bab tiga

722 44 7
                                    

Saat ini kian Santang sedang berada di wismanya sendirian setelah menghabiskan waktu hampir seharian bersama keluarga nya tadi di Balairung

Dirinya memperhatikan ruangan wismanya yang tidak berubah sama sekali,.

Kemudian dirinya berdiri untuk mengambil air wudhu serta melaksanakan shalat magrib karna sudah masuk waktu shalat magrib.,.

Indahnya cahaya bulan membuat kian Santang tersenyum manis sambil memandangi keindahan alam,.

pakaiannya pun sudah berganti dengan pakaian berwarna putih dengan list emas membuat.,
Wajahnya nampak bersinar

Larut dalam keindahan alam dirinya tidak sadar akan seseorang yang memperlihatkan dirinya sejak tadi.,,.

"Angin malam tidak baik untukmu Raka "ucap Dyah Sawitri pada

Kian Santang tersentak mendengar suara tersebut" Rayi sejak kapan kau disini" tanya kian Santang

"Sejak tadi Raka saja yang tidak menyadari nya" jawab Dyah Sawitri

"Maaf kan aku Rayi aku tidak menyadari keberadaan dirimu tadi "kata kian Santang

"Tidak papa Raka" ucap Dyah Sawitri

"Raka apa kau pernah membenci diriku,. "Tanya Dyah Sawitri pada rakanya

Kian Santang terkejut mendengar pertanyaan tersebut" Rayi kenapa kau berkata seperti itu.", Tanya kian Santang

"Karna aku tidak seperti dirimu dan juga tidak sekuat yunda rara Santang dan yunda Ratna Wulan.,
Aku berpikir mungkin Raka akan malu memiliki adik sepertiku "ucap Dyah Sawitri sambil,menatap lekat manik indah rakanya..

Kian Santang yang mendengar itu pun berkata" Rayi mau seperti apapun dirimu,.kau tetap adikku mau dirimu kuat ataupun tidak,.aku akan tetap menyayangi dirimu" ucap kian Santang dengan lembut.,..

Dyah Sawitri yang mendengar itu pun langsung menagis dan memeluk rakanya sambil berkata,..

"Raka aku beruntung memiliki sodara seperti dirimu" ucapnya sambil menagis

"Rayi akupun juga beruntung memiliki sodara seperti dirimu "ucap kian Santang dengan lembut....,,,






Matahari sudah mulai terlihat saat ini istana Pajajaran sedang sibuk untuk mempersiapkan acara sakral pembukaan kain batu sangkakala

"Rayi ," panggilan tersebut membuat kian Santang menoleh.,.

"Yunda "jawab kian Santang pada nyundanya Rara Santang

"Kau mau kemana saat ini acara akan segera dimulai "tanya., Rara Santang pada kian Santang

"Aku akan menyusul nanti yunda aku ingin berjalan jalan sebentar" jawab kian Santang

"Baiklah Rayi tapi jangan sampai terlambat.., aku pergi dulu assalamualaikum" ucap Rara Santang 

"Waalaikumsalam "jawab kian Santang

Kian Santang sekarang sedang berjalan jalan di taman karna tidak terlalu melihat akhirnya dirinya menabrak seseorang.,.

Bruk,.,.

"Astaghfirullah maafkan aku., Aku tidak sengaja "kata kian Santang..

"Rayi kian Santang,. "jawab orang yang di tabrak kian Santang.,

Kian Santang yang mendengar itu pun langsung mendongak .,

"Raka Arya Sadat" ucap kian Santang.,.

Raden Arya Sadat adalah putra dari paman amuk marugul paman tiri kian Santang sendiri.,.

"Kapan kau pulang dari pengembaraan mu Rayi" tanya Arya Sadat

"Aku baru kembali kemarin Raka" jawab kian Santang dengan senyuman

"Raka kesini untuk ikut dalam upacara pembukaan kain batu sangkakala "tanya kian Santang pada rakanya tersebut

"Iya Rayi "jawab Arya Sadat.,

"Kalau begitu ayo kita ke Balairung sekarang aku yakin yang lain sudah menunggu di sana "ajak Arya Sadat pada Rayi Nya tersebut .,.

"Mari Raka "ucap kian Santang

Tbc ...

Maaf ya pendek aku masih bingung nentuin alur nya see you

Raden Kian SantangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang