orang yang mudah meneteskan air mata, tetapi kali ini aku menangis tak terkontrol sambil terus berusaha menjauh dari gedung itu. Lidahku kelu hingga berteriak pun tak bisa. Bagaimana dengan Juna? Aku terus memikirkan itu.
Kini aku sudah sampai di ujung jalan, dan belum melihat tanda-tanda kemunculan Arjuna. Aku tak tahu di mana tempat ini, yang pasti ini merupakan daerah pedalaman hutan. Kakiku mulai lelah melangkah, bersembunyi pun tak ada gunanya. Mereka masih berpencar, berlarian ke sana kemari seperti zombie yang mengincar buruannya.
Untunglah sebuah truk kayu muncul. Aku berdiri sambil melambaikan tanganku mencegatnya. Seolah mengerti aku dalam bahaya, sang sopir segera mengisyaratkanku untuk naik ke belakang, menelusup ke bagian-bagian kayu yang membuat jantungku semakin berpacu, khawatir kayu ini mungkin menimpa tubuhku. Namun, tak ada cara lain. Aku harus selamat dan mencari bantuan kesana. Semoga Arjuna selamat.
Truk berjalan hanya beberapa saat, hingga berhenti kembali. Jantungku mencelos ketika mendengar suara orang-orang yang menggedor sisi truk. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi aku berusaha untuk tetap diam tak membuat suara sedikit pun. Jantungku terus bedebar keras. Mereka tetap akan memeriksa truk ini. Aku menggeser posisiku lebih ke dalam, menahan sakit luar biasa pada lenganku yang harus tertekan kayu karena aku mamaksakan tubuh untuk masuk. Tanganku berusaha menggapai salah satu kayu di atas kepalaku, rasanya sakit luar biasa saat kayu itu menimpa kepalaku.
Mereka membuka pintu truk yang hanya setengah menutupi bagian belakang. Dalam hati, aku berdoa agar selamat dan bisa meneruskan amanat Juna. Jantungku kembali berdenyut kencang ketika mereka membanting pintu truk. Napasku mulai sesak tak beraturan, air mataku menetes lagi sampai aku tak bisa menahan suara isaknya lagi. Truk kembali berjalan dan sopir truk mengatakan padaku bahwa semuanya sudah aman. Aku menangis karena banyak hal. Di dunia yang sampah ini, masih ada orang yang memiliki hati nurani. Aku baru mempercayai itu hari ini.
Hingga aku sampai di kota, aku tak mendengar ada polisi yang datang ke sana. Arjuna, semoga Tuhan menjagamu.
***
"Pemirsa, polisi kembali melakukan penggerebekkan di salah satu tempat hiburan malam Jakarta Selatan. Dari hasil pemeriksaan, polisi menemukan beberapa butir pil ekstasi dan 20 orang pengunjung positif narkotika jenis sabu. Untuk saat ini polisi telah menangkap terduga G.A sebagai pengedar. Untuk selengkapnya kami sudah tergabung dengan rekan kami ..."
Sekarang sudah 3 hari sejak kejadian penculikan. Masih belum ada kabar apakah Arjuna selamat atau tidak. Aku masih belum bisa menghubunginya.
Aku sudah memeriksa apa yang Arjuna berikan padaku. Isinya benar-benar menjijikan. Ada beberapa bukti video para korban Viko dan Tio yang sekarat ketika mengalami overdosis, bahkan Arjuna menemukan situs website ilegal yang memuat video tersebut sebagai bahan bukti. Termasuk Red Rose dan kakakku Rama. Tujuan Tio datang ke rumah ternyata bukan untuk berbelasungkawa, melainkan untuk mengambil kamera yang dia pasang di kamar kakakku. Entah kapan dia menaruh kameranya. Hatiku hancur bukan main. Kepalaku terasa berputar melihat semua ini. Mereka memanfaatkan orang-orang yang sedang pada puncak kesuksesannya. Menjebak dengan dalih 'perayaan' atas segala keberhasilan yang didapat. Bahkan, mereka memanfaatkan gadis seperti Red Rose yang ternyata merupakan gadis baik-baik dari panti asuhan.
Dalam data yang dituliskan oleh Arjuna, Arumi diadopsi oleh sepasang suami istri yang ternyata menjual Arumi di tempat hiburan. Kemudian Tio memanfaatkannya dengan dalih menolong. Tio tidak memiliki motif tertentu melakukan ini semua, dia hanya gila uang dan gila segala-galanya.
Aku melihat keluarga Arjuna melaporkan kehilangan putranya ke kepolisian. Itu tandanya Arjuna memang belum pulang, dan aku berharap dia hanya sedang bersembunyi, sama denganku.
Berusaha berpikir positif tidak membuatku lebih baik. Aku semakin gila memikirkan bagaimana keadaan Arjuna saat ini. Hal yang menyedihkan adalah, Arjuna harus kecewa, karena meskipun penggerebekkan itu dilakukan, Viko maupun Tio tetap lolos.
Hari berikutnya, aku berusaha untuk melaporkan Viko dan Tio beserta sebagian bukti yang diberikan oleh Arjuna. Laporanku tak ditanggapi lebih, mereka hanya memintaku menuliskan laporan tersebut. Kemudian, tepat setelah aku melaporkan itu, polisi menahan bukti-bukti yang kuberikan, lalu ada dua orang yang mengikutiku. Bahkan, mereka sampai nekat mengejarku di tengah keramaian.
Semuanya sia-sia Arjuna! Mereka tidak akan pernah tertangkap. Aku sendirian dan putus asa di salah satu rumah susun. Bersembunyi bagai seorang tuna wisma atau pelaku kejahatan.
Di bumi kita ini, kebebasan hanya untuk mereka pelaku kejahatan, sementara pembawa kebenaran meringkuk ketakutan di balik dinding kekuasaan mereka.
"Diduga menjadi korban begal, seorang wartawan Kantor Berita Aktual ditemukan tewas membusuk di pinggir sungai. Polisi segera bergerak melakukan pencarian terhadap pelaku."
Bahkan, kematian Arjuna pun dimanipulasi. Entah mereka tak tahu, atau pura-pura tak tahu. Yang pasti, aku yakin seharusnya mereka menemukan luka tembak pada jenazah Arjuna.
Semuanya telah gagal. Hilang sudah seluruh perjuangan Arjuna. Namun, setidaknya Arjuna bukan mati sebagai seorang penjahat, yang mengabaikan sebuah kejahatan. Seperti yang dikatakannya dari tokoh terkenal seperti Seo Hok Gie.
Aku segera meraih ponselku, duduk di sekitar taman kota dengan pakaian serba tertutup, untuk mengambil jaringan Wi-Fi. Ini adalah langkah terakhirku. Aku menulis semua yang Arjuna kumpulkan di thread twitter.
SINDIKAT PENGEDARAN NARKOTIKA YANG MELIBATKAN BEBERAPA ARTIS
Itu adalah judul pertama yang akan membahas siapa Viko dan Tio sebenarnya. Aku memang memberi sensor pada wajah dan nama. Namun, aku yakin mereka semua akan langsung tahu siapa Viko. Aku membongkar bagaimana mereka menjebak orang-orang. Lalu hasil pencarian Arjuna yang mengikuti Viko malam itu. Ternyata, mereka memiliki komunitas sendiri. Semua air mineral berukuran 330 ml itu adalah narkotika jenis sabu yang dijual 400 ribu rupiah per botol.
Tempat hiburan malam hanyalah tempat bagi mereka bertransaksi. Karena semua botol itu bisa menyebar kemana-mana. Perkantoran, sekolah, bahkan di tempat-tempat umum lainnya. Mereka semua sengaja menjebak orang-orang terkenal dan beruang agar kecanduan minuman tersebut, lalu memanfaatkan mereka saat mengalami overdosis dengan menjual video ketika mereka sekarat ke situs ilegal.
Baru beberapa jam thread itu terbit, sudah banyak orang yang meresponsnya dengan geram. Mereka ikut menyebarkan. Meskipun thread-ku dihapus oleh twitter karena melibatkan beberapa orang, semuanya berhasil di-repost oleh para pengguna twitter lainnya.
KEJANGGALAN KEMATIAN SEORANG WARTAWAN, BUNTUT DARI SABU CAIR.
Tak lupa aku menulis thread tentang kematian Arjuna yang berhubungan dengan mereka. Sebagian dari pengguna twitter sudah bisa menebak bahwa itu adalah Viko. Mereka mendesak pemerintah dan penegak hukum untuk mengusut kasus ini.
Aku tahu, saat ini orang-orang yang terlibat tengah kepanasan mencariku. Namun, mau bagaimana lagi. Cara satu-satunya agar semua perjuangan Arjuna tidak sia-sia adalah dengan membuat kehebohan ini. Tidak perlu khawatir denganku, karena mulai saat ini ... Aku akan membentuk identitasku yang baru. Selamat tinggal Artika.
- S E L E S A I -
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITY [Sudah Terbit]
Mystery / ThrillerArtika harus menjadi saksi kematian seorang penulis misterius bernama Red Rose di kediamannya, mengingatkan gadis itu akan mendiang Kakak laki-lakinya. Di tengah kelinglungan akan traumanya, ternyata Artika dijebak oleh manager Red Rose sehingga dia...